Saya mau kencing, jangan ada yang ngintip kalau tidak ingin kepala kalian saya tembak!
•
•
PRANG
BUK BUK
Dirga menutup telinganya rapat-rapat saat suara-suara aneh itu kembali mengusik tidurnya. Mata tajamnya melirik jam weker yang ia letakkan di atas nakas, alat pengukur waktu itu masih menunjukkan pukul setengah enam pagi.
Tadi, setelah shalat subuh berjamaah dengan Asya, pria itu milih untuk mengerjakan tugas-tugas kantor yang diberikan oleh Andre. —Sesekali ayahnya memang mempercayakan urusan kantornya kepada Dirga. Selain memiliki kemampuan di atas rata-rata, Dirga juga merupakan ahli waris tunggal dari keluarga Brawijaya. Jadilah mau tak mau ia harus ikut andil dalam mengurus salah satu perusahaan minyak bumi terbesar di Asia tenggara itu.— Namun ditengah-tengah pergulatannya dengan beberapa dokumen-dokumen penting itu, istri cantiknya datang membawa segelas susu hangat. Hawa pagi hari yang dingin ditambah susu coklat yang ia minum membuat rasa kantuknya tak tertahankan.
Namun belum sampai satu jam mata tajamnya terlelap, suara-suara rusuh yang entah berasal dari mana itu dengan lancangnya mengganggu tidur sang prajurit.
GUBRAK
DUK TANG DUK DUK TANG
PRANGG
Karena sudah tidak tahan lagi, Dirga segera menyibak selimut yang menutupi separuh tubuh atletisnya. Melenggang meninggalkan kamarnya dan sang istri, mencari sumber suara gubrak-gubrak itu berasal.
Begitu sampai di bagian belakang rumahnya —tempat suara itu berasal— Dirga dibuat tercengang oleh keadaan dapurnya yang ambyar.
Tepung terigu, minyak goreng dan pecahan telur yang berserakan di lantai, peralatan masak yang tergeletak mengenaskan hingga bahan masakan lain yang berceceran, membuat tempat memasak itu lebih terlihat seperti baru terkena gempa bumi alih-alih digunakan untuk memasak seperti yang Asya lakukan.
"K-kamu... "
Mendengar suara sang suami yang terbata-bata, Asya segera menghentikan aksinya memotong bawang. Ia menoleh ke arah Dirga yang tengah memegangi dadanya dengan mulut yang terbuka lebar.
"Lho, Mas Suami udah bangun?" tanyanya.
Dirga hanya bisa terdiam, ia masih terlalu shock melihat keadaan dapur yang selama ini ia rawat dengan baik, kini menjadi tak layak huni.
KAMU SEDANG MEMBACA
DIRGANTARA
RomanceDijodohin?! Sama tentara? Bagaimana rasanya menjadi istri dari seorang panglima Dirgantara? Asya yang menyukai kebebasan tanpa mempedulikan aturan-aturan yang ada, kini dituntut untuk selalu patuh dan taat pada setiap aturan yang diberikan oleh suam...