Happy Reading
Sorry for the typo(s)
***
Jaemin menarik selimut untuk menghalau cahaya matahari. Tangan kanannya meraba acak sprei untuk mencari ponselnya yang berdering. Usai mematikan alarm, ia mengambil guling dan menyamankan diri. Sedikit lagi ia terlelap, pintu kamarnya diketuk.
"Nana?"
Jaemin menghela napas dalam. Kenapa malam berlalu sangat cepat? Ia belum puas mengistirahatkan tubuh lelahnya. "Bangun, Pa. Ini mau mandi," balasnya sebelum menguap kecil.
"Oke. Jangan lama-lama."
Dengan langkah gontai, pemuda manis ini melenggang ke kamar mandi. Kurang dari tiga puluh menit, ia sudah duduk bersama orang tuanya. Sadar hampir terlambat, ia mencomot dua lembar roti tawar dan melupakan nasi yang masih ada di mangkuknya. "Nana berangkat!"
"Anakmu, Pi."
Sang kepala keluarga menggeleng. "Anak siapa dia?"
***
Senyum tipis Jaemin tunjukkan bagi siapa saja yang tersenyum padanya. Ia menarik kenop pintu dan rasa terkejut sontak menghampirinya.
Sejak kapan Hyunjin ada di ruangannya?
Ia menerbitkan lengkung manis di bibirnya lagi. "Sudah lama?"
Hyunjin tertawa pelan. "Selamat pagi," sapanya.
Lagi-lagi Jaemin membalas sapaan itu dengan senyuman kendati penasaran. "Ada apa?" tanyanya sembari mengontrol deru napas. Sepasang mata indahnya lantas menatap satu gelas kopi dan sausage wrap di atas meja.
Mengerti ke mana manik Jaemin terarah, Hyunjin pun menyeletuk, "Karena kamu telat jadi aku pikir kamu belum sarapan."
Jaemin mematung sesaat. Ucapan Hyunjin tak sepenuhnya salah. "Kamu udah lama nunggu?"
Pria yang memakai kemaja putih ini bergumam mengiyakan kemudian mendorong pemberiannya supaya lebih dekat dengan Jaemin. "Sekitar dua puluh menit," ujarnya yang diakhiri kekehan.
Jaemin menggigit bibirnya sendiri lalu mengucapkan maaf sebagai tanda sesal.
Kepala Hyunjin menggeleng. "Nggak perlu minta maaf. Aku ke sini mau mastiin kamu sarapan aja." Ia melirik selembar kertas yang ditempel. "Apalagi jadwal kamu padat hari ini." Senyumnya terbit tanpa bosan.
Jaemin menatap sarapan untuknya. "Seharusnya kamu nggak perlu repot-repot. Terima kasih ya." Sejak beberapa bulan terakhir, Hyunjin sering memberikan perhatian kecil padanya dan itu membuat dirinya merasa tidak enak.
Hyunjin memandang sekilas arlojinya. "Jangan lupa makan siang," pamitnya.
"Sekali lagi terima kasih."
Sambil menikmati sarapan, pemilik senyum indah ini membuka ponsel dan memeriksa puluhan pesan dari grup obrolan yang berisi Haechan, Renjun, serta dirinya. Saat menelusuri penyebab keramaian itu, ia mencibir.
KAMU SEDANG MEMBACA
Soon To Be Jung [MarkMin]
Fanfiction"Dokter Na cantik. Jisung suka." "Sekali lagi, terima kasih." "Ayah, Jisung mau papa." "Saya serius." "Na Jaemin, be mine?"