Part 17

23.5K 2.6K 219
                                    

Setelah Venus tidur, aku kembali ke kamar. Disusul Mas Gata yang cuma absen muka lalu masuk keruang kerja-yang pintunya bisa terhubung dengan kamar. Lalu tak kunjung keluar keluar. 

Aku sebenarnya ogah mengecek, tapi mengingat Mas Gata pernah ketiduran di sofa ruang kerja, paginya badannya linu linu dan membuat aku sebel sendiri ngurusin orang yang bebal. Jadi aku memutuskan untuk mengecek. Gak usah gengsi lah Nye!

Yang aku lihat pertama kali sewaktu membuka pintu, bukan Mas Gata yang sedang tertidur disofa, bukan juga Mas Gata yang sedang mengetik sesuatu di depan Laptopnya. Melainkan tidak ada orang sama sekali.

Loh orangnya kemana?

Aku cepat cepat bergegas membuka pintu satunya namun sebelum dibuka, aku sudah langsung berhadapan dengan Mas Gata yang baru saja membuka pintu dari luar. Aku langsung mundur satu langkah demi menghilangkan kegugupanku.

"Kenapa?" Mas Gata bertanya sambil berjalan melewatiku. Dia langsung duduk di sofa lalu memandangku yang hanya diam saja.

Kok rasanya malu banget ya? Ngapain juga sih Nye kesini! Geer nanti orangnya...

"Hmm. Aku kira kamu ketiduran disini. Tapi ternyata enggak." kataku lalu ikut duduk disofa sebelah Mas Gata.

"Tumben buat kopi sendiri?"

Mas Gata mencondongkan badannya kearahku.

"Kamu marah kalau saya suruh terus."

Itu tau!

"Gak kok. Kalau tahap wajar."

"Emang Saya pernah nyuruh kamu tahap gak wajar?"

"Sering."

Mas Gata terlihat tidak terima dengan jawabanku.

"Ya kalau masalah rumah kan memang kamu yang tahu, jadi saya minta bantuan kamu lah Nye. Lagian kalau misal saya minta bantuan ke orang lain emangnya bisa?"

Heh!

Maksudnya apa tuh?

"Yang lain memang ada?" tantangku sambil bersedekap tangan di dada. Menanti jawaban Mas Gata, Awas aja main main sama aku!

"Kan saya bilang misal Nye."

Mas Gata kembali melanjutkan
"Kamu marah marah sama saya terus kenapa sih? Kayanya dirumah ini saya yang paling sering kamu musuhi."

Ck. Dadak tanya! Emang kamu yang paling sering buat aku sakit hati!

"Kamu gak ngerasa bersalah gitu ya Mas abis banding bandingin aku sama mantan isteri kamu?"

Mas Gata menghela nafasnya kasar. Biarlah aku bahas biar sekalian punya titik temu. Aku gamau masalah begini dia skip gitu aja cuma karna menurut dia ini gapenting.

"Saya lagi banyak pikiran waktu itu, ditambah kamu marah marah. Saya jadi kesel lalu gak sengaja berucap seperti itu Nye."

"Tapi kamu gaada niatan minta maaf setelah itu?" pancingku.

"Ada. Tapi saya sungkan sama kamu. Saya kok kekanakan sekali cuma karna emosi langsung berucap asal tanpa dipikir dulu. Saya masih belum bisa kontrol emosi Nye."

Mas Gata memiringkan tubuhnya sehingga kami saling berhadap hadapan. Untuk sesaat aku terkesiap dengan tatapannya yang menenggelamkanku. Aku langsung cepat cepat membuang muka kearah lain asal bukan ke muka Mas Gata. Anjir gue salting!

"Kamu dan Sena tidak bisa disamakan atau dibandingkan Nye. Kamu ya kamu. Sena ya Sena. Kalian punya kepribadian masing masing, beda sifat, kebiasaan, dan pola pikir. Saya minta Maaf atas ucapan saya Nye. Saya benar benar tidak enak sama kamu. Saya gak bermaksud menyakiti kamu, isteri saya dan ibu anak saya."

Balik RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang