22

8.1K 1.1K 47
                                    

Happy Reading

Sorry for the typo(s)

***

Jaemin menghela napas lagi. Kedua tangannya terlipat di atas meja dan dagunya bertumpu ke atasnya. Sudah jam sembilan malam tapi ia tidak berniat pulang ke rumahnya. Entahlah, ia seperti tidak mempunyai semangat apapun hari ini. 

Kening Haechan mengerut mendapati sahabat karibnya melamun. Ia lantas duduk di samping Jaemin dan menyeletuk, "Tumben belum pulang. Biasanya paling semangat."

Renjun mengangkat wajahnya dari ponsel kemudian menatap Jaemin. "Kamu sakit?" tanyanya khawatir. Gelengan Jaemin membuatnya berpikir lebih keras dan tiba-tiba ia teringat sesuatu. "Kamu tahu kalau Jisung masuk rumah sakit?" 

"Hm."

"Coba kamu jenguk deh. Kemarin wajahnya ditekuk terus. Sama kayak kamu sekarang."

Lagi-lagi helaan napas Jaemin lolos. Andai Mark tidak melarang, ia pasti akan menjenguk Jisung. Peringatan keras yang Mark layangkan agar dirinya menjauhi Jisung membuatnya segan dan takut kehadirannya membawa masalah baru. 

"Ada masalah?" tebak Haechan. 

Kepala Jaemin mengangguk dan hidung mancungnya menghembuskan napas panjang. "Sebenarnya itu salah aku. Seharusnya aku minta izin ke mereka," jawabnya yang berhasil memantik kebingungan. Ia lantas memandang Renjun dan Haechan. "Gara-gara aku Jisung masuk rumah sakit," imbuhnya. 

"Hah?!"

Mengesampingkan keterkejutan Haechan, Renjun menepuk pelan punggung tangan Jaemin dan kembali bertanya, "Kamu udah minta maaf?" Ia takkan bertanya perihal kronologi atau bagaimana karena waktunya tidak tepat. 

"Gimana mau minta maaf? Aku nggak boleh ketemu Jisung." 

Haechan berdehem. "Mark ya?" Ia mengangguk mengerti ketika helaan napas Jaemin terdengar lagi. Ia pun berbagi lirikan dengan Renjun sebelum sama-sama meringis. Padahal ia kira hubungan mereka bertiga baik-baik saja. 

Jaemin menekuk bibirnya. "Aku nggak tahu Jisung alergi udang. Aku juga salah karena jemput Jisung tanpa izin mereka. Memangnya aku siapa?" sambungnya yang diakhir tawa getir. 

"Kamu―"

Ucapan Haechan terputus saat bel apartemen Renjun berbunyi. Seusai Renjun membuka pintu, suara Jeno memecah keheningan antara Jaemin dan Haechan. 

"Na Jaemin?" Jeno tersenyum sinis dan memberikan tatapan merendahkan. "Seorang dokter tapi mencelakai orang lain. Apalagi itu adalah anak kecil." Ia mengabaikan sikutan kekasihnya di perutnya. "Tidak merasa bersalah setelah membuat Jisung sakit?" 

"Jeno―" 

"Bukan siapa-siapa tapi berani menjemput Jisung tanpa meminta izin. Apa anda tahu apa dampaknya bagi kami?" 

Di bawah meja kedua tangan Jaemin mengepal kuat, merasa tersudutkan. Ia ingin menyanggah namun sayangnya apa yang dikatakan Jeno benar adanya. Oleh sebab itu, ia memilih diam saja. 

"Jangan lupa memberi salam perpisahan ya karena anda tidak akan bertemu Jisung lagi." 

Iris madu Jaemin sedikit membulat. "Jisung mau ke mana?" 

Soon To Be Jung [MarkMin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang