20

8.9K 1.1K 31
                                    

Happy Reading

Sorry for the typo(s)

***

Mark memutuskan untuk pulang ke rumah sebelum melanjutkan pencarian. Hasilnya masih nihil meskipun hari sudah semakin sore. Penampilannya benar-benar berantakan; jasnya ditanggalkan, dasi yang menggantung asal di kerah, dan beberapa kancing kemejanya tidak dikancingkan. Surai hitamnya yang awut-awutan mengundang atensinya orang-orang apakah ia waras atau tidak. 

Alih-alih menuju kamarnya sendiri, Mark justru berjalan ke kamar kesayangannya. Ketika ia menarik kenop pintu, jantungnya seolah berhenti berdetak. Gundukan kecil di balik selimut itu putranya bukan? Secepat kilat ia mendekati ranjang dan rasa syukur serta merta batinnya panjatkan. Tanpa bisa dicegah air mata yang sudah ia tahan jatuh dari pelupuk matanya. Ia tidak bisa menahan air matanya karena dirinya terlalu khawatir dan sekarang tamengnya runtuh begitu saja. 

"Engh... Sakit." 

Rintihan Jisung membuat Mark segera memeriksa Jisung. "Sayang?" Ia lantas menepuk-nepuk pipi jagoannya supaya terbangun. "Jisung, ini ayah," ucapnya lagi. Sorot matanya mengatakan kepanikan dan kecemasan yang nyata. 

"S-sakit hiks!" 

Enggan membuang-buang waktu Mark bergegas menggendong Jisung untuk dilarikan ke rumah sakit. Di tengah perjalanan si kecil membuka matanya susah payah. "A-ayah Jisung sakit hiks! S-sakit," adunya parau yang dibarengi oleh lelehan air mata di pipi.

Mark menggigit bibir bawahnya untuk meredam ketakutannya sendiri. Ia pun melabuhkan kecupan di kepala Jisung dan berkata, "Iya, Sayang. Sebentar lagi kita sampai di rumah sakit." Wajah pucat dan rintihan Jisung menahan sakit adalah hal yang sangat ingin ia hindari seumur hidup sekaligus menjadi ketakutan terbesar dalam hidupnya. 

Sialan! 

Ia janji akan menghukum wanita tak tahu malu itu dengan caranya sendiri. 


***


Dua jam kemudian Jisung sudah terlelap di ranjang rumah sakit. Kelopak matanya terpejam rapat dan deru napasnya teratur. Sakit yang ia rasakan menyebabkan dirinya harus dirawat di rumah sakit selama dua hari. 

Mark menatap lekat Jisung. Setelah dokter pamit undur diri, mulutnya benar-benar terkunci dan ia tidak bersuara sama sekali. Sungguh. Ia tidak tahu harus bagaimana seusai Jisung mengatakan seharian dia bersama Na Jaemin. 

Bukan ibu biologisnya. 

Lantas sekarang ia harus apa?

"Abang?!" 

Lamunan Mark sontak terpecah akibat kedatangan ayah, bubu, dan adiknya. Ia bergeser dan membiarkan mereka bertiga memeriksa Jisung. Ia menghela napas panjang lalu menggiring Jaehyun, Taeyong, dan Jeno ke sofa supaya tidak mengganggu Jisung yang tengah beristirahat. 

Panik menyelimuti wajah Taeyong. "Abang kenapa―" 

Jaehyun mengusap bahu suaminya sembari menggeleng. "Nanti dulu, Bu. Jangan sekarang." 

Soon To Be Jung [MarkMin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang