09

8.8K 1.1K 72
                                    

Happy Reading

Sorry for typo(s)

***

Helaan napas lolos dari bibir mungil Jisung. Sepasang iris kecokelatan miliknya memandang bosan jendela kamar, berharap sang ayah cepat pulang karena hari sudah semakin sore. Ia lantas menarik napas panjang dan membuangnya secara perlahan melalui hidung. Kali ini alasan ia menghela napas adalah Na Jaemin. Sudah seminggu lebih mereka tidak bertemu dan ia rindu. 

Rumah sakit adalah satu-satunya tempat di mana mereka bisa bersapa. Akan tetapi, Jisung tidak bisa ke sana. Di sela termenung, ia memikirkan sebuah cara agar bisa segera melepas rindu dengan paman cantik yang parasnya seindah bunga sakura.

"Jisung?"

Ia pun menoleh ke belakang dan seutas senyum manis tercetak di bibirnya. Serta merta ia berlari memeluk Mark. "Akhirnya ayah pulang! Jisung cape nungguinnya." 

Ayah muda ini juga tersenyum lalu mencium pelipis putranya. "Jisung mau makan malam apa?" 

Bola lampu seolah menyala di atas kepala Jung kecil ini. Kedua lengannya mengalungi leher kokoh sang ayah. "Makan malam di luar boleh?" rayunya seraya memasang wajah lucu agar Mark luluh. 

"Boleh dong. Ayah mandi dulu ya." Mark tertawa pelan saat Jisung memberikan hormat padanya. Seusai mengecup pipi Jisung, ia berjalan menuju kamarnya sendiri. 

Setengah jam kemudian, Mark terlihat menuruni anak tangga. Ia sudah rapi dengan kaus putih yang membalut tubuhnya. "Sayang, ayo," ajaknya pada si kecil yang juga sudah berganti baju. 

"Bubu, Jisung pergi dulu ya." 

Taeyong mengangguk dan membalas, "Hati-hati ya, Sayang."

Selama di perjalanan, Jisung tak henti-hentinya berceloteh. Mata sipitnya yang begitu menggemaskan tampak menikmati lampu-lampu jalan yang menerangi malam. Baginya itu sangat indah dan karenanya ia lebih suka bepergian di malam hari. 

Suara Mark memecah keheningan dan atensi Jisung. "Jisung mau makan apa?" 

"Chicken katsu!" Jisung menoleh dan menatap ayahnya hati-hati. "Tapi ayah, Jisung nggak mau makan di restorannya," cicitnya. 

"Terus Jisung mau makan di mana?" Mark mengusap pipi Jisung supaya jagoannya ini tidak ragu-ragu mengutarakan keinginanya.

"Di rumah sakit." 

Mark buru-buru menarik rem ketika sadar di depannya lampu merah sedang berlangsung. Tak elak keningnya turut mengerut bingung. "Kenapa di rumah sakit?" Dua detik selepas bertanya, ia mengerti dengan sendirinya. 

Alasannya pasti Jaemin. 

Jisung terkekeh malu. "Boleh 'kan kalau Jisung mau makan malam sama Paman Jaemin?" tanyanya memohon. Ia benar-benar ingin dan ia juga yakin ayahnya yang sangat menyayanginya ini bersedia mengabulkan keinginannya. 

Mark melajukan mobilnya kembali. "Boleh, Sayang. Tapi apa Paman Jaemin masih di rumah sakit? Kalau sudah pulang bagaimana?" Ia hanya tidak ingin Jisung menelan kekecewaan. 

"Makanya ayah sama Jisung harus ke rumah sakit dulu."


[...]


Senyum tidak pernah tergelincir dari bibir Jisung sejak ia tiba di rumah sakit. Niatnya yang ingin berlari harus dikubur dalam-dalam karena Mark menggenggam erat tangan mungilnya. Alih-alih merasa sakit, ia justru merasa nyaman, hangat, dan terlindungi. 

Soon To Be Jung [MarkMin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang