04

10.2K 1.2K 17
                                    

Happy Reading

Sorry for the typo(s)

***

Hyunjin melambaikan tangan saat Jaemin tersenyum padanya. Ia mendorong segelas americano kemudian berpangku dagu. "Macet?" 

Jaemin mengucapkan terima kasih. "Lumayan. Kamu sendiri gimana? Udah lama ya?" tanyanya. 

"Lima belas menit itu lama atau sebentar?" 

Setelah itu, mereka tergelak bersama. Satu jam lebih keduanya bercerita kehidupan masing-masing. 

Jaemin melebarkan matanya ketika mendengar cerita Hyunjin. "Kamu serius? Terus-terus gimana?"

Hyunjin mengelap mulutnya sembari mengendikkan bahu. "Aku relain aja sih. Lagipula nggak terlalu dibutuhin banget." Ia memandang lekat Jaemin yang masih asik mengunyah spaghetti. Baiklah, mungkin nanti. Ia berpikir demikian lantaran tidak mau mengubah mood Jaemin yang terlihat sangat berselera. "Pulangnya aku antar aja gimana? Mau?" 

Si lelaki cantik menyedot minumannya lagi. "Boleh. Terima kasih ya." 

Selama di perjalanan, mereka lagi-lagi mengobrol dari berbagai topik. Setelah sampai, Hyunjin melepaskan tangannya dari kemud dan menatap lurus ke depan. Dehemannya memecah keheningan yang terjalin di antara keduanya. "Mungkin kamu tahu apa yang mau aku omongin." 

Anggukan Jaemin membuat Hyunjin kembali berbicara. Tetapi sebelum itu, ia menarik napas samar dan menoleh ke samping. "Aku suka sama kamu." Empat kata itu membuat hatinya penuh oleh rasa lega yang tak terkira. 

Jaemin terdiam sejenak. Merasa cukup ia pun membiarkan manik mereka bertemu. "Pertama, makasih banyak karena kamu suka sama aku yang... seperti ini. Aku―"

"But you're so precious," sela Hyunjin. Ia tak setuju dengan perkataan Jaemin andai boleh jujur dan perasaannya tulus. Ia mencintai Na Jaemin karena Jaemin. Hatinya yang memilih bukan logikanya. 

Kedua insan manusia ini sama-sama terdiam. Pria Hwang menunggu sementara Jaemin sibuk merangkai kata agar tidak menyakiti sahabatnya kendati dirinya sendiri tak yakin. Penolakan selalu menyakitkan. Bohong jika seseorang mengatakan baik-baik saja. 

"Kamu juga sama berharganya." Jaemin menghela napas tak enak saat menangkap binar harapan di netra Hyunjin. Itu membuatnya ragu. "Hyunjin?" 

"Hm?"

Jaemin menelan ludahnya gugup. "Aku juga suka sama kamu tapi sebagai teman. Maaf." Ia menyadari perubahan ekspresi di wajah Hyunjin, namun ia memaklumi hal itu. Binar penuh harap perlahan memudar dan hilang sepenuhnya. "Maaf," ucapnya lagi.

Dari sekian banyak respon, Hyunjin memilih terkekeh. Ia seolah menertawakan dirinya sendiri atas penolakan yang ia dapatkan. "Nggak perlu minta maaf, Na. Perasaan setiap orang kan nggak bisa dipaksa," ujarnya pahit. Ia tidak dapat mengelak bahwa sekarang ia merasa kecewa. "Tapi kita tetap bisa temenan 'kan?" 

Kepala si manis Na mengangguk, bingung harus membalas apa lantaran ekspresi Hyunjin mudah ditebak dan mampu ia rasakan. Tatkala pria bak putra mahkota di sampingnya tersenyum, ia pun turut merekahkan senyum. "Makasih banyak ya buat makan malamnya. Selamat malam dan hati-hati," pamitnya sebelum turun. 

Saat mobil Hyunjin tak terlihat, ia menghela napas lega. "Seenggaknya aku udah jujur." 


***

Sementara itu, Mark dan Jisung menghabiskan akhir pekannya di rumah. Saat ini mereka berada di ruang keluarga dengan Mark yang memangku sebuah gitar. Petikan gitar membuat Jisung menoleh dan tersenyum. 

"Here's to the ones that we got."

"Cheers to the wish you were here, but you're not~"

"'Cause the drinks bring back all the memories~"

Jisung ikut bernyanyi. "Of everything we've been through."

Seulas senyum terbit di bibir Mark tatkala mendengar suara buah hatinya. Perasaannya diliputi kehangatan. Jari-jemarinya terus memetik senar gitar dan kembali bernyanyi. "There's a time that I remember."

Jisung bertepuk tangan mengiringi. "When I did not know no pain."

"When I believed in forever~"

"And everything would stay the same," lanjut si kecil. 

Sepasang ayah dan anak ini menatap satu sama lain kemudian bernyanyi bersama. 

"Now my heart feel like December when somebody say your name
'Cause I can't reach out to call you, but I know I will one day, yeah."

"Everybody hurts sometimes
Everybody hurts someday, ayy ayy
But everything gon' be alright
Go and raise a glass and say, ayy."

Petikan senar terakhir mengakhiri pertunjukkan mereka. Mark meletakkan gitarnya lalu merentangkan tangan supaya Jisung memeluknya. "Everything's gonna be alright, Sayang," ucapnya. 

Jisung mendongar agar bisa menatap sang ayah. Ia tidak langsung menjawab sebab otaknya tengah memproses arti ucapan Mark. Tak lama kemudian, ia mengalungkan kedua lengannya di leher kokoh Mark dan menyembunyikan wajah tampannya di bahu orang yang sama. "Jisung sayang ayah." Ia masih belum mengerti sehingga memutuskan menjawab dengan kalimat sederhana yang begitu dalam artinya. 

"Ayah juga sayang Jisung." Mark melayangkan kecup halus di pucuk kepala jagoan kesayangannya ini. "Lebih dari yang Jisung bayangkan," sambungnya dalam hati. Ia mencubit pipi gembil Jisung. "Anak ayah tampan sekali. Suara Jisung juga bagus," pujinya. Ia lantas menarik pelan pipi Jisung saat si kecil menunjukkan gummy smilenya. 

Akan tetapi, pertanyaan Jisung sukses membuat Mark tertegun, setengah tidak menyangka bahwa bocah lima tahun ini menanyakan hal demikian. 

"Apa ayah bahagia?" Sorot mata Jisung begitu serius dan menuntut jawaban dari sosok pria yang ia panggil ayah ini. "Meskipun hanya ada Jisung?"

Kepala Mark mengangguk tanpa ragu. "Iya. Ayah bahagia karena ada Jisung di hidup ayah." Netra bulatnya menelisik lebih jauh dan dalam ke manik Jisung yang menggemaskan. "Apa Jisung juga bahagia meski hanya ada ayah dan Jisung?" tanyanya yang lagi-lagi mampu ia utarakan dalam hati. 

"Jisung mau bobo, Ayah."

Senyum teduh tersungging di bibir Mark. "Jisung bobo sendiri ya," ujarnya sambil menggendong putranya.

"Kenapa?"

Kekehan Mark terdengar. "Kan Jisung biasa bobo sendiri atau mau bobo sama ayah?" 

"Malam ini sama ayah. Besok Jisung tidur sendiri," balas Jisung yang diakhiri kekehan lucu. Ia berseru senang saat mereka sampai di kamar. "Selamat malam, Ayah." Setelah mendapatkan kecupan di pipi, ia jatuh ke alam mimpi. 

Mark mengusap kepala Jisung. "Tidur yang nyenyak, Sayang. I love you the most." 

TBC

Good night teman💚💚















Soon To Be Jung [MarkMin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang