Lekas membaik negeriku, ibuku belum punya menantu.
•
•
"Sya,"
"Sya, ayo bangun! Kita shalat subuh."
Dirga terus mengguncang tubuh mungil istrinya yang masih asyik meringkuk di bawah selimut tebal yang menutupi seluruh tubuhnya. Entah sudah berapa lama pria itu membangunkan istrinya yang tak berkutik sedari tadi. Benar kata mertuanya, Asya jika sudah tertidur hampir menyerupai orang simulasi meninggal.
"Asya,"
Pria itu menyingkap sebagian selimut yang menutupi tubuh mungil istrinya. Dan terpampanglah wajah polos Asya tanpa make up dengan mata terpejam, nampak begitu damai. Berbanding terbalik ketika gadis itu tidak sedang tertidur, cerewet, petakilan, tidak tahu malu dan hiperaktif.
"Cantik," gumam Dirga tanpa sadar.
"Makasih, aku emang udah cantik dari zigot."
Perlahan, kedua bola mata Asya mulai terbuka. Menatap tepat pada bola mata elang milik suaminya. Membuat tentara tampan itu mendadak salah tingkah dibuatnya.
Pria itu tampak mendecih samar, "percaya diri sekali kamu," sinisnya.
"Dih, emang kenyataannya gitu!" sungut Asya.
Dirga menyentil dahi Asya pelan, membuat si-empunya meringis kecil. "Jangan besar kepala, kamu bukan boneka Mampang."
"Dari pada kamu, sok malu-malu kucing. Padahal aslinya mah ada rasa 'kan kamu sama aku? Hayo ngaku!" Asya balik menyudutkan sang suami.
Dirga mengangguk singkat, "ada."
"Beneran ada, Mas?!" tanya Asya penuh antusias, bola matanya tampak berbinar-binar menanti jawaban dari pria tampan di hadapannya.
"Ada. Rasa ingin melempar kamu ke Segitiga Bermuda!"
_____
"Mas, sekarang 'kan hari Sabtu. Nanti habis kumpul ibu-ibu persit, aku mau ngumpul sama temen-temen aku, boleh?"
"Hm,"
"Tapi kayaknya aku pulang sore, beneran boleh?"
"Hm,"
"Kalau aku jualan online lagi, boleh?"
"Hm,"
"Kalau aku mau punya anak, boleh?"
"Hm—APA?!"
Pria itu sontak menyemburkan air yang tengah diminumnya, tepat ke arah wajah cantik sang istri. Kedua mata tajamnya menatap bengis ke arah sepasang bola mata indah di hadapannya.
"Aku mau punya anak. Mama sama Bunda juga udah pada nanyain cucu terus. Apa... Kamu nggak ada niatan mau buat anak sama aku?" tanya Asya takut-takut.
Dirga langsung bangkit dari duduknya, meletakkan gelas di tangannya dengan kasar. "Sudah gila kamu, ha?!" desisnya.
Hal itu membuat Asya refleks menundukkan kepalanya dalam-dalam. Gadis itu merasa takut, lantaran ia tidak pernah melihat suaminya se-marah ini sebelumnya.
Terlebih saat Dirga langsung melenggang, meninggalkannya yang masih termenung menatap punggung tegap pria itu yang mulai menghilang di balik pintu.
Asya menghela napas samar, kemudian gadis itu tampak merebahkan kepalanya di atas meja makan. Ia sungguh tidak menyangka respon suaminya akan seperti itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
DIRGANTARA
RomanceDijodohin?! Sama tentara? Bagaimana rasanya menjadi istri dari seorang panglima Dirgantara? Asya yang menyukai kebebasan tanpa mempedulikan aturan-aturan yang ada, kini dituntut untuk selalu patuh dan taat pada setiap aturan yang diberikan oleh suam...