9. Tamu tak diundang

4.9K 495 30
                                    

Hari ini adalah hari yang paling menyebalkan bagi seorang Arsyana Ayu Basagita. Di hari ini pula tepat seminggu ia resmi dipersunting oleh pria menyebalkan di hadapannya.

"Kamu,"

Asya yang tengah fokus memperhatikan orang-orang di sekelilingnya langsung menoleh, menatap wajah tampan sang suami. Ia menunjuk dirinya sendiri seolah bertanya 'aing?'

"Iya kamu, siapa lagi memang?" Dirga menggelengkan kepalanya beberapa kali, "Tolong buatkan saya kopi. Jangan terlalu manis, kurangi takaran gulanya seperti biasa," pintanya yang lebih terdengar seperti perintah.

Asya mengangguk patuh. Saat ia hendak beranjak dari tempatnya, suara seseorang kembali menginterupsinya.

"Gue juga. Punya gue nggak usah dikasih gula, takut diabetes. Soalnya lo udah lebih dari sekedar manis, mwehehe."

Asya memutar bola matanya, sekilas ia menatap Dirga yang hanya memasang wajah datar dengan sorot mata setajam elang. Apa pria itu marah karena istrinya yang cantik jelita ini digoda oleh teman laknatnya sendiri?

"Si Japar mah kalau kopinya lo campurin sianida juga diminum, Sya," ucap pria yang lain.

Asya hanya geleng-geleng kepala mendengarnya. Saat hendak beranjak, langkahnya kembali terhenti.

"Buatin gue es teh manis. Jangan nggak pake es, jangan pake teh, jangan pake gula, dan jangan lupa pake cinta. Sokey honey?" Kali ini si Kribo yang berbicara.

Asya menghembuskan nafas panjangnya. Tampol jangan?

"Gue juga. Tenang, kalau gue mah nggak muluk-muluk. Buatin gue jus jeruk rasa kari ayam."

Ini nih, ini. Bagaimana tidak menyebalkan? Jika di hari Minggu yang cerah ini, Asya justru harus dihadapkan dengan se-kawan kampret yang sungguh menguras emosi dan kesabarannya.

Empat pria tampan yang kini tengah duduk selonjoran dengan kaki yang bertumpu di atas meja ruang tamu miliknya. Tampang polos tanpa dosa mereka benar-benar terlihat halal untuk ditampol.

Masih ingat mereka? Empat pria yang datang ke resepsi pernikahan-nya dan sang suami dengan membawa seperangkat alat tempur. Ya, mana mungkin Asya akan melupakan kejadian yang paling bersejarah dalam hidupnya begitu saja.

"Jadi yang bener kalian mau minum apa?!" Asya menatap keempatnya tajam. Sementara saat pandangannya tak sengaja bertemu dengan Dirga, Asya justru dibuat salah tingkah hanya karena mata tajam sang suami yang menyorotnya intens.

"Luluhnya sama pawangnya doang ternyata," Japar mendecih pelan, disusul oleh gelak tawa teman-temannya.

"Berarti lo kurang berbakat jadi pebinor, Par," ledek Bertus—pria berkepala kribo.

Japar mengangguk, menyetujui. "Gue emang nggak bakat jadi pebinor, bakat gue tuh jadi pelakor." Dengan genit, ia mengedipkan sebelah matanya ke arah Dirga.

Bertus yang duduk di samping Japar langsung menjaga jarak dengan sahabatnya itu. Membuat Japar merasa sedikit tersinggung karenanya.

"Lo ngapa, sih?! Kayak jijik banget sama gue."

"Ngeri njir! Gue macho gini," Bertus menyingkap baju lengan pendeknya, memperlihatkan otot-otot yang menonjol dari balik kain tipis tersebut. "Kalo sampe si Japar belok ke gue 'kan berabe," ucapnya.

Asya memutar bola matanya, dari pada harus terjebak dengan obrolan unfaedah para pria tersebut. Ia memutuskan untuk pergi ke dapur, membuatkan kopi untuk suaminya dan sekawan kampret itu.

DIRGANTARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang