2. Dijodohin?!

5.9K 621 17
                                    

"Buruan, Asyaaa!"

Gadis cantik itu menuruni anak tangga dengan sedikit tergesa-gesa, bagaimana tidak? Bundanya sedari tadi tak henti-hentinya mengomel dan berteriak-teriak, membuat kepalanya berdenyut nyeri.

"ASYAAA"

"Iya, Bunda. Sabar ngapa sih," Asya memutar bola matanya ketika sang bunda justru tersenyum manis sembari memperhatikan penampilannya dari atas sampai bawah.

"Cantik banget sih, anak bunda," puji Dela.

Asya mengibaskan rambut panjangnya. "Iya dong, Asya gitu lho," sombongnya.

"Kak Athya eyet," celetuk Raga, adik bungsu Asya.

"HEH!"

Balita itu sontak bersembunyi di belakang tubuh bundanya, sesekali mengintip wajah garang sang kakak yang tengah melotot tajam.

"Sya," tegur sang bunda.

Arsyana Ayu Basagita, putri sulung dari pasangan Brotoseno Atmaja dan Radela Dewi Basagita. Broto dan Dela memiliki tiga orang anak, yang pertama Asya, yang kedua Gara Putra Atmaja dan yang terakhir Raga Putra Atmaja. Meskipun Gara dan Raga kembar, tetapi keduanya memiliki sifat yang jauh berbeda. Gara dengan sifatnya yang pendiam dan tidak banyak tingkah, sementara Raga dengan sifatnya yang terkenal cerewet dan tidak bisa diam. Meskipun demikian, keduanya sangat cocok bila disatukan, terlihat saling melengkapi dan menyempurnakan kekurangan satu sama lain.

Asya mendengus sebal, menatap Raga sinis, penuh permusuhan.

"Udah siap semua?" tanya Broto yang baru selesai berbincang dengan satpam rumah mereka.

"Uthah!" jawab Raga dengan penuh semangat.

"Kok tumben Ayah ikut acara beginian? Biasanya juga paling ogah kalau disuruh makan malam keluarga, secara 'kan Ayah gila kerja," sindir Asya.

"Ini 'kan beda, Kak. Spesial."

Mata bulat itu menatap wajah tampan sang ayah penuh intimidasi, Asya jadi curiga dengan tingkah aneh keluarganya. Atau jangan-jangan mereka tengah merencanakan sesuatu yang tidak Asya ketahui?

"Udah nggak usah dipikirin. Mending kita berangkat sekarang, takutnya mereka nunggu lama." Broto langsung menggandeng mesra lengan sang istri dan anak bungsunya, melangkah pelan meninggalkan Asya yang masih belum beranjak dari tempatnya.

"Mereka?" beo gadis cantik itu.

≡=─✩✩✩─=≡

Raga tak henti-hentinya berceloteh sepanjang jalan. Menanyakan ini dan itu, membuat Asya yang duduk di kursi belakang bersama sang adik harus bersusah-payah menahan diri untuk tidak mengumpat di hadapan kedua orang tuanya.

Jika bisa, Asya sangat ingin menjual adik bungsunya itu, berapapun harganya ia ikhlas. Asalkan ia bisa terbebas dari makhluk imut bersuara cempreng itu.

Seperti saat ini, Asya yang tengah asyik mendengarkan musik lewat earphone yang ia pakai 'pun masih dapat mendengar berbagai celotehan konyol yang dilontarkan oleh Raga.

DIRGANTARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang