•
•
"Yang terakhir, ada salam dari @Fania_fn di Tasikmalaya untuk @frmn.gans di Sukabumi," ucap Asya di penghujung siarannya hari ini.
"Kamu tahu 'kan, kalau liburan ke Kali Ciliwung itu impian aku dari lama, tapi kenapa kamu malah ngajak Icha ke sana? Kenapa, Mas? It's my dream, not her! My dream, Mas!"
"It's my dream, not her, Mas! Gimana sih kamu Mas Pirman? 'kan kasihan mbak Fanianya pengin ke Kali Ciliwung nggak jadi-jadi," komentar Hilma. "Ada lagi nggak nih, Mut?" tanyanya kemudian.
Asya menggeleng pelan, "udah habis nih," jawabnya sembari menonaktifkan laptop di hadapannya.
"Nghokey, terakhir ada lagu mencoba untuk setia dari Adista band untuk kalian semua, see you. Ini dia lagunya, Cekidot!" ucap Hilma mengakhiri acara siarannya bersama Asya kali ini.
Setelahnya, lagu berjudul mencoba untuk setia milik salah satu band kenamaan itupun mengalun dengan indahnya, bersamaan dengan Asya dan Hilma yang mulai melangkah meninggalkan ruang siaran.
"Lo mau pulang bareng gue nggak, Sya?" tanya Hilma di tengah-tengah perjalanan mereka menuju lobby.
Asya tampak melirik jam tangannya sekilas, kemudian gadis itu menggeleng pelan. "Nggak deh, lo duluan aja. Gue masih pengin jalan-jalan dulu, toh baru jam setengah satu siang," balasnya.
Hilma tampak mengangguk-anggukkan kepalanya. Kedua wanita itu kemudian saling berpelukan singkat sebelum akhirnya berpisah di depan pintu masuk gedung bertingkat lima itu.
Biasalah, ciwi-ciwi.
"Bye, Hil. Hati-hati bawa mobilnya," peringat Asya sembari melambai-lambaikan tangannya.
"Lo juga, jangan malem-malem pulangnya," balas Hilma.
Asya hanya mengangguk singkat sembari terus memperhatikan tubuh semampai milik sang sahabat yang mulai memasuki mobil mewah milik-nya.
Setelah mobil sport mewah milik Hilma tak lagi nampak di indera penglihatannya, Asya kemudian memilih mendudukkan dirinya di kursi panjang yang telah disediakan di depan gedung radio itu.
"Hidup kok gini amat. Nggak ada Handphone, nggak ada duit, ditambah nggak ada Dirga di sisi gue. Tuhan, gue tahu hidup itu banyak cobaan, tapi ini kebanyakan nggak sih?" monolognya sembari menatap hamparan langit yang siang itu nampak berwarna biru cerah dengan sedikit awan putih yang menghiasinya.
Jika kalian pikir hidup Asya sudah bergelimang harta sedari kecil dan tidak akan mungkin kekurangan uang, kalian benar.
Namun, setelah resmi menjadi istri sah dari seorang panglima Dirgantara, semua kebutuhan wanita itu tak lagi ditanggung oleh Broto, tetapi oleh suaminya.
Dan entah mengapa, pria itu selalu memberikan uang bulanan yang pas-pasan kepada wanita itu. Padahal jika dihitung-hitung, pendapatan Dirga dari menjadi seorang abdi negara ditambah dirinya yang merupakan CEO di perusahaan Andre tentulah sangat mencukupi jika hanya untuk menafkahi satu istri mungilnya itu.
Sejujurnya Asya 'pun merasa kurang dengan nafkah finansial yang diberikan oleh suaminya, tetapi wanita itu tidak berani mengatakannya secara langsung kepada Dirga ataupun kedua orang tuanya. Alhasil, wanita itu harus pintar-pintar mengatur keuangannya dan bekerja sampingan guna memenuhi kebutuhan hidupnya.
Wanita itu kemudian tampak merogoh tas selempang kecil yang dibawanya, mengeluarkan dompetnya untuk melihat berapa sisa uang yang dimilikinya. "Tiga puluh ribu?!" pekiknya tanpa sadar.
KAMU SEDANG MEMBACA
DIRGANTARA
RomanceDijodohin?! Sama tentara? Bagaimana rasanya menjadi istri dari seorang panglima Dirgantara? Asya yang menyukai kebebasan tanpa mempedulikan aturan-aturan yang ada, kini dituntut untuk selalu patuh dan taat pada setiap aturan yang diberikan oleh suam...