19. Perkara botak

3.1K 386 21
                                    

"Hm, sepertinya romantis sekali... Ya?"

Tubuh Asya langsung menegang seketika. Sementara pria di sampingnya tampak mengernyitkan dahinya, menatap tepat pada bola mata elang milik pria berseragam loreng di hadapannya.

"Romantis pala lo botak!" sungut Kevin.

Asya mendelik tajam ke arah pria di sampingnya. Gadis itu langsung tersadar dari keterkejutannya, dengan cepat ia menarik tangannya dari kenop pintu taksi, begitu pula dengan Kevin.

"Apa kamu bilang?!" Dirga mengeram tertahan.

"Pala lo botak. Kurang jelas? Dasar botak!" balas Kevin dengan nada menyebalkan, bak Fizi yang tengah mengejek Upin dan Ipin dengan santainya.

Asya —yang melihat aura mencekam dari sorot mata tajam milik sang suami— refleks menginjak kaki Kevin, membuat si-empunya meringis kesakitan.

Ya memang sih, rambut hitam legam milik suaminya itu berpotongan cepak, bahkan nyaris botak. Ingat, nyaris. Tapi tetap saja, ucapan Kevin tadi benar-benar membuat Dirga murka. Bahkan tatapan pria itu seakan mengatakan "siapkan mentalmu menuju ajal!" begitulah kira-kira.

"Lo apa-apa apaan, sih?!" sentak mahasiswa baru itu.

"Diem, atau gu—"

"Atau lo cium?" Kevin menyela ucapan Asya dengan santainya. Membuat Dirga kian mendelik tajam ke arahnya.

"Atau gue goreng sosis sama telor lo!" ancam Asya sembari melirik singkat ke arah bagian bawah Kevin, membuat si-empunya telor refleks menutupi asetnya dengan telapak tangan.

"Bodo amat, lah. Minggir lo cewek bar-bar!" Kevin mendorong tubuh mungil Asya agar segera menyingkir dari pintu masuk kursi penumpang. Asya 'pun menurutinya, memberi jalan pria di sampingnya untuk masuk ke taksi yang sedari tadi mereka perdebatkan.

Supir taksi itu tampak menghela napas lega saat Kevin sudah duduk manis di belakangnya. Akhirnya drama botak yang sedari tadi ia saksikan berakhir juga, pikirnya.

Dirga menatap tajam mobil bercat biru yang baru saja melenggang dari hadapannya.

Dapat Asya lihat kedua tangan pria itu yang mengepal erat di samping tubuh atletisnya. Dengan lembut, Asya mengusap bahu tegap milik sang suami, bermaksud menenangkan.

"Nggak papa kok Mas kalau rambut atas botak, asal rambut yang lain lebat."

_____

"Ini hujan kapan berhentinya sih?!"

Dirga memutar bola matanya saat kalimat yang sama terucap dari bibir ranum milik istrinya. Entah sudah berapa puluh kali Asya mendumel dan menyalahkannya yang menjemput gadis itu menggunakan motor, sehingga mereka harus terjebak di tengah hujan deras seperti saat ini.

"Ini semua tuh gar—"

"Saya tidak suka kamu berdekatan dengan pria tadi," ucap Dirga.

Asya terdiam sejenak, mencerna ucapan sang suami yang kini sudah melenggang, menuju gerobak tukang bakso yang juga tengah meneduh di bawah emperan toko yang lumayan luas ini.

"Mas, maksud kamu pria tadi itu siapa?" tanya Asya yang sama sekali tak dihiraukan oleh Dirga.

"Saya pesan baksonya satu mangkok, Pak," ucap tentara tampan itu kepada si penjual bakso. Mengacuhkan pertanyaan istri mungilnya.

"Siap, Den." Tukang bakso itu tampak mengangkat jempolnya tinggi-tinggi.

"Kok cuma satu sih, Mas?" tanya Asya heran.

DIRGANTARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang