Happy Reading
Sorry for the typo(s)
***
Jisung mengerjapkan matanya sebelum menggeliat pelan. Tatkala kelopak matanya sudah terbuka sempurna dan tak lagi mengabur, ia sadar bahwa bukan Mark yang memeluknya sepanjang malam tetapi Jaemin. Ia tersenyum manis seraya mengusap pelan pipi Jaemin. Maniknya benar-benar tidak bisa berbohong bahwa ia terpesona menyaksikan betapa cantik dan damainya Jaemin terlelap.
Merasakan sentuhan di bulu matanya, Jaemin sontak terusik dan menggeliat. Iris madunya menyesuaikan cahaya lampu yang menyorot di atasnya. Ia sedikit terkejut saat mendengar ucapan selamat pagi.
"Paman Jaemin, selamat pagi," sapa Jisung. Ia kemudian beringsut mendekat dan memeluk Jaemin.
Jaemin menetralkan rasa terkejutnya lalu membalas pelukan si kecil. Sudut bibirnya mengulas senyum dan membalas, "Selamat pagi." Ia mengusap-usap punggung Jisung yang tengah menyentuh kancing piyamanya seperti tadi malam. "Jisung berangkat sekolah jam berapa?"
"Jam delapan." Jisung hanya mengangguk ketika Jaemin mengatakan masih ada sisa waktu yang cukup banyak untuk menyambung tidur. Dalam diam ia mendengarkan detak jantung si lelaki cantik. Entah mengapa, kendati masih tergolong orang baru, ia nyaman dipeluk Jaemin. Ia merasa hangat seolah berada di dekapan ayahnya. "Paman Jaemin?"
"Mm?"
"Terima kasih."
Jaemin berpikir jenak, memikirkan untuk apa Jisung mengucapkan terima kasih. Seusai mengerti, ia pun terkekeh sembari mencubit gemas pipi gembil Jisung. "Sama-sama, Jisungie. Kok Jisung manis banget sih?" Ia tertawa pelan kala menyadari semburat kemerahan terlukis jelas di pipi si lucu ini. "Jisung mau sarapan apa?"
Jisung tersenyum dan menyembunyikan rasa malunya sebaik mungkin. "Muffin blueberry." Kelopak matanya mengedip ketika telunjuk Jaemin menyentuh puncak hidungnya.
"Muffin bukan untuk sarapan, Sayang."
"Mm.. Apa ya? Semua masakan paman pasti Jisung suka."
Lantaran enggan memperpanjang, Jaemin mengangguk. Ia lantas menuntun Jisung ke kamar mandi untuk mencuci muka dan sikat gigi. Setelah itu, mereka menyiapkan sarapan bersama.
***
Berulang kali Mark menghela napas. Mata bulatnya memandang bingung bingkisan yang ada di genggaman. Kalau sudah seperti ini, mau tak mau ia harus memberikannya kepada Na Jaemin. Tapi bagaimana caranya?
Saking seriusnya berpikir, ia tidak sadar sudah berdiri di depan pintu apartemen Jaemin. Sembari menunggu, ia melanjutkan kegiatan berpikirnya. Kepalanya mendongak saat mendengar suara Jisung. Ia merindukan jagoannya meski hanya satu hari berpisah.
"Ayah, I miss you!"
Dengan sigap Mark menangkap Jisung yang melompat padanya. Ia mencium pipi Jisung berkali-kali hingga tawa geli kesayangannya pecah. "I miss you too." Hidungnya mengendus leher dan tengkuk putranya. "Jisung belum mandi ya?"
Jisung menggeleng. "Belum. Jisung baru selesai sarapan sama Paman Jaemin."
Penuturan Jisung membuat Mark menatap Jaemin yang sedari tadi memperhatikan mereka. Ia menurunkan Jisung kemudian membungkuk sopan. "Terima kasih sudah mengizinkan Jisung menginap," ujarnya, enggan berbasa-basi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Soon To Be Jung [MarkMin]
Fanfiction"Dokter Na cantik. Jisung suka." "Sekali lagi, terima kasih." "Ayah, Jisung mau papa." "Saya serius." "Na Jaemin, be mine?"