13. Jatuh dan Patah

4.1K 448 25
                                    

"AH, POKOKNYA DIRGANJING! ANJING, ANJING, ANJENGGG!"

"Siapa yang anjing, hm?"

Tubuh gadis itu meremang saat mendengar bias suara yang sudah tidak asing lagi di telinganya. Keringat dinginnya mengucur deras, membasahi separuh wajah cantiknya. Jantungnya pun tak kalah eksis, alat pemompa darah itu berdegup kencang tak beraturan.

Dug jedug jedug gubrak

Seperti itulah kira-kira bunyi detak jantung Asya saat ini.

Dengan ragu, gadis itu segera membalikkan tubuhnya. Sementara kedua sahabatnya sudah lebih dulu ngacir, dengan alibi ini adalah masalah keluarga, jadi mereka tidak berhak ikut campur. Aslinya mah takut, euy.

"E-eh, jodohnya Asya. Ngapain ke sini, Mas?" tanyanya mengalihkan pembicaraan.

Pria itu memicingkan matanya. "Siapa yang kamu sebut anjing?!" tanyanya dengan nada datar nan mengintrogasi.

Asya menggigit bibir bawahnya kuat-kuat. Gadis itu takut. Belum ada satu Minggu iya menangis bombay hanya karena dimarahi sang suami, hal seperti ini sudah terjadi lagi.

Entah mengapa, mata tajam milik suaminya selalu bisa membuat gadis itu mati kutu.

Asya menunduk, tidak berani menatap wajah tampan milik suaminya. Sesaat kemudian, tubuhnya kembali meremang. Jika tadi jantungnya berdegup kencang tak beraturan, maka sekarang jantungnya seperti tidak berfungsi.

Gadis itu mendongak, menatap wajah tampan sang suami yang juga tengah menatapnya.

Jemari kekar milik Dirga mengusap bibir ranum milik Asya dengan lembutnya. "Jangan digigit," ucapnya lembut.

Tentara tampan itu kemudian memasukkan ibu jarinya ke dalam mulutnya sendiri. "Manis," gumamnya.

Asya dibuat tercengang oleh tingkah sang suami. Gadis itu hanya terdiam kaku, tak bisa berkata-kata.

"Mulut kamu terlalu manis untuk berbicara kasar."

Kemudian, pria itu melenggang dengan santainya. Seolah tidak pernah terjadi apa-apa sebelumnya.

Meninggalkan Asya yang masih mematung di tempatnya. Gadis itu memegangi dadanya yang mendadak terasa sesak.

"Dia... Kerasukan jin taman ya?"

______

"Ini kita mau jalan kaki sampai sana, guys?"

Kelima gadis cantik yang tengah berjalan beriringan di trotoar dekat kampus mereka, kompak menghentikan langkahnya.

Kelima gadis -yang tak lain adalah Asya, Tiara, Hilma yang sebenarnya sudah tidak gadis lagi, Angel dan Una- itu tampak saling menatap satu sama lain. Mereka berencana akan pergi ke cafe yang sedang viral di daerah Jakarta Selatan. Qubetu cafe, kepanjangan dari kafe qumpulan para beban orang tua. "Katanya" selain menu makanan yang enak-enak, qubetu cafe juga terkenal akan harganya yang ramah di kantong pelajar. Cocok untuk para beban keluarga seperti mereka.

"Ya enggak lah! Bisa kebas kaki gue kalau jalan lama-lama," ucap Hilma yang diangguki oleh teman-temannya yang lain.

"Naik ojol aja biar cepet," usul Una.

Keempat temannya mengangguk, menyetujui.

"Biar gue aja yang pesen," ucap Asya.

Setelahnya, mereka duduk di bawah pohon rindang, samping trotoar. Berlindung dari teriknya sinar matahari.

DIRGANTARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang