Duapuluhsatu

2.5K 501 90
                                    

"Ayah, siapa yang datang? Sini dedek biar sama Ibu," datang seorang wanita yang usianya tidak jauh dengan Andin menghampiri mereka dari dalam sambil membawa botol susu dan gendongan.

Semua orang di sana masih diam, Bima menoleh pada istrinya sambil menyerahkan bayi yang ia gendong.

"Sayang, aku cari kamu dari tadi," semua orang di sana terkejut termasuk Rendy yang berada di mobil dan orang-orang suruhannya yang bersembunyi ketika Andin memeluk pinggang Bima.

"Andin!" sentak Al menarik lengan atas Andin agar melepaskan pelukannya dari pria berengsek itu, ia pikir mungkin Andin sudah benar-benar tidak waras.

"Ishh" Andin menggeliat melepaskan lengannya dari cengkraman Al.

"Ini siapa, yah?" tanya Rahayu, istri Bima. Tentu saja Rahayu merasakan panas dalam hatinya melihat sang suamu dipeluk dan dipanggil sayang oleh wanita lain.

"Ini istri pertama kamu, sayang?"
"Dia siap dimadu?"
"Hm?" Andin mengelus wajah Bima dengan lembut.

"Andin, kamu apa-apaan?" cicit Al yang tidak habis pikir dengan Andin.

"Apa maksud, mbak?" tanya Rahayu pada Andin.
"Yah, maksudnya apa?" Rahayu juga bertanya pada suaminya.

"Masuk! Bawa Laras juga," perintah Bima pada istrinya.

"Ayah jawab dulu ini siapa?"
"Ibu gak mau dimadu sampai kapanpun!"

"Mbak, kenalin saya Andin. Saya pacarnya Bima enam bulan ini," Andin mengulurkan tangannya lalu tersenyum pada Bima.
"Maaf sebelumnya saya juga gak tau kalau Bima udah punya istri, tapi setelah saya tau, saya gak keberatan untuk jadi yang kedua soalnya saya cinta sama Bima dan saya bisa nerima Bima apa adanya"
"Bima baik banget dan royal, ini jam tangan tiga puluh juta dibeliin Bima, sama kemarin katanya mau beliin sepatu running delapan juta juga ya sayang?"
"Aku sayang banget sama kamu," Andin mengecup pipi Bima. Lagi-lagi semua orang di sana membulatkan matanya melihat kelakuan Andin.

"Jadi selama ini di Jakarta kamu selingkuh?" tanya Rahayu tanpa memperdulikan uluran tangan Andin, matanya sudah berkaca-kaca.
"Dedek di sini sakit kamu suruh bawa ke puskesmas sama klinik"
"Aku tau di sini gak ada rumah sakit besar, tapi setidaknya kalau kamu gak bisa pulang, kamu punya uang untuk kirim mobil buat jemput kami ke rumah sakit," lirih Rahayu.

"Aku bilang masuk!"

"AKU GAK MAU!"

"MASUK RAHAYU!"

"HUWAAAA.." tangis Laras menjerit mendengar suara tinggi kedua orang tuanya.

"Masuk!" perintah Bima lagi dengan lebih pelan tapi penuh penekanan, karena anaknya menangis akhirnya Rahayu pun masuk mengikuti perintah suaminya.

"Andin, ayo pulang," Al kembali menarik tangan Andin tapi Andin menepisnya.
"Andin!" Al tidak menyerah untuk menarik Andin pergi dari sana agar menghentikan kegilaannya, kali ini Bima yang menepis tangan Al.

"Dia gak mau sama lo, bang!" Bima menatap tajam Al lalu melingkarkan kedua tangannya di pinggang Andin, menarik tubuh Andin menempel padanya. Lalu ia tersenyum pada Andin yang ada di pelukannya. Al masih berusaha menyadarkan Andin.

BUGH!

Ketiga kalinya sesuatu yang mengejutkan semua orang di sana terjadi, kepala Bima terdorong ke belakang karena satu pukulan mendarat di pipinya.

"Berengsek!" caci Andin penuh penekanan setelah ia memberikan satu pukulan cinta untuk Bima.
"Laki-laki gak tau diri!"

"Andin, dengerin aku dulu" Bima berusaha meraih tangan Andin.

HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang