06

9.5K 1.1K 27
                                    

Happy Reading

Sorry for typo(s)

»--•--«

Setelah dua minggu Mark kembali ke rumah Jaehyun, Jisung tidak pernah mengeluh kesepian. Akan tetapi, sejak dua hari yang lalu Taeyong harus dirawat di rumah sakit sehingga tidak bisa menemani Jisung bermain. 

"Jisung tunggu di sini. Oke?" 

Jisung mengiyakan permintaan Mark dan duduk di kursi tunggu. Ia menunggu sebentar untuk memastikan kondisi di sekitarnya, sudah aman atau belum. Melihat Mark fokus mengobrol dengan petugas rumah sakit, ia melangkahkan kedua kakinya sesuka hati. Tubuhnya yang kecil memudahkan dirinya untuk menyelip dan bersembunyi.

Mata sipitnya memperhatikan apapun yang terlihat menarik tanpa terganggu dengan orang-orang yang berlalu-lalang di depannya. Ada seorang perawat yang berlari tergesa-gesa, dua perempuan yang sibuk mengobrol, dan anak kecil yang digendong ibunya. 

Jisung berjalan di pinggir agar tidak mengganggu. Melihat lift yang terbuka, ia mempercepat lari ya dan―hap ia berhasil masuk. Kepalanya mendongak dan menatap para dokter yang tampak menjulang tinggi. Ia tersenyum saat salah satu dari mereka melempar senyum padanya. 

Ia pun ikut keluar tatkala mereka semua keluar. Kedua kakinya terus berjalan di koridor yang cukup sepi. Ia terus menelusuri seberapa panjang koridor ini sembari memperhatikan kanan dan kirinya. Siapa tahu ada sesuatu yang belum pernah ia lihat. Ia terus melangkah tanpa memikirkan ayahnya yang mungkin tengah kelabakan karena kehilangan dirinya. 

Biarlah. Itu risiko Mark kenapa mudah sekali dikelabui oleh anak kecil sepertinya. 

Lima menit kemudian, jagoan kebanggaan Ayah Mark ini duduk di kursi. Ia lelah dan ingin kembali tetapi lupa di mana. Ia tidak takut walau sunyi senyap. Kakinya tak berhenti berayun-ayun karena dilanda bosan. Perhatiannya teralih saat pintu ruangan di depannya terbuka dan ia menatap laki-laki yang melepas jubah operasinya lalu membuangnya ke tempat sampah. 

Lelaki bersurai hitam ini tidak sadar ada sepasang mata yang memperhatikan dirinya dengan lekat sejak tadi. Ia baru sadar ketika matanya menangkap keberadaan dua kaki anak kecil yang hampir membuat jantungnya melompat keluar. Apakah anak kecil ini keluarga pasien? "Halo," sapanya ramah.

"Paman!" 

Jisung berseru senang. Ia tidak menyangka bertemu dengan paman yang semasa kecil takut ke dokter gigi di rumah sakit. 

"Hai, Jisung?" Jaemin menyapanya lagi dengan ragu-ragu, tidak yakin Jisung mampu mengenali dirinya yang masih memakai masker. 

"Paman seorang dokter?"

"Iya, benar." 

Jaemin pun mencubit gemas pipi Jisung. Senyumnya mengembang lantaran Jisung justru tersenyum kala ia mencubit pipinya. "Jisung kenapa di sini? Ayah dan ibu di mana?" 

Dengan enteng Jisung menjawab, "Jisung memang sengaja kabur dari ayah kok, Paman."

Serta merta kening si manis mengernyit. Ia lantas menggandeng tangan Jisung. Kalau begitu, ia akan menemukan orang tua anak ini. Kepalanya sontak menunduk saat namanya dipanggil. "Iya?" 

"Paman sangat cantik!" 

Senyum Jaemin tak pudar meski merasa aneh. Ia tak terbiasa dipuji cantik oleh orang-orang dan ketika Jisung memujinya telinga tergelitik. "Terima kasih. Jisung juga sangat tampan."

"Tapi Geepa lebih tampan. Pipi Geepa kalau tersenyum ada lubangnya dan Jisung suka!" cerita Jisung antusias. Ia mengeratkan genggaman mereka dan bertanya, "Nama Paman siapa?"

Soon To Be Jung [MarkMin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang