6. Malam Pertama

8.5K 519 5
                                    

Dirga menatap sekelilingnya takjub. Dalam diam, pria itu menelisik ke seluruh penjuru ruangan bernuansa putih gading tersebut.

Mawar merah yang bertaburan di seluruh penjuru membuat kesan mewah kian melekat pada kamar hotel yang saat ini ia tempati. Anehnya, ia tidak menemukan tanda-tanda kehidupan di sini, istrinya yang cerewet dan bawel itu tidak menampakkan batang hidungnya sama sekali.

Dirga juga tidak ambil pusing, toh Asya juga tidak mungkin diculik atau tersesat 'kan?.

Dengan pelan namun pasti, tubuh besarnya ia rebahkan di atas kelopak mawar yang bertaburan di atas ranjang. Ia tidak ingin merusak keindahan bunga berduri tersebut. Terlebih yang ia tahu dari ibu mertuanya, Asya sangat menyukai bunga mawar sejak gadis cantik itu masih kecil, dan semua hiasan ini adalah permintaan gadis itu sendiri.

Memikirkan Asya membuat kepalanya berdenyut nyeri, tambah nyeri lagi ketika pintu kamar mandi tiba-tiba terbuka, menampakkan Asya yang hanya mengenakan baju tidur bertali spaghetti.

Refleks, Dirga langsung menutupi wajahnya menggunakan bantal. Mengerang tertahan, sesekali meneguk ludahnya susah payah.

"PERGI!"

Alih-alih menuruti perintah sang suami, Asya justru semakin mendekatkan dirinya ke arah Dirga.

"SAYA BILANG PERGI, ASYA!" teriak Dirga, tidak peduli lagi jika yang baru saja ia bentak adalah istrinya.

"Nggak mau!" tolak Asya mentah-mentah.

"Pergi atau saya tembak?!"

Asya sontak memundurkan langkahnya, bibirnya mengerucut sebal. Menatap Dirga yang baru saja melemparkan bantal ke arahnya. Pria itu kini tidak lagi menutupi wajahnya, namun sorot matanya yang tajam mampu membuat lawannya mati kutu. Termasuk Asya.

"Gini amat punya suami. Diajak bercanda malah main tembak-tembakan."

"Bicara apa kamu?!" gertak Dirga.

Asya mengerjabkan matanya beberapa kali. "H-hah? Emangnya tadi aku ngomong?" tanyanya.

Dirga mendecih, "Gadis bodoh," desisnya.

"Heh, dipikir situ pinter banget apa?! Ha?!" Asya balas mendecih.

"Saya memang pintar. Lagipula pantaskah saya menyebut kamu gadis pintar, sementara pakaianmu saja kurang bahan begitu?!"

Kali ini Asya tidak dapat lagi menahan kekesalannya. Dengan gerakan kilat, gadis cantik itu langsung melompat ke atas ranjang. Menarik kuat rambut cepak suaminya, hingga membuat si-empunya memekik kaget akibat serangan mendadak dari istri mungilnya.

"Apa-apaan kamu?!"

"Situ yang apa-apaan! Baru nikah udah ngajak ribut. Nih, rasain nih. JAMBAKAN MAUT ASYAAA!" Gadis cantik itu semakin menguatkan jambakannya pada rambut hitam legam milik sang suami. Tidak peduli jika setelah ini rumah tangganya akan runtuh atau semacamnya, yang terpenting kekesalan dapat tersalurkan dengan baik.

Karena sudah tidak tahan lagi, Dirga langsung membalikkan keadaan. Lebih tepatnya membalikkan tubuh Asya, hingga posisinya kini menjadi di atas, mengukung tubuh mungil itu dengan kedua tangan besarnya.

Asya yang kaget 'pun hanya bisa terdiam kaku, berteriak 'pun rasanya percuma. Wajahnya dan wajah tampan sang suami terasa begitu dekat, hingga ia dapat merasakan hangatnya nafas Dirga yang menerpa kulit wajahnya. Entah mengapa, jantungnya mendadak berdetak dua kali lebih cepat.

DIRGANTARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang