•
•
"Woy, cewek bar-bar. Ngomong dong, jangan diem mulu!"
"Woy, lo kerasukan jin tomang, ya?"
"Heh, jawab dong jangan diem aja, elah!"
Asya hanya melirik pria di sampingnya sekilas, kemudian gadis itu kembali memalingkan wajahnya menghadap ke luar jendela mobil, menatap jalanan yang nampak sepi.
Tuk tuk
Kevin memukul-mukul kepala Asya menggunakan ponselnya, membuat gadis itu tampak meringis ngilu.
"Apaan sih? Sakit tahu nggak?!" sentak Asya.
"Lagian lo ditanyain malah diem mulu. Punya mulut tuh dibuat ngomong, jangan cuma makan doang!" sela Kevin.
"Pinyi milit tih dibiit ngiming, jingin cimi mikin diing!" cibir Asya.
Kevin yang kesal langsung menghentikan mobilnya di pinggir jalan, tepat di depan gerobak penjual nasi goreng.
"Lo tuh bener-bener nggak tahu diri, ya! Udah ditolong nggak ada rasa terimakasihnya sama sekali. Sopan kah begitu, wahai cewek bar-bar?!"
Asya tampak memutar bola matanya, gadis itu kemudian balas menatap Kevin yang juga tengah menatapnya.
"Ogah! Alih-alih ngomong makasih sama lo, gue justru malah curiga kalau lo yang ngirim preman-preman tadi buat ngehadang gue, biar lo bisa sok jadi pahlawan kesiangan buat gue. Iya 'kan? ayo ngaku!" tuduh Asya sembari memajukan tubuhnya, telunjuknya tampak mengacung tepat di depan wajah pria tampan di hadapannya.
Kevin yang kesal langsung menyentil dahi Asya gemas. "Waras lo?!" sinisnya.
"Udahlah, ngaku aja. Lo 'kan yang ngirim preman-preman tadi buat gangguin gue?!"
Kevin kembali menyentil dahi mulus Asya. Kali ini sentilannya lebih keras dari sebelumnya, membuat Asya refleks berteriak heboh karenanya.
"Gue nggak se-kurang kerjaan itu kali, sampe nyuruh preman-preman tadi buat gangguin lo segala," tandas Kevin. "Udah lah, percuma ngomong sama orang nggak tahu terimakasih kayak lo! Turun lo dari mobil gue!" titah pria itu.
"Eh? Kok gitu sih?" tanya Asya heran. "Katanya lo mau nganterin gue?!"
"Nggak jadi. Gue berubah pikiran," balas Kevin acuh. "Buruan turun!" titah pria itu, lagi.
Asya menggeleng cepat, gadis itu nampak memegangi sabuk pengaman yang dipakainya erat-erat. "Nggak, gue nggak mau turun!"
"Turun, gue bilang!"
"Nggak mau!"
"Turun nggak lo?!"
"Kok lo maksa, sih?" Asya tampak melipat kedua tangannya di depan dada, mata bulatnya menatap Kevin penuh permusuhan. "Nih ya gue kasih tahu, kalau berbuat baik tuh nggak boleh setengah-setengah, pamali."
"Nggak usah sok nyeramahin gue deh, lo bukan Mamah Dedeh!" sungut Kevin, ikut tersulut emosi melihat tingkah Asya yang menyebalkan.
"Heh, lo nggak tahu Raditya Dika waktu ceramah bilang apa?!" cecar Asya.
"Emang dia bilang apaan?" tantang Kevin.
"Barang siapa yang berbuat baik di hari Sabtu, niscaya besok hari Minggu," ucap Asya.
Sementara Kevin tampak memutar bola matanya, jengah mendengar ucapan ngelantur Asya. Lagipula sejak kapan Raditya Dika beralih profesi menjadi penceramah? Setahu Kevin, Raditya Dika adalah pemain bulutangkis 'kan?
KAMU SEDANG MEMBACA
DIRGANTARA
RomanceDijodohin?! Sama tentara? Bagaimana rasanya menjadi istri dari seorang panglima Dirgantara? Asya yang menyukai kebebasan tanpa mempedulikan aturan-aturan yang ada, kini dituntut untuk selalu patuh dan taat pada setiap aturan yang diberikan oleh suam...