Happy Reading
Sorry for the typo(s)
***
Jaemin mengusap kepala si kecil yang menunduk, terang-terangan menghindarinya. Entahlah, ia tidak tahu alasannya kenapa lantaran Jisung juga sedikit menjauh. Padahal biasanya anak laki-laki berusia lima tahun itu hobi menempelinya. "Jisung kenapa?"
Yang ditanya menggeleng murung. Sadar ditatap sedemikian lekat, bibir mungilnya melengkung ke bawah. Buah stroberi di mulutnya ia kunyah dengan sedih. Di sela mengunyah, ia mencuri-curi pandang ke arah Jaemin yang setia memperhatikannya.
Helaan napas yang Jaemin hembuskan menyiratkan kebingungan. Otomatis ia menoleh ke belakang mendengar suara langkah kaki yang mendekat. Timbul kernyitan bingung saat Jisung tiba-tiba beranjak. Iris cokelatnya memicing curiga. "Jisung kamu apain, Kak?"
Sorot mata Mark memancarkan tanda tanya. "Hah? Kakak baik-baik aja kok sama Jisung," balasnya sebelum melenggang ke dapur untuk memasukkan es krim permintaan putranya ke dalam kulkas.
Mau tak mau Jaemin mengekor di belakang yang lebih tua. "Daritadi Jisung cemberut terus. Pasti ada hubungannya sama kakak 'kan?" Bukannya penjelasan, yang ia dapatkan adalah senyuman tipis. Dasar aneh, pikirnya. "Kak? Kenapa gak dijawab?"
"Soal tunangan kamu kemarin."
"Maksudnya?"
Di mana korelasi antara Jisung yang cemberut dan teman Jaemin?
"Tanya ke Jisung aja ya."
Jaemin mencebik pelan, sedikit kesal karena Mark enggan memberitahunya. "Jangan lupa minta maaf sama Jisung. Gara-gara kakak, Jisung jadi sedih."
Mark terkekeh geli. "Biarin aja. Anak kakak lucu kalau lagi ngambek," ucapnya lalu berjalan menuju kamarnya sendiri.
Hingga punggung sang dominan tak lagi terlihat, Jaemin mengayunkan kakinya ke kamar Jisung. Baiklah, ia akan bertanya daripada mati penasaran. "Ayah nakal ya?" tanyanya seusai duduk di samping Jisung.
Jisung diam saja, tidak mengangguk ataupun menggeleng. Maniknya berkaca-kaca menatap Jaemin. "Ayah bilang Jisung gak boleh main sama paman lagi soalnya ada om pacar paman. Nanti Jisung ganggu. Beneran gak boleh?" Air matanya yang menggenang bisa jatuh kapan saja andai ia berkedip.
"Om yang kemarin itu?" Jaemin mendudukkan Jisung ke atas pangkuannya. "Bukan pacar tapi temen. Ayah bohong tahu sama Jisung." Dengan lembut jemarinya menyeka sebulir air mata Jisung yang mengalir.
"Beneran?"
"Iya. Jisung lebih percaya sama paman atau ayah?"
Jisung sontak memeluk Jaemin dan menempelkan pipi gembilnya ke dadanya. Ugh, hatinya lega sekali dan tidak seburuk sebelumnya. "Paman Jaemin. Jisung sedih kalau gak bisa main sama paman lagi." Ia mendongak seraya mendesis kesal. "Jisung marah sama ayah!"
Siapa yang tidak gondok dibohongi? Awas saja. Ia akan membalasnya nanti.
Jaemin tersenyum. "Ih lucunyaa," ujarnya ketika menekan-nekan gemas pipi Jisung yang menggembung. Sewaktu bertanya, ia mengetuk pucuk hidung seseorang yang betah memandangnya tanpa berkedip. "Jisung mau makan malam apa?"
"Mm... Ayam!"
"Oke, let's go!"
Tawa Jisung terdengar, seolah-olah kesedihannya tadi tak pernah ada. Dengan semangat ia mengayunkan tautan tangan mereka selama berjalan beriringan.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Soon To Be Jung [MarkMin]
Fanfiction"Dokter Na cantik. Jisung suka." "Sekali lagi, terima kasih." "Ayah, Jisung mau papa." "Saya serius." "Na Jaemin, be mine?"