Part 10

24.8K 2.5K 62
                                    

Setelah membanting pintu dengan kasar, aku sedikit menyesalinya. Karna mungkin Mas Gata sedang tertawa di luar sana melihat sikapku yang kekanakan. Demi tuhan, aku bingung aku harus bagaimana. Apa sikapku ini sudah benar? Atau ternyata tidak benar?

Rasanya aku ingin membedah kepala Mas Gata, ingin melihat satu persatu pemikirannya yang tidak bisa aku prediksi. Entah apa yang ada dipikirannya aku tidak mengerti!

Aku cepat cepat membasuh mukaku. Namun ketika aku membuka pintu, aku melihat Mas Gata masih duduk di kasur dan sedang berkutat dengan laptopnya.

Aku rasa aku sudah lama dikamar mandi, kenapa Mas Gata masih disini? Ah, sudahlah, aku tidak ingin perduli.

Aku melewatinya lalu duduk dikursi untuk memakai skincare. Mukaku bersih, tidak berjerawat dan setidaknya sedikit putih, Walau tidak seputih orang orang diluar sana. Setidaknya mukaku bersih, itu sudah membuatku cukup percaya diri.

"Saya pikir sudah terlalu larut malam, jika Sena harus pulang. Makanya saya suruh menginap." Kata Mas Gata padaku. Namun hanya aku diamkan saja karna aku enggan menjawab.

Mau sudah malam! Mau kamu khawatir! Mau kamu peduli! Tetap saja kamu tidak memikirkan perasaan istri kamu Mas!

Memangnya kalau aku ajak mantan pacar aku meningap kamu bakal legowo gitu aja?

Pasti tidak.

Kamu juga pasti tidak akan setuju dan menolaknya.

Lagian aku jadi kepikiran, semalam aku dan venus masuk kamar duluan, sedangkan kalian bedua masih diluar, kalian berdua ngobrol begitu semalaman ? nostalgia bersama? Atau membicarakan masa lalu dan ingin memperbaikinya?

Oh, so sorry to say, itu tidak akan terjadi! Selama aku masih disini, kamu gabakal bisa main main dengan aku ya Mas!

Aku melihat Mas Gata dari pantulan cermin sedang menaruh laptop dari pangkuannya kekasur. Lalu beralih menatapku. Aku juga ikutan menatapnya lewat pantulan kaca. Aku gatakut ya Mas!

"Saya semalam habis dari kamar venus langsung ke balik kamar, kalau itu yang kamu khawatirkan" katanya santai, yang membuatku tambah menatapnya sinis.

Gausah lah kasih kasih alasan kalau tetap bikin sakit hati. 

"Terserahlah Mas, mau kamu ajak wanita menginap dirumah ya terserah, toh rumah rumah kamu. Aku juga disini numpang kan?" aku berbicara lirih, sembari menahan tangis. Kenapa ngomong gini aja susah banget sih! Harus banget ya mengorbankan air mata dulu!

"Anyelir!"

Aku diam, sewaktu Mas Gata membentakku. Ini kali pertama Mas Gata berani membentakku, mungkin karna aku kelewatan? Tapi yang aku ucapkan tak sepenuhnya salah. Memang begini kan peranku dihidup kamu Mas? Cuma menjadi ibu sambung anak anakmu? Kamu juga mengajak aku menikah hanya demi anak anak.

Mas Gata berjalan bolak balik sambil memijat mijat keningnya. Pusing kan kamu Mas? Aku juga gitu! Sebenarnya kita ini apa sih? Dari awal pernikahan kita ini memang sudah salah! Walaupun bagaimanapun tetap salah karna dari awal sudah tidak berjalan semestinya.

"Saya hanya berbaik hati karna sudah larut malam untuk seorang wanita melakukan perjalanan Nye! Saya juga akan melakukan hal yang sama jika itu bukan Sena." Mas Gata menarik nafas panjang lalu melanjutkan ucapannya "Kamu jangan salah paham, saya dan Sena sudah berakhir. Kamu yang sekarang jadi istri saya!"

Inhale. Exhale.

Gini aja terus!

Setiap masalah selalu kamu bungkam dengan persepsi kamu!

Kamu mana mau denger semuanya dari sudut pandang aku kan Mas?

Gimana perasaanku? Atau gimana yang selama ini aku rasakan?

No. you don't know anything

"Udah. Aku minta maaf. Iya tahu aku salah. Aku cuma kesel aja sama kamu, yang gapernah libatin aku dalam setiap mengambil keputusan." Aku mengangkat tangan ke atas ketika Mas Gata ingin membalas perkataanku. Mas Gata pun paham dan hanya mengehala nafas.

Sumpah. Aku gamau omonganku dibalas apapun.

Aku lanjut memoleskan daycream ke mukaku. Mas Gata juga sepertinya sudah enggan melanjutkan. Biarlah, biar begini dulu. Aku sudah sedikit puas, dengan apa yang sudah aku katakan.

Mas Gata emang perlu di sentil egonya, biar sadar kalau ga semua hal yang dia pikirkan selalu sama dengan apa yang aku pikirkan.

Ini yang aku sebut bumbu dalam rumah tangga. Hal hal begini sudah wajar ada didalam pernikahan. Aku hanya perlu banyak banyak bersabar dan mengerti.

Just. Mengerti.

Hanya itu kuncinya.

"Saya ke kampus Nye.. " Mas Gata berpamitan kepadaku.

Manis sebenarnya.

Cuma aku lagi kesel.

Jadi rasanya tetap hambar.

Aku kira Mas Gata akan langsung pergi, namun ia urungkan niatnya dan berbalik kearahku. Mengambil satu tanganku lalu dikecupnya pelan. Membuatku ingin terbang ke langit! Demi tuhan Mas Gata bisa diitung jari melakukan skinship manis kepadaku. Tolong garis bawahi kata manis.

"Saya gabakal tenang kalau kamu masih marah sama saya Nye..."

Ouh. Mau nangis aja.

Mukaku!

Pinter banget kamu kalau ngomong!

Kalau aku lagi marah aja kayanya pikiran kamu sedikit lebih normal ya Mas!

"Enggak.. Udah sana berangkat." aku ikutan berdiri lalu mendorongnya keluar, supaya aku bisa cepat cepat menormalkan gemuruh di dadaku. Sumpah ya, aku lebay banget! Cuma hanya bilang gitu aja aku udah ketar ketir! Apalagi kalau Mas Gata sudah ungkapkan cinta?

Mas Gata, Mas Gata pinter banget ya kamu bikin aku jantungan!

"Cium dulu ya Nye... "

Shit!

Mas Gata kepalamu apa kebentur tembok? Kok ngelantur gitu!

"Apasih.. Udah sana keluar." gabisa! Gabisa dibiarin ini lama lama! Jantungku mau mledak aja!

Mas Gata malah tertawa. Aku balik melotot kearahnya!

Galucu, sumpah!

"Cium Anye.. Cuma minta ci-" aku mendorongnya keluar dan buru buru menutup pintunya dengan kasar.

Orang gila!
















Maaf teman teman telat update. Saya usahakan update kembali secepatnya. Jangan lupa vote!

Terimakasih.

Balik RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang