Part 25

34.2K 3.2K 364
                                    

Mas Gata benar benar pergi. Setelah aku beri izin, ia beranjak pergi. Aku pikir masih ada sedikit rasa pedulinya padaku. Nyatanya tidak.

Kalian benar, aku adalah wanita bodoh yang masih percaya cinta. Dan bodohnya lagi aku cinta sama Laki laki brengsek.

Mas Gata memang pantas disebut brengsek. Dia adalah satu satunya laki laki brengsek yang aku cintai.

Aku sebenarnya sedang berpikir, harus berhenti dalam hubungan tolol ini apa berpisah saja? Tapi aku tidak bisa memutuskan sekarang. Aku juga perlu memikirkan banyak pihak tidak hanya aku saja. Aku memikirkan orang orang yang support hubungan ini, seperti Mama, Papa, Venus, dan Angka.

Aku lebih berat memikirkan anak anakku. Seberapa getirnya hidup mereka jika orangtuanya berpisah untuk kedua kalinya. Bagaimana psikis mereka nantinya?

Kalian boleh menganggapku bodoh karna terlalu banyak perduli dengan orang lain tanpa memikirkan diri sendiri. Tapi yang perlu kalian ketahui, rasa perduli itu bukan aku yang mau. Rasa itu datang sendiri, aku memang wanita lemah yang tidak tahan melihat orang lain menderita, dan itu sudah melekat pada diriku.

Demi tuhan, Venus dan Angka adalah anakku.

Membayangkan lagi kelak aku akan memiliki tiga anak, aku mendesah frustrasi, bagaimana bisa aku mengambil keputusan untuk berpisah? Aku juga adalah seorang anak, tentu aku berharap orangtuaku akan selalu bersama. Lalu bagaimana bisa aku mengambil jalan perpisahan?

Namun aku juga tidak bisa terus terusan bodoh, selalu disamping Mas Gata walau telah terkhianati.

Aku tahu. Penghianatan itu menyakitkan. Tidak ada kata ampun. Aku juga menganut teori begitu dulu. Namun setelah merasakannya sendiri, aku jadi mengkaji ulang. Tidak semua penghianatan akan berujung ke pangadilan agama.

Untuk kali ini, biarkan aku memaksa Mas Gata untuk berada disisiku.

Hanya untuk saat ini.

Saat aku masih membutuhkan sosoknya, untuk mengurusi kehamilanku. Aku tidak bodoh dengan melepas Mas Gata begitu saja disaat aku sedang mengandung anaknya. Dia harus merasakan sulitnya mengurusku dulu. Dia harus tau susahnya menjadi aku sebagai isterinya. Dan dia harus tau bahwa dia memang laki laki brengsek. Aku hanya perlu bersikap baik dan bertahan disisinya biar dia paham seberapa brengseknya dia sebagai seorang laki laki.

Iya, aku bertahan hanya karna itu.

Aku buru buru menghubungi Nara, aku perlu bantuannya untuk kali ini. Tak selang berapa lama panggilan sudah tersambung.

"Halo bumilku." sapaan Nara disebrang sana membuatku tersenyum haru. Nara memang selalu bisa diandalkan dalam segala hal.

"Halo juga jomblo" Aku terkekeh saat mendengar umpatan Nara disebrang sana.

"Kenapa sih lo kangen gue yak?"

Aku tertawa lebar.

"Miss you Mbak Nara cantik."

"Manisnya kalau ngomong. Pasti ada maunya ini. Udah hapal ya Nye, setiap lo manggil gue embel embel Mbak pasti lo minta tolong ini itu."

"Hapal banget ya Mbak Nara. Lo tau aja gue mau minta tolong."

"Mau minta tolong apa Nye? Lo kalau mau ngidam aneh aneh minta sama lakik lo jangan sama gue."

Aku tertawa lagi.

"Gak ngidam kok gue. Anak gue aja masih rewel rewelnya didalem perut nih. Gue tu mau minta tolong lo Nar, cariin Wedding Organizer buat gue dong."

Balik RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang