•
•
"Ternyata gini ya... rasanya jatuh cinta dan patah hati secara bersamaan."
Tanpa menghiraukan teriakan teman-temannya, Asya langsung berlari meninggalkan area cafe.
Setelah dirasa cukup jauh, gadis itu kemudian menghentikan larinya. Asya menunduk, meremat kuat dadanya yang mendadak terasa sesak.
Kemudian ia berjongkok, memainkan kerikil-kerikil di sekitar trotoar tanpa menghiraukan tatapan orang-orang di sekitarnya.
"Sya,"
"Sya,"
"Asya!"
Tiara, Hilma, Una dan Angel tampak berebut pasokan udara yang ada di sekitar mereka. Ternyata kemampuan berlari Asya tidak kaleng-kaleng, hingga keempat sahabatnya ketar-ketir dibuatnya.
"L-lo punya kekuatan Boboiboy kilat ya, Sya?" tanya Hilma dengan nafas yang masih belum beraturan.
Asya hanya diam, masih asyik memainkan kerikil di hadapannya. Keempat temannya kemudian ikut berjongkok di samping gadis itu.
"Lo lagi ngapain dah, Sya?" tanya Una.
"Kayak orang kurang kerjaan aja," sambung Angel.
Asya menatap keempat sahabatnya sekilas, "lagi memulihkan hati yang cedera akibat kena kerasnya sledingan ekspektasi," ucapnya sendu.
Keempat sahabatnya kompak memutar bola mata mereka.
"Lebay, lo!" seru Hilma.
"Lo 'kan player, Sya. Masa senior galau?" ledek Angel.
"Dari pada lo sedih terus, mending kita ke rumah gue aja yuk. Masakan nyokap gue juga nggak kalah enak kok dari cafe tadi," ajak Tiara.
Ketiga temannya mengangguk, menyetujui ajakan Tiara. Mau tak mau Asya 'pun hanya bisa menuruti ajakan teman-temannya.
___
"Udahlah, Sya. Cowok kek gitu mah nggak usah lo pikirin. Buang-buang waktu aja tahu nggak?! kasian otak lo," ucap Angel yang melihat sang sahabat sedari tadi asyik merenung.
"Emangnya Asya punya otak?" tanya Una dengan polosnya.
Tiara, Hilma dan Angel kompak melebarkan bola mata mereka. Sementara Asya tetap bungkam, masih asyik bergelut dengan pikirannya sendiri.
"Maimunah mulutnya minta dihujat, ya?!" desis Hilma.
"Udah lah, Sya. Jangan galau-galauan lagi. Mending kita maskeran aja, gimana?" bujuk Tiara.
"Nggak, jangan mau, Sya!" sela Angel.
"Loh, kenapa?"
"Lo lupa? Terakhir kali kita maskeran bareng, waktu masker gue udah hampir kering lo malah ngajak gue nobar lapor pak, MASKER GUE AUTO RETAK ANJIR!"
Tiara hanya tersenyum lebar, menampilkan kedua gigi gingsulnya.
"Gue curiga, suaminya si Asya bisa jadi TNI lewat orang dalem," ucap Hilma tiba-tiba.
"Heh, jangan ngadi-ngadi lo kalau ngomong! Fitnah itu lebih kejam daripada pembunuhan. Dari pada lo ngefitnah orang, lebih baik lo bunuh orang sekalian," peringat Tiara.
"Ya lo liat aja! Ngejaga perasaan wanita aja dia nggak bisa, gimana mau ngejaga seluruh warga Indonesia, coba?!"
Teman-temannya langsung bungkam. Jika dipikir-pikir, ucapan Hilma ada benarnya juga.
KAMU SEDANG MEMBACA
DIRGANTARA
RomanceDijodohin?! Sama tentara? Bagaimana rasanya menjadi istri dari seorang panglima Dirgantara? Asya yang menyukai kebebasan tanpa mempedulikan aturan-aturan yang ada, kini dituntut untuk selalu patuh dan taat pada setiap aturan yang diberikan oleh suam...