•Allo, masih ada orang di sini?
•
•
"Sekarang hari Jum'at," ucap Dirga sembari terus fokus dengan jalanan di hadapannya.
"Iya," balas Asya singkat.
"Besok hari Sabtu," ucap pria itu lagi.
"Ya terus?" tanya Asya, tidak mengerti akan arah pembicaraan sang suami.
"Besok malam Minggu-"
"Iya, aku tahu sekarang hari Jum'at, besok Sabtu, besoknya lagi hari Minggu. Nggak perlu kamu omongin aku juga udah tahu, Mas. Langsung aja deh, kamu tuh mau ngomong apa sebenernya?" sela Asya.
Setelah beberapa jam menghabiskan waktu bersama, Saat ini keduanya tengah dalam perjalanan pulang menuju ke rumah dinas Dirga. Bercerita banyak hal tentang kehidupan mereka sebelum dan sesudah menikah, serta persahabatan antara Dirga dan Edgar.
"Rencananya besok malam saya ingin mengajak kamu berkencan, apa... Kamu bersedia?"
Asya yang sedari tadi hanya diam memperhatikan gerak-gerik sang suami sontak membulatkan bola matanya.
Dengan cepat telapak tangannya kini sudah bertengger manis di atas dahi mulus Dirga.
"Kamu sakit, kesambet, atau abis minum ciu mas?" tanyanya sembari membolak-balikkan telapak tangannya, mengecek suhu badan sang suami.
"Nggak panas," gumamnya sembari beralih mengendus-enduskan hidung mungilnya di samping ketiak Dirga, "nggak bau alkohol juga," lanjutnya.
"Kamu ini kenapa, Asya?" tanya Dirga yang mulai jengah.
"Ya abisnya kamu aneh sih Mas, nggak kayak biasanya."
"Memang biasanya saya seperti apa, heh?!" sela Dirga
"Serem, kayak singa!" seru Asya dengan polosnya.
Dirga yang mendengar penuturan tak berdosa dari bibir mungil Asya langsung melebarkan bola matanya sembari menatap tajam sang istri.
"Apa katamu?!"
"Eh?" Asya dibuat salah tingkah sendiri oleh tatapan elang sang suami. "E... enggak kok, Mas. Tadi aku bilang kamu itu perhatian, romantis, jujur, setia, rajin menabung dan tidak sombong, hehe," dalihnya.
"Oh, jelas. Saya kan memang lelaki paling setia, ganteng, manis, rajin sholat, rajin menabung dan tidak sombong di muka bumi ini," ucap Dirga sembari menyugar rambut cepaknya ke belakang.
"Dih, apaan kata dia?! Tidak sombong? Lah terus itu apaan namanya kalo bukan sombong Bambang?! Pake segala nyugar rambut ke belakang lagi. Sok iye lo, Botak!"
Ah, tentu saja cibiran itu hanya Asya katakan di dalam hati. Bisa habis ia di tangan Dirga jika berani mengucapkannya secara langsung.
Wanita itu memutar bola matanya jengah, kepalanya ia sandarkan di dashboard mobil, malas mendengar celotehan sang suami yang terlalu percaya diri.
Setibanya di rumah dinas Dirga, mereka dikejutkan dengan kedatangan keluarga Atmaja dan Brawijaya yang tengah berbincang hangat di ruang tamu rumah mereka.
"Assalamu'alaikum" ucap Asya dan Dirga bersamaan, mengalihkan perhatian kedua keluarga itu.
"Wa'alaikumussalam" balas mereka serempak.
"Dari mana saja kalian?" tanya Broto sembari menerima uluran tangan Asya dan Dirga yang tengah menyalami anggota keluarga mereka satu-persatu.
"Kalian kok bisa masuk kesini? Kan pintunya aku kunci, kok bisa dapet kuncinya? Kok kesini nggak bilang-bilang aku sama Mas Dirga dulu? Kok? Kok?" sela Asya tanpa menjawab pertanyaan sang Ayah.
KAMU SEDANG MEMBACA
DIRGANTARA
RomanceDijodohin?! Sama tentara? Bagaimana rasanya menjadi istri dari seorang panglima Dirgantara? Asya yang menyukai kebebasan tanpa mempedulikan aturan-aturan yang ada, kini dituntut untuk selalu patuh dan taat pada setiap aturan yang diberikan oleh suam...