••
"Saya terima nikah dan kawinnya Arsyana Ayu Basagita dengan mas kawin tersebut dibayar TUNAI."
"Bagaimana para saksi?"
"SAHHH"
Asya hampir saja menitihkan air mata. Lega, haru, bahagia, bingung, semua bercampur menjadi satu.
Hari ini. Hari ini ia resmi mencoret status lajang dari KTP-nya, melepas tanggung jawab sang ayah untuk menjaganya, memasrahkan diri pada suaminya.
Kini, Arsyana Ayu Basagita telah resmi menjadi seorang istri dari Dirgantara Brawijaya. Pria tampan yang terpaut usia cukup jauh darinya, seorang abdi negara yang telah berjanji di hadapan Tuhan dan kedua orang tuanya. Dirga sudah berjanji, akan selalu melindungi Asya, menyayangi dan menuntunnya ke jalan yang lebih baik lagi. Meskipun Asya tahu, sangat tahu bahwa mereka belum saling mencintai, tapi ia harap Dirga tidak akan pernah mengingkari janji terakhirnya untuk tidak meninggalkan Asya, serumit apapun keadaannya.
Ini bukan mimpi, ini nyata. Setelah Asya mimpi basah Minggu lalu, Dirga tidak pernah mengunjunginya lagi. Menuruti perintah orang tua pada zaman dahulu, pamali jika calon pengantin banyak ke luar rumah menjelang hari pernikahan.
Saat itu mereka membahas banyak hal tentang rencana pernikahan mereka, semua diselesaikan pada hari itu juga. Mulai dekorasi, tema, hingga mas kawin. Asya yang saat itu bermimpi diberikan mas kawin squishi satu karung langsung merengek pada Dirga dan kedua orang tuanya. Tentu saja hal itu langsung ditolak mentah-mentah oleh sang prajurit. Dimana harga dirinya sebagai pewaris tunggal keluarga Brawijaya? Bisa-bisa keluarganya dikira bangkrut mendadak hanya karena permintaan gila calon istrinya itu.
Lagipula, bagi Dirga pernikahan itu tidak se-bercanda squishi yang bisa dikembang-kempiskan sesuka hati si pemilik. Disaat semua perempuan di luaran sana meminta mas kawin seperti berlian atau emas, gadis mungil itu justru meminta squishi, satu karung pula. Ajaib.
Dirga melepaskan jabatan tangannya dari Pak penghulu. Menatap heran istri barunya yang kini tengah memejamkan mata sembari memonyong-monyongkan bibir ranumnya.
Semua yang ada di ruangan tersebut juga tak kalah herannya dengan Dirga, bahkan Raga sampai berbisik-bisik pada sang bunda.
"Kamu ini kenapa?" Asya membuka matanya sejenak, kemudian kembali memejamkannya.
"Cium."
Semua orang dibuat terkekeh oleh tingkahnya. Namun tidak dengan Dirga, tentara itu justru langsung memalingkan wajahnya. Untuk sesaat, Dirga meresapi perasaan yang belum pernah ia rasakan sebelumnya. Hatinya serasa tersengat aliran yang tidak ia ketahui apa namanya, wajahnya memerah padam hingga ke telinga.
Andre yang melihat gelagat malu-malu kucing dari sang anak sontak tersenyum menggoda, menatap putranya lembut. Memberi arahan untuk melakukan apa yang Asya inginkan.
Dirga enggan, tapi....
Pada akhirnya ia 'pun melakukan perintah dari sang ayah. Meski sedikit ragu-ragu, Dirga akhirnya memberanikan diri untuk mendekatkan wajah tampannya pada wajah cantik gadis yang kini telah resmi menjadi istrinya.
Mengecup lembut kening mulus Asya penuh kasih sayang. Membuat si-empunya menahan mati-matian debaran jantungnya yang seakan hendak loncat saking cepatnya berdetak. Bibir yang sedari tadi ia monyongkan, kini ia kulum. Menjerit tertahan di tengah ramainya pekikan orang-orang yang menggoda mereka.
"BUNDA, ANAKMU BAPERRR!"
>>><<<
Sedari tadi, bibir ranum itu tak henti-hentinya menggerutu, menyumpah-serapahi para tamu yang datang silih berganti. Mengajaknya bersalaman, berfoto, hingga ber-ghibah.
KAMU SEDANG MEMBACA
DIRGANTARA
RomanceDijodohin?! Sama tentara? Bagaimana rasanya menjadi istri dari seorang panglima Dirgantara? Asya yang menyukai kebebasan tanpa mempedulikan aturan-aturan yang ada, kini dituntut untuk selalu patuh dan taat pada setiap aturan yang diberikan oleh suam...