Part 24

28K 3K 368
                                    

Berbeda dengan Hormon Dopamin yang dikenal sebagai hormon "Perasaan baik". Saat menangis, ada satu jenis hormon bernama hormon adrenokortikotropik yang memiliki peran penting untuk memicu produksi kortisol. Hormon kortisol adalah jenis hormon yang berkaitan erat dengan stres yang kita alami. Ketika kita merasakan emosi yang besar dalam tubuh, maka hormon adrenokortikotropik akan bertambah dan tubuh kita akan semakin mudah merasa tergoncang. Dan, keluarlah air mata.

Setelah menangis, kita bisa merasa lebih nyaman atau ringan karena saat menangis, tubuh kita sedang menstabilkan tingkat senyawa kimia dari dalam tubuh dengan langsung mengeluarkan senyawa kimia stres yang berlebihan melalui air mata.

Namun, kenapa saat ini aku tidak demikian?

Aku masih merasakan stress walau sudah menangis berkali kali seperti orang bodoh.

Menangis tiada henti pun sepertinya tidak akan merubah apa apa.

Maka aku memutuskan untuk tetap berjalan apa adanya dan semestinya dulu, sebelum aku memutuskan sesuatu hal yang sepertinya aku perlu waktu banyak untuk memikirkannya.

Tidak perlu buru buru, apalagi menyangkut hidupku kedepannya.

Aku bukan takut hidup sendiri. Namun saat ini, aku sedang memikirkan anak anak juga. Angka masih butuh aku, Venus pasti tidak akan betah jauh dariku. Begitupun calon bayiku yang masih ada di dalam perutku.

Aku langsung mengelus elus perutku dengan sayang. Membayangkan tujuh bulan kedepan aku akan melahirkan bayi di dunia. Anakku yang akan aku sayangi dan kasihi.

Namun kembali lagi aku selalu bertanya tanya, apa kelak aku bisa mengurus bayiku sendiri?

Apa aku bisa sendiri tanpa Mas Gata?

Bisa Nye! Kamu pasti bisa!

Aku berkali kali mensugesti diriku. Bahwa apapun yang akan terjadi kedepannya itulah yang terbaik untukku. Tak perlu takut sendiri, pasti masih banyak yang peduli denganku.

"Beneran Mama tinggal gak apa apa Nye?"

Ini sudah lebih dari tiga kali Mama bertanya. Mama memang berniat menginap disini selama seminggu atau setidaknya sampai aku pulih, tetapi tadi pagi Papa mendadak mendapat telepon dari keluarga, bahwa ada keluarga yang meninggal.

Aku mau ikut, tapi Mama melarang. Karna aku masih rewel, masih suka muntah muntah. Dan keseringan sakit kepala. Mama khawatir makanya aku disuru istirahat dahulu.

"Gak apa apa Ma... Anye Udah sehat kok."

"Tapi makan kamu gimana? Muntah terus gitu." Mama lagi lagi ragu pada kesehatanku. Bolak balik suruh aku bedrest dulu ke rumah sakit, tapi aku tolak mentah mentah. Gak suka dirumah sakit.

"Gak apa apa... Nanti kalau udah gak mual aku coba makan lagi."

"Minta suapin Gata aja deh Nye... Tante dulu gitu, makan sendiri gak bisa giliran disuapin suami baru bisa kemakan." Tante Moca tau tau datang dan langsung menyahut.

Sebenarnya saran yang logis, aku sering kali mendengar hal tersebut, hanya saja membayangkan Mas Gata yang menyuapiku aku menjadi lebih malas.

Lebih baik tidak makan daripada disuapi olehnya.

Lihat aja Suamiku yang pengecut itu... Dari tadi pagi belum kelihatan batang hidungnya.

Kalau kata Mama pergi sama Bara cari properti kamar Venus.

Tapi alasan aja itu. Bilang aja takut ketemu aku!

Halah. Aku juga pede!

"Iya deh Nye. Saran tante Moca dicoba dulu. Sapa tau memang cucu Mama mau Manja sama Papanya." Aku mencebik mendengarnya.

Balik RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang