26

8.8K 1.1K 114
                                    

Happy Reading

Sorry for the typo(s)

***

Mark menatap datar wanita yang duduk di depannya. Sorot matanya tidak menunjukkan emosi apapun karena ia sudah membuangnya lima tahun yang lalu. Ia melirik jam tangannya untuk memeriksa waktu. "Jadi?" 

"Aku ingin melihat anakku."

Mark tersenyum sinis, tidak menyangka kelimat itu keluar dengan mudah tanpa rasa malu. "Siapa yang anda maksud dengan anakku?" tanyanya penuh penekanan. Ia menghela napas sembari merapikan dasinya. "Maaf tapi dia tidak ingin melihat anda." 

Wanita bersurai cokelat gelap ini menaikkan sebelah alisnya. "Benarkah? Dia tidak ingin bertemu denganku karena hasutanmu bukan?" tuduhnya. 

Netra Mark melayangkan tatapan merendahkan. "Karena dia anakku." 

Yeseul terkesiap mendengar suara dingin mantan kekasihnya. Lima tahun berlalu dan ia pikir banyak sekali yang berubah. Tetapi yang jelas, ia tidak ingin menyerah begitu saja lantaran bagaimanapun ia adalah ibu yang melahirkan putra mereka. "Aku ibunya dan anda tidak berhak melarangku bertemu dengannya." 

Mark mendengus. "Aku berhak karena aku ayahnya dan―" 

"Namanya Jung Jisung bukan?" 

"Sudah aku duga anda akan mencari tahu. Untuk apa?" 

Yeseul memandang Mark tidak mengerti. "Untuk apa? Aku ibunya dan aku ingin bertemu dengan anakku! Kurang jelas?" 

Rahang Mark mengeras dan tatapannya sangat menusuk. "Setelah lima tahun berlalu anda ingin bertemu Jisung? Tidak malu, Nona Kang? Tidak ingat siapa yang mengatakan hadirnya Jisung hanya akan menyulitkan masa depan anda? Lupa anda hampir membunuh nyawa di perut anda jika bukan saya yang mencegahnya? Wah, wajah anda tebal sekali," celanya tajam. Lagi-lagi ia menarik napas untuk menghanguskan amarahnya agar tak terpancing. "Sudah selesai bukan? Silakan keluar. Saya sibuk," usirnya. 

"Mark, jangan seperti ini." 

Mark berdecak pelan. Setelah itu, ia berdiri dan berjalan cepat untuk membuka pintu. Satu detik kemudian ia mematung menemukan siapa yang berdiri di depan pintu. Manik bulatnya bergetar lemah. "Jisung?" 

Sayangnya Jisung menggeleng dan melangkah mundur. Dengan cepat ia berlari menghampiri Jaemin dan mengulurkan tangannya, meminta gendong. Ia menyandarkan dagunya ke bahu Jaemin dan membiarkan air matanya menetes. 

Jaemin memilih mengusap punggung Jisung. Ia bingung dan iris madunya memancarkan rasa sungkan karena mendengar percakapan yang semestinya dijaga rapat-rapat, terlebih ia orang asing di sini. Saat si kecil berbisik, ia pun mengangguk dan beranjak pergi. Sesampainya di tempat yang cukup sepi, ia memutuskan untuk duduk. 

Jisung meloloskan napas berat dan bola matanya berkaca-kaca. Ia menyesal mengunjungi ruangan ayahnya di waktu yang tidak tepat. Andaikan tetap menunggu di lobi bersama Jaemin, ia takkan mendengar obrolan menyakitkan tersebut. Ia tidak siap bertemu ibunya yang tidak pernah menampakkan diri. 

Ia tidak mau. 

"Selama ini Jisung sama ayah terus dan mama nggak pernah datang." 

Soon To Be Jung [MarkMin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang