21

7.9K 1K 36
                                    

Happy Reading

Sorry for the typo(s)

***

Taeyong meringis melihat beberapa luka memar di wajah si bungsu. Pelan-pelan ia mengobati sudut bibir Jeno yang terluka. Rasa kesal dan gemasnya yang menjadi satu membuatnya menekan luka tersebut. 

Jeno meringis. "Perih, Bubu. Pelan-pelan." 

Taeyong mencebik. "Kenapa harus berantem? Kalian bukan anak kecil." 

Jeno melirik Mark yang juga tengah diobati lukanya oleh Jaehyun. "Cuma luka kecil. Bubu nggak perlu khawatir. Besok juga sembuh," balasnya tak ambil pusing. Lagipula ia dan Mark jarang bertengkar, terlebih saling pukul seperti ini. 

Mark mengucapkan terima kasih setelah Jaehyun selesai mengobatinya. "Abang sama Jisung mau balik ke Vancouver lagi," ucapnya yang berhasil mengejutkan keluarganya.

"Hah?!"

Taeyong menatap putra sulungnya. "Abang serius?" 

Mark bungkam dan berjalan mendekati jagoannya yang terlelap. Ia duduk di samping Jisung  seraya menggenggam tangannya. Akhirnya ia dapat menghela napas lega seusai mengetahui Jisungnya baik-baik saja. "Cepat sembuh, Sayang," ujarnya sembari menempelkan tangan Jisung yang terbebas dari selang infus ke pipinya. Di tengah memandang wajah damai kesayangannya, ia justru terngiang dengan kejadian di mana dirinya memberikan dokter asing itu peringatan. 

"Puas, Na Jaemin?!" 

Jaemin memasang raut kebingungan saat Mark tiba-tiba membentaknya. "A-ada apa?" Ia tidak tahu kenapa pria yang berstatus sebagai ayahnya Jisung ini datang menemuinya dan langsung mencengkram kuat tangannya. 

Tatapan Mark sangat bengis. "Apa yang anda berikan pada Jisung?!" 

"Es krim, milkshake, dan..." Jaemin menahan sakit akibat cengkraman Mark di pergelangan tangannya tidak main-main, seperti ingin meremukkan tulang-belulangnya. Dengan gugup ia menelan ludahnya. "Spageti." 

Mark mengetatkan giginya. "Udang?!" Anggukan Jaemin membuatnya semakin berang. Kemarahannya terlihat sekali pada urat-urat di lehernya yang menonjol. Andai ia tidak memiliki hati nurani, Jaemin mungkin sudah tak bernyawa. "Apakah anda tahu udang yang anda berikan membuat putra saya masuk rumah sakit?!" 

Iris madu Jaemin membulat sempurna. Ia sungguh tidak tahu Jisung mempunyai alergi udang. "M-maaf. S-saya tidak tahu―"

"Jisung masuk rumah sakit karena perbuatan anda! Puas?!"  Mark lantas melepaskan tangan Jaemin dan memandangnya tajam penuh rasa benci. "Anda seorang dokter tapi anda justru menyebabkan orang lain terluka," hinanya merendahkan. Sorot matanya nyalang dan benar-benar menusuk. "Sudah menjemput Jisung tanpa izin. Anda juga membuat Jisung sakit. Saya tidak tahu ada dokter seburuk anda." 

Bibir Jaemin terkunci dan lidahnya terasa kaku. Ia tidak mampu menjawab lantaran tenggorokannya tercekat. Ia linglung sehingga tidak bisa berpikir. 

"Jangan melewati batas, Na Jaemin. Anda bukan siapa-siapa dan dengar..." Mark tidak peduli menyadari rasa bersalah terpancar di manik lawan bicaranya. Itu sama sekali tidak berguna dan tidak bisa mengubah apa yang telah terjadi. "Saya tidak akan pernah memaafkan anda jika sampai hal buruk terjadi pada putra saya! Satu lagi, jangan pernah menunjukkan wajah anda lagi setelah ini!" Ia kemudian melenggang pergi tanpa menoleh ke belakang. 

Tepukan di bahu membuat lamunan Mark terpecah. Ia menatap bubunya penuh tanya. "Ada apa, Bu?" 

Taeyong menggeleng. "Abang nggak pulang? Nggak apa-apa kalau abang mau istirahat di rumah. Kan ada bubu sama ayah di sini." Ia tidak tega melihat gurat lelah yang terlukis di wajah Mark. 

Mark tersenyum tipis. "Nanti aja, Bu. Kalau bubu atau ayah mau pulang, nggak apa-apa tapi ajak Jeno sekalian." 

"Ya udah deh. Bubu juga nanti aja. Kalau abang butuh sesuatu, bilang bubu ya?" 

"Mm." 

***

Jisung menggeleng, menolak suapan dari Mark. Makanan rumah sakit itu kurang enak dan rasanya hambar. Ia tidak menyukainya. "Kok Paman Jaemin nggak ke sini?" 

Mark berdehem. "Paman Jaemin mungkin sibuk," jawabnya lalu mencoba menyuapi malaikat kecilnya lagi. 

Bibir Jisung mengerucut sedih. Di sela mengunyah, tiba-tiba ia teringat sesuatu. "Ayah, perut Jisung sakit gara-gara Jisung makan udang tapi Jisung lupa dan Paman Jaemin nggak tahu. Jadi, ayah nggak boleh marahin Paman Jaemin ya?" 

Mark menghela napas pendek. "Kenapa Jisung bela Paman Jaemin yang jelas salah?" 

Jujur, Jisung sedikit menciut dan takut mendengar suara ayahnya berubah. "Paman Jaemin nggak tahu, Ayah. Jisung juga lupa kalau Jisung nggak boleh makan udang." 

Untuk saat ini, Mark memilih berbohong. "Oke, ayah nggak marah." 

Senyum Jisung pun mengembang dan perasaannya menjadi lebih baik. "Jisung pulangnya kapan?" 

Melihat senyum kesayangannya yang begitu manis membuat Mark ikut tersenyum. Perih di sudut bibirnya yang robek tidak terasa sama sekali. "Besok malam, Sayang." 

Secepat kilat senyuman Jisung terhapus. Keningnya mengernyit menemukan ada yang aneh di wajah Mark. "Ayah berantem?" tanyanya, menyelidik. Ia tahu betul beberapa luka lebam di pelipis, pipi, dan bibir Mark adalah pukulan. Terlebih, Mark bukanlah tipe yang suka kekerasan atau main tangan. 

"Iya tapi sudah diobati sama bubu." 

"Berantem sama siapa?" 

"Seseorang. Dia duluan yang pukul ayah."

"Ehem!"

Deheman Jeno berhasil mengejutkan Mark dan Jeno. Sejak kapan berandalan kecil itu kembali? 

Jisung menyentuh pipi Mark yang tidak terluka. "Ayah jelek." 

Mark menaikkan satu alisnya. "Kalau ayah jelek, Jisung juga jelek." 

Jisung mendengus sebelum menatap Mark kesal. "Jisung nggak jelek! Yang jelek itu ayah soalnya ada lukanya. Ihh berdarah." Ia mengerutkan hidungnya saat pipinya dicubit. "Ayah, Jisung mau pulang." 

"Belum boleh, Sayang. Besok malam kan pulangnya." 

Jisung menggembungkan pipi mendengarnya. Ia tahu itu namun enggan menunggu sampai besok. "Jisung bosaaan," rengeknya. Dirawat di rumah sakit membuat dirinya tidak bebas melakukan apa yang ia inginkan. 

Jeno yang sejak tadi diam pun menimpali, "Jisung 'kan masih sakit jadi harus banyak istirahat. Kalau Jisung sembuh, Om ajak Jisung main ke Lotte World. Mau?" 

 Lesu yang tergambar jelas di paras lucu Jisung seketika sirna. "Mau! Om janji ya?" 

Jeno tersenyum. "Janji tapi berdua aja. Jangan ajak orang lain," balasnya yang entah kenapa terdengar menyebalkan sekali di telinga Mark. 

"Okay!" 

Setelah itu, Jisung berbaring dan memejamkan mata. Ia hampir terlelap andai tidak menyadari sesuatu. Kelopak matanya kembali terbuka. "Om Jeno juga berantem?" 

Hening.

TBC

Sampai jumpa lagi!








Soon To Be Jung [MarkMin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang