24

8.4K 1.1K 49
                                    

Happy Reading

Sorry for the typo(s)

***

Tiga hari setelah Jaemin mendapatkan pesan dari Mark, di sinilah mereka berdua sekarang―di sebuah kafe yang letaknya tak jauh dari rumah sakit tempat si manis bekerja. 

Tidak ada Jisung dan hanya mereka berdua. 

Andai boleh jujur, jantung Jaemin tidak bisa berhenti berdebar. Ugh, rasanya canggung sekali dan ia menerka-nerka apa yang akan mereka bicarakan. Teringat telah melakukan kesalahan dan belum sempat meminta maaf, ia pun berkata, "Maaf."

"Maaf."

Ujaran maaf yang mereka katakan secara bersamaan membuat suasana semakin kaku dan aneh. Lagipula apa ini? Alih-alih berkenalan seperti pertemuan pertama yang normal, keduanya justru saling mengucapkan maaf. 

Mark lantas berdehem. "Saya meminta maaf atas ucapan saya tiga hari yang lalu." 

Melihat lawan bicaranya berdiri dan membungkuk padanya, Jaemin bergegas melakukan hal yang sama. "Tidak masalah. Saya juga meminta maaf atas kelancangan dan kecerobohan yang sudah saya lakukan." 

Secuil hati Mark tersentil mendengar penuturan Jaemin. Lelaki manis di depannya ini jelas mengulang perkataannya. Tetapi benar bukan? Kejadian kurang menyenangkan yang menimpa putranya adalah buntut dari kelancangan dan kecerobohan Na Jaemin. Terlebih ia juga sudah meminta maaf dan itu artinya perihal Jaemin tersinggung atau tidak sama sekali bukan urusannya sehingga dirinya tidak perlu merasa bersalah. 

"Terima kasih." Setelah itu, Mark mengambil jasnya yang tersampir dan melenggang pergi. Selesai sudah dan ia harap apapun yang berkaitan dengan Jaemin berakhir di sini. 

Helaan napas lega lolos dari celah bibir si cantik Na yang sedikit terbuka. Ia pun menyandarkan punggungnya di kursi seraya menikmati minumannya. Tatkala isi gelasnya hampir habis, ia beranjak keluar. 


[•••]


Rasanya Jaemin ingin sekali membungkam mulut-mulut tak bertanggung jawab yang menyebarkan rumor tidak benar mengenai dirinya dan Hyunjin. Mengapa mereka bisa menyimpulkan bahwa ia dan Hyunjin tengah menjalin hubungan?

Dasar menyebalkan!

Demi apapun ia tidak mau pertemanan mereka menjadi renggang. 

Untuk memperbaiki suasana hatinya, Jaemin memutuskan untuk pergi ke roof top rumah sakit. Ia menuju dinding pembatas dan menumpukan tangan di atasnya. Nayanikanya memperhatikan puluhan kendaran yang terlihat kecil di bawah. Surainya ia biarkan tersapu bayu yang lumayan kencang. Di tengah hayutnya memandang, ponselnya berbunyi. Keningnya mengerut bingung mendapati siapa yang menelepon. 

Untuk apa Mark menghubunginya lagi setelah bertemu? 

Jaemin menggigit bibirnya, ragu-ragu apakah ia harus menerimanya atau tidak. "Halo?" balasnya kemudian. Lipatan samar kembali terukir di dahinya ketika suara pria itu tak kunjung ia dengar. 

Mark tidak sedang mengerjainya bukan?

"Paman, ini Jisung!" 

Senyum Jaemin tak ayal mengembang. "Ada apa?" Ia menyatukan alisnya saat terdengar suara grasak-grusuk dari seberang. Sambil menunggu, telunjuknya mengetuk-ngetuk permukaan dinding. 

Soon To Be Jung [MarkMin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang