27

8.6K 1.1K 153
                                    

Happy Reading

Sorry for the typo(s)

***

"Jisung?"

"Iya, Ayah?"

Mark berbaring di samping jagoannya. "Mau main ke luar?"

Jisung menggeleng. Harinya sudah cukup melelahkan karena sekolah sehingga ia ingin berdiam di dalam rumah saja. Toh sebentar lagi makan siang dan di luar lumayan panas. "Nggak ah. Jisung mau di rumah aja." Peristiwa kurang mengenakkan kemarin membuatnya menjadi lebih murung dan pendiam. Semangatnya yang tidak pernah habis seakan terenggut sampai tak bersisa.

"Kenapa?" tanya Mark, pasalnya Jisung menolak ajakannya bertemu Jaemin. 

"Jisung nggak mau ganggu. Paman Jaemin pasti di rumah sakit."

Setelah menghela napas panjang, Mark membisu bersama putranya. Jujur otaknya kehabisan ide dan sekarang ia buntu harus bagaimana lagi membujuk Jisung. Ia lantas memiringkan badan dan memangku kepalanya ketika suara Jisung memecah keheningan. 

"Kenapa ayah nggak ke kantor? Harusnya 'kan ayah kerja."

"Soalnya ayah mau sama Jisung."

"Ooh gitu. Memangnya nggak apa-apa pekerjaan ayah ditinggal?"

"Nggak apa-apa. Jisung mau es krim nggak?" Samar-samar helaan napas Mark lolos mendapati tawarannya tak bosan ditolak. Sungguh, sudut hatinya nyeri menyadari perubahan sikap Jisung. Di tengah bungkamnya, ia mengerahkan otaknya lebih keras agar menemukan solusi terbaik. 

Jisung mengamati kuku jari-jarinya. Raut wajahnya benar-benar mengutarakan ia sedang resah, takut hari-hari ke depannya ia akan bertemu Yeseul. "Jisung nggak akan ketemu mama 'kan, Ayah?" Senyumnya menandakan kelegaan yang luas biasa sesudah Mark menggeleng. Tidak dapat dipungkiri gundah yang menyelimuti lubuk hatinya mendadak sirna. 

"Ayah janji Jisung nggak akan ketemu mama." 

Seulas senyum manis terukir di bibir si kecil. Sorot matanya tidak mampu menyembunyikan bahwa ia senang sekali. "Terima kasih, Ayah. I love you." Suaranya sedikit teredam lantaran ia menenggelamkan wajah lucunya di dada Mark. "Hahaha geliiii!" serunya saat pipi dan lehernya dijatuhi kecupan bertubi-tubi. 

Mark pun tersenyum kendati sesak merambat ke ulu hati. Mati-matian ia membuat Jisung bahagia dan berusaha supaya senyumnya selalu mengembang. Tetapi akibat kehadiran Yeseul, gurat sendu yang jarang sekali ia jumpai kini tergambar di wajah putranya. "Makan es krim yuk?"

"Nggak mau es krim. Jisung mau muffin blueberry." Jisung menutup mulutnya dan pura-pura terbatuk sehingga seringai liciknya tidak terlihat. Ekor matanya melirik Mark sekilas sebelum memusatkan atensinya ke lampu yang menggantung di atas. "Kira-kira ada nggak ya yang jual muffin seperti yang Paman Jaemin buat? Jisung suka yang itu aja soalnya," pancingnya. 

Sadar ke mana pembicaraan ini akan mengarah, Mark tidak sungkan menyentil lembut kening darah dagingnya. "Tadi ayah ajak nggak mau." 

"Iya, tapi maksudnya Jisung bukan sekarang. 'Kan bisa nanti malam hihihi." 

"Nanti malam ayah nggak bisa." 

Soon To Be Jung [MarkMin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang