00

25.5K 1.6K 29
                                    

Happy Reading

Sorry for the typo(s)

***

Pria bersurai hitam legam ini menyapu pandang ke berbagai arah. Setajam apapun mata elangnya melihat, ia tidak dapat menemukan Jisung, putranya yang berusia lima tahun. Ia menghela napas gusar sambil bergumam, "Astaga, Nak! Kenapa pinter banget buat ayah panik?" 

Jisung luput dari pengawasannya saat ia mengurus biaya administrasi Taeyong. Seingatnya, ia sudah memberi perintah agar Jisung menunggu namun kesayangannya itu tidak lagi di sana. 

Mark semakin panik ketika menerima pesan dari Jaehyun yang meminta mereka berdua segera kembali. Maka dari itu, ia mempercepat kedua kakinya sambil terus mencari si kecil. Tatkala ia akan masuk ke elevator, manik kelamnya menemukan Jisung yang tengah berjalan dan bergandengan tangan dengan laki-laki yang masih mengenakan pakaian operasi berwarna biru. Lengkap dengan masker yang menutupi wajahnya. 

Jung kecil yang menyadari eksistensi ayahnya kontan berseru, "Ayah!" Ia lantas berlari kecil dan itu membuat sosok yang bergandengan tangan dengannya juga ikut berlari. Mau tak mau. 

Seketika Mark menarik napas lega dan berjalan ke arah keduanya. "Jisung udah mulai nakal ya?" 

Yang ditegur memamerkan senyum tanpa dosa. Bibir kecilnya berkedut lalu berkata, "Maaf. Soalnya ayah lama dan Jisung bosan. Terus waktu jalan-jalan, Jisung kenalan sama Dokter Na!" 

Mark menatap seorang dokter yang namanya disebut oleh Jisung. Ia otomatis membungkukkan badan dan tersenyum kecil. "Sudah bilang terima kasih?" tanyanya pada Jisung yang langsung dihadiahi gelengan. 

Bocah laki-laki berkaus abu-abu muda ini mendongak dan melepaskan tautan tangannya dengan sosok yang tadi membantunya. "Terima kasih, Dokter Na!" Kentara sekali ia sangat gembira. Setelah itu, ia beralih menggenggam tangan ayahnya. 

Si manis Na mengangguk. Senyum manisnya terbingkai meski tertutup masker. "Sama-sama. Lain kali Jisung dengar kata ayah ya." Ia terkekeh saat Jisung mengangguk-angguk patuh tetapi wajahnya berkata lain. 

Teringat pesan sang ayah, Mark lekas menimpali. "Sekali lagi terima kasih."  Kemudian ia menggiring Jisung agar berjalan di sisinya. Lagi-lagi ia menghembuskan napas ketika Jisung menoleh ke belakang dan berseru semangat.

"Bye-bye, Om! Nanti kita ketemu lagi!"

Ayah dan anak ini sudah berada di dalam lift. "Jisung hampir buat bubu marah ke ayah lho," ucap Mark kemudian. 

Alih-alih menjawab, Jisung justru mengulurkan tangan ke arah pria yang ia panggil ayah, meminta gendong. Tetapi Mark menolaknya. Bibirnya mengerucut dan menghela napas kecewa. "Maaf, Ayah. Janji ngga kabur lagi."

Entah apa penyebabnya tapi ayah muda ini tersenyum tipis. Mark pun berlutut agar tingginya sejajar dengan Jisung. "Janji ya?" tanyanya memastikan. 

Jisung mengangguk cepat dan mengaitkan jari kelingking mereka. "Um! Janji!" 

"Kalau ingkar mau dihukum apa?" 

"Tidur sama Om Jeno!"

Mark tersenyum tipis mendengarnya. Itu bukan hukuman apabila membiarkan Jisung bersama Jeno. Mengapa? Karena Jeno sudah pasti mengabulkan apapun keinginan Jisung. Pintu lift pun terbuka dan Mark menuntun Jisung agar keluar. 

Tepat di langkah ketiga, ucapan Jisung sukses membuat Mark mematung. 

"Dokter Na cantik! Jisung suka!"

TBC

Halo, long time no see hehe. Semoga kalian sehat selalu yaa💚💚.










Soon To Be Jung [MarkMin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang