Part 1

67.6K 3.8K 54
                                    

Cinta bisa datang kapan saja tanpa perlu melihat waktu dan situasinya. C.i.n.t.a. tidak pernah salah, yang salah adalah tentu tidak ada. Kita tahu bahwa kita tidak bisa menempatkan sesuatu sesuai keinginan dan kehendak kita saja, semuanya sudah diatur oleh yang mahakuasa. Jadi apakah datangnya cinta juga diatur? Jawabannya tentu aku juga tidak tahu. Menurutku cinta itu hadir karna rasa nyaman dan juga ketertarikan. Jadi untuk merasakan cinta kita perlu waktu yang lama untuk menganalisis apakah benar cinta atau hanya ketertarikan belaka. Karna cinta dan ketertarikan tidak bisa kita samakan. Namanya tertarik maka bisa terlepas dengan sendirinya. Tentu juga cinta begitu, ketika kita mencintai seseorang maka kita perlu tahu bahwa kelak kita akan menjemput patah hati atas cinta tersebut. Jadi apakah cinta sebenarnya baik? Tentu, tergantung diri kita masing masing dalam menghadapi dan mengambil poin poin positif dan negatifnya.

Tapi bukan poin tentang cinta yang akan kita bahas. Aku tidak mau membahas sesuatu yang dari awal sudah aku tahu bahwa tidak akan ada ujungnya. Cinta itu rumit teman teman, Sukar dipahami dan tentu membuat sakit hati. Tapi seperti yang sudah aku katakan bahwa ini semua tergantung pada diri kita masing masing.

Oh iya, ngomong ngomong perkenalkan namaku Anyelir. Hanya Anyelir. Ibu dan bapak ku tidak suka sesuatu yang berbelit belit. Bapak memberiku nama ini karna sewaktu ibu mengandungku ibu sangat menyukai bunga, dan hal tersebut yang menjadi alasan pemberian namaku.

Aku bukan anak SMA. Tentu ini bukan cerita seperti itu, walau aku nantinya akan tetap aku ceritakan diriku dua puluh tujuh tahun versus enam belas tahun. Tetapi fokus utamaku sekarang adalah diriku yang saat ini.

Aku bekerja maksudku bekerja sebagai ibu rumah tangga yang tentu sebagai istri dan ibu bagi suami dan anakku. Aku menikah tepat berusia dua puluh empat tahun atau tiga tahun yang lalu dan sudah memiliki dua orang anak berusia lima belas tahun dan delapan tahun bernama Bentang Angka Maharajasa dan Venusia Maharajasa. Kak Angka laki laki yang saat ini menduduki bangku SMA dan Venus menduduki bangku sekolah dasar kelas tiga. Tentu mengingat usia mereka yang sudah dewasa mereka bukanlan anak kandungku tapi aku bisa bersumpah bahwa aku menyanyangi mereka dengan tulus dan begitu banyak. Ngomong ngomong suamiku bernama Gata Maharajasa yang saat ini bekerja sebagai Rektor sekaligus dosen di Universitas Swasta yang dia miliki.

Aku juga seorang dosen muda disana. Sebenarnya aku ingin bekerja di Perusahaan tetapi mama mertuaku menyuruh untuk menjadi dosen disana saja. Dan memang sudah satu tahun aku menjalani tugasku sebagai seorang dosen.

"Bu Anye, dipanggil Bapak diruangan bu." aku terperanjat ketika lamunanku terbuyarkan oleh perkataan staf disini. Rupanya Pak Karman, ia seorang office boy disini yang sudah lumayan berumur namun semangatnya yang aku liat tetap menyala.

"Oh iya Pak, makasi ya pak." aku melihat Pak Karman mengumpulkan gelas gelas kotor yang berada di meja meja dosen, mungkin akan ia cuci. "Alana, bagaimana kuliahnya pak?" Alana itu anaknya Pak Karman yang saat ini menempuh pendidikan disini. Anaknya pintar dan rajin maka dari itu dia mendapatkan beasiswa penuh.

"Alhamdulillah, Alana senang banget bu kuliah disini apalagi ndak ada biaya. Belajarnya tambah rajin biar lulus cepat katanya."

Aku tersenyum. Alana ini anak yang energik dan penuh semangat. Tak ayal banyak yang menyukai perangainya. Budi pekerti dan luhur, Pak Karman berhasil mendidik puteri semata wayangnya.

"Bagus kalau begitu Pak, Alana juga tidak perlu bantu bantu disini lo pak, biar fokus belajarnya. Kan yang bantu bantu disini udah banyak."

"Saya ndak enak bu, udah kuliah gratis masa ga mau bantu apa apa."

"Loh, Alana diberi biaya gratis karna kepintarannya loh pak."

Aku terperanjat tatkala mendengar suara nada panggilan dari Handphoneku. Rupanya Mas Gata yang menelepon,mungkin ini benar benar penting mengingat ia harus repot repot menelepon.

"Halo,Kenapa Mas"

Keruangan saya sekarang. Angkasa berkelahi dengan temannya dan temannya sampai harus dibawa ke rumah sakit.

"Angkasa kenapa bisa sampai berkelahi gitu mas?"

Saya juga tidak tahu.
Bisa kamu keruangan saya sekarang aja nye?

"Oke."

Tak lama sambungan terputus. Dan aku langsung melesat keruangan Mas Gata.

Aku tidak menyangka, Angkasa bisa berkelahi. Pasalnya ia adalah anak yang pendiam dan tidak neko neko. Pasti ada hal yang menganggu dirinya sampai ia perlu repot repot mengeluarkan tenaga dan fisiknya.

Aku belum sampai pintu ruangan rektor ketika Mas Gata keluar dengan terburu buru.

"Jemput venus. Biar saya yang urus angkasa."

Aku tidak yakin ia bisa mengurus angkasa dengan baik. Mas Gata itu bukan orang yang sabar, bukan berarti perangainya buruk. Ia adalah seorang Papa yang baik dan tegas untuk anak anaknya. Hanya saja, dia terlalu kurang peka jadi terkadang mereka miss communication hingga terjadi kesalapahaman.

"Aku ikut aja, venus biar dijemput Mbak." Mbak yang aku maksud adalah pengasuh venus dari kecil sehingga mereka begitu dekat, hal itu yang membuat aku tetap memperkerjakan Mbak Hana walau Venus sudah besar.

"Terserah."

Emang ya bapak satu ini.

Kami tiba di sekolah Angkasa lumayan lama, mengingat jam makan siang jalanan begitu padat padatnya. Jadi kami terjebak macet nyaris satu jam dan sudah beberapa kali aku mendengar umpatan Mas Gata.

"Angkasa dan Reno berkelahi Pak, tidak adu fisik memang hanya saja Angkasa tidak sengaja mendorong Reno dengan kencang dan ternyata kaca dibelakang Reno sampai pecah dan kepala Reno berdarah. Kami sudah membawa Reno ke rumah sakit, dan dokter berkata bahwa Reno tidak apa apa hanya diperban dan dibersihkan lukanya."

Mas Gata dan Kepala sekolah mengobrol lumayan lama, membahas solusi dari permasalahan ini. Dan sekolah tidak akan ikut campur dalam masalah kedua belah pihak. Sekolah membebaskan dan menyerahkan kepada kami selaku orang tua murid.

"Bagus Angkasa. Hari ini melukai orang besok mau buat masalah apa lagi?"

Sudah kuduga.

Dan tepat.

Mas Gata memang seperti itu. Tapi aku berani jamin ia hanya menggertak anaknya tidak benar benar ingin melukai dengan perkataannya.

Angkasa hanya menunduk. Dan berbicara lirih meminta maaf. Aku tahu ia benar benar tidak sengaja.

"Kamu apaansi Mas, anaknya kok malah di marahin." aku mendekat ke Angkasa dan meraihnya untuk aku peluk.

"Bela aja terus anak kamu."

Oke. Tidak usah diteruskan.

"Kakak ada yang luka?" aku mengecek badan Angkasa dan syukur tidak ada luka apapun.

"Gak apa apa Mama, Aku minta maaf. Maaf merepotkan Mama dan Papa. Maaf belum bisa menyelesaikan masalah sendiri dan masi melibatkan Mama dan Papa."

Emang Gata brengsek.

"Kok kakak gitu. Gaapa kak, Papa gamarah cuma khawatir."

Mas Gata terlihat salah tingkah saat mendengar permohonan maaf dari anaknya. Biar saja, salah siapa asal aja bicaranya. Sudah tahu angkasa anaknya terlalu peka dan cepat merespons.

"Papa minta maaf, pulang sama Mama. Papa mau kerumah sakit. Tunggu Mang Asep jemput."

Ya begitu Mas Gata. Gengsi nya selangit.








Balik RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang