12. Mbahmu Salto

4.2K 403 14
                                    

"Ahh jangan, Sya."

Sekujur tubuh Dirga terasa meremang, sementara Asya malah semakin asyik mendaratkan bibirnya di dada bidang suaminya itu.

"Ahh, b-berhenti disitu, Asya!"

Gadis itu sama sekali tidak menghiraukan peringatan sang suami, ia justru semakin gencar menyesap setiap bagian tubuh atletis dari dirga, meninggalkan jejak kebiruan di dada, leher, dan bahu suaminya.

Dirga membekap mulutnya rapat-rapat, mencegah suara laknat itu kembali keluar. Pria itu tak habis pikir dengan tingkah gila istrinya itu. Entah jin jenis apa yang merasuki tubuh Asya saat ini.

Sepulang dari kampus, gadis itu langsung menindih Dirga yang tengah bersantai di depan layar televisi. Menyerangnya bagai hewan buas yang kelaparan.

"Udah, kamu diem aja. Cukup aku yang kerja."

Dirga mengeram tertahan, entah apa yang ada di pikiran gadisnya saat ini. Yang jelas, tentara tampan itu sudah tidak tahan lagi. Ia segera membalik tubuh Asya dengan mudahnya, mencumbu bibir ranum istrinya yang kini berada di bawah kungkungannya.

"Hmptt"

Cumbuan Dirga perlahan turun, bersamaan dengan tangannya yang mulai aktif di bawah sana.

"Mas,"

"Kamu akan menyesal, Asya."

"Mas, ak— hmpt"

Diam-diam, tentara tampan itu menyeringai mendengar desahan tertahan sang istri.

Sepertinya sore ini burungnya akan masuk sangkar. Setelah sekian lama terbang bebas dan beberapa kali bermain solo, akhirnya sekarang Aliando —nama khusus yang di berikan oleh Dirga untuk sikecil— memiliki teman bermain.

"Mas,"

"Mas suami. bangun, Mas. Udah jam setengah tujuh."

Dirga membuka matanya dengan tergesa.

Wajah cantik nan imut milik istrinya lah yang langsung terlihat oleh obsidian kelam miliknya. Pria itu menahan napas selama beberapa detik.

Sialan!

Kenapa mimpi itu terasa begitu nyata? Kenapa? Kenapa?

Mata tajamnya kembali menatap Asya yang juga tengah menatapnya.

"Mas Dirga kenapa? Kok keringetan gitu? Habis mimpi buruk ya?"

"Saya mimpi indah, Sya. Sangat indah, asal kamu tahu."

"Ya, buruk. Buruk sekali." Pada akhirnya, kalimat itulah yang terlontar dari bibir tebal milik sang prajurit.

Lagi pula, tidak mungkin rasanya jika ia harus menceritakan mimpinya kepada sang istri. Memalukan.

Dirga mengalihkan pandangannya pada jam weker di atas nakas. Pukul setengah tujuh pagi. Padahal tadi di mimpinya sudah sore.

Ahh, mengingat mimpinya tadi, sekujur tubuhnya mendadak panas-dingin.

Kemudian, pria tampan itu segera bangkit, berlari kecil menuju kamar mandi guna membersihkan diri. Meninggalkan Asya yang tengah termenung, memikirkan tingkah aneh sang suami.

Saat hendak berbalik, gadis cantik itu dibuat heran oleh kasur king size yang tadi ditiduri Dirga. Dengan ragu, Asya berjalan pelan, menghampiri kasur tersebut. Perlahan, Asya mengulurkan tangan kanannya untuk menyentuh bagian kasur tersebut.

DIRGANTARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang