14

8.5K 1.1K 25
                                    

Happy Reading

Sorry for the typo(s)

***

Mark duduk di sebelah Jisung yang tengah beristirahat pasca terserang demam. Jisung hujan-hujanan tadi siang di luar pengawasannya. Ia menyentuh kening si kecil yang terasa hangat. Ia menghela napas menyadari Jisung masih enggan berbicara padanya. Ketika mengadu kepalanya sakit pun, bukan dirinya yang Jisung temui. 

"Ayah?"

Mata bulat Mark sontak mengerjap. "Iya, Sayang?"

"Jisung mau peluk ayah." 

Dengan senang hati Mark mengabulkan permintaan kesayangannya. "Kepala Jisung masih pusing?" tanyanya seusai melabuhkan kecupan di dahi Jisung. 

"Masih." Jisung merengek sembari menenggelamkan wajah lucunya di dada sang ayah. "Uh dingin." Hangat yang ia dapatkan dari tubuh Mark membuat dingin yang seolah menusuk tulangnya berkurang. 

Mark membenarkan selimut putranya kemudian mengeratkan pelukan mereka. "Jisung udah maafin ayah?" 

"Iya. Jisung juga mau minta maaf. Seharusnya Jisung nurut sama ayah." Jisung sengaja menempelkan tangannya ke perut Mark. Ia ingin manik mereka bertemu tetapi pusing sangat mendera kepalanya. "Ayah pasti cape kan? Ayah kerja setiap hari buat Jisung tapi Jisung nggak bisa mengerti ayah," imbuhnya. 

Mark merasa matanya memanas mendengar penuturan bayi kecilnya. "No, Baby. Ayah yang salah dan ayah nggak akan pernah cape buat Jisung. Ayah minta maaf karena marah-marah dan bentak Jisung. Pasti sakit ya rasanya?" Anggukan yang ia dapatkan membuatnya melafalkan kata maaf dan berjanji takkan mengulangi kesalahan yang sama. 

"Jisung juga janji nggak bandel lagi." 

Bocah berusia lima tahun ini tidak tahu bahwa janjinya sangat melukai ulu hati ayahnya. 

"Jisung nggak bandel. Jisung anak yang baik." Secepat kilat Mark menghapus air matanya yang tak mampu lagi ia tahan. Ia mencium puncak kepala Jisung seraya mengusap-usap punggung sempitnya. "Cepat sembuh ya. Nanti ayah sama Jisung jalan-jalan." 

Mendengar kata jalan-jalan, Jisung pun mendongak. "Oke! Jisung pasti sembuh besok!" serunya ceria. Bibirnya yang pucat melukiskan senyum senang, tidak datar dan dingin seperti hari sebelumnya. 

"Sekarang sayangnya ayah bobo dulu." 

Jisung menurut dan kembali menyandarkan kepalanya di dada Mark. Usapan lembut di punggungnya mampu mengantarkannya ke alam mimpi. 


***


Jaemin menarik selimutnya hingga kepala. Hari ini ia libur dan berniat menghabiskan seluruh waktunya untuk beristirahat dan bermalas-malasan. Belum lama matanya tertutup, pintu kamarnya diketuk. "Kenapa, Pa?" 

Winwin menggeleng melihat kepala putra tunggalnya yang menyembul dari balik selimut. "Kamu nggak main ke luar? Biasanya main bareng Renjun atau Haechan." 

"Malas ah, Pa. Kalau Renjun atau Haechan ke sini, bilang Nana tidur ya." Jaemin memejamkan matanya lagi saat papanya merapikan surainya yang berantakan. 

Soon To Be Jung [MarkMin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang