03

5.1K 315 2
                                    

Jika ada kesamaan sama cerita kalian mohon di maafkan karena ini murni dari imajinasi ku sendiri.

Happy Reading...

'Ctar'

Suara cambukan terdengar makin keras makin keras juga suara teriakan. Deandra tak habis pikir dengan isi pikiran Ayahnya,  begitu bencinya dengan sang adik.

"Aaaarrgghh.."

"Akh.."

"A-ampun Aa-ayah" Lirihnya.

Ayahnya menulihkan telinganya dan tetap cambukan Seandra tak lupa juga Ayahnya menampar dan memukulnya dengan sadis, tak peduli dengan kondisi sang anak.

"INI TAK SEBERAPA YANG KAU LAKUKAN KEPADAKU DAN KEPADA KELUARGA!!"

"SEHARUSNYA KAU SAJA YANG MATI!"

"BUKAN ANAKKU DAN LIHAT SEKARANG-"

Menjedanya sebentar lalu melanjutkannya.

"SEKARANG BAHKAN ISTRIKU MENINGGALKAN KU, DASAR ANAK PEMBAWA SIAL"

"MATI SAJA KAU" Sarkas sang Ayah.

Seandra tersenyum lirih, sebegitu bencinya ayahnya kepadanya. Hampir setiap saat ia mendengar ucapan sang ayah yang sangat menyakitinya.

Tak kuat lagi menahan dirinya seketika ia ambruk. Tak lama ia pun,

Dengan sekuat tenaga Seandra bangkit dari sakitnya itu dan menatap sang Ayah.

"A-ayah jika suatu hari nanti ucapan ayah terkabul apakah ayah senang?" Tanyanya dengan menahan tangisan.

Tanpa berpikir panjang ayahnya menjawab, "Ya, saya sangat senang dengan begitu beban saya berkurang"

"Cepatlah mati dengan begitu hidup saya tenang" sebelum pergi sang Ayah memukul rahang Seandra dan pergi dari ruangan tersebut.

"Hikss... Hiks.."

Tak mampu lagi menahan tangisnya tanpa sadar air mata mengalir di pipi manisnya dengan suara tersedu-sedu.

"Hiks... S-segitu bencinya ayah terdapat ku?" Tanyanya lirih pada dirinya sendiri.

"Aku pun tidak mau ikut dalam kejadian tersebut"

"Aaaarrgghh" Teriaknya frustasi.

"Uughh" lirih Seandra saat seluruh tubuhnya terasa sakit di tambah bagian hatinya terasa lebih sakit.

"Aakh"

Tak kuat menahan rasa sakitnya lagi, Seandra pasrah dengan keadaannya penglihatannya pun perlahan demi perlahan menjadi buram sebelum menutup matanya,

"A-ayah"

Seandra mengucapkan nama sang Ayah dan setelah itu Seandra pun dalam keadaan tak sadar.

"Uughh" Suara rintihan keluar dari mulut Seandra.

Seluruh tubuhnya terasa mati rasa apalagi di bagian pundaknya yang habis kena cambukan sang Ayah.

Dengan sekuat tenaga ia bangkit dan keluar dari ruangan tersebut, untung saja tidak di kunci gumamnya sebelum keluar.

Dan disinilah tempat istirahat Seandra, walaupun tidak mewah ia sudah bersyukur setidaknya ia masih diberi kasur walaupun kasurnya cukup keras.

Tidak mau berlama-lama Seandra cepat membersihkan tubuhnya setelah itu ia membaringkan tubuhnya dengan perlahan-lahan.

"Huft"

"Maafin Seandra" ucapnya dalam hati setelah itu ia terlelap dengan air matanya.

...

"Wih tumben banget lu telat" Ucap Rio.

"Seperti biasa gw telat bangun tadi" Cengengesan Seandra.

Ah iya seandra memang telat bangun, itupun saat bangun seluruh tubuhnya masih saja sakit. Seandra tidak mau cuman karena ini ia dapat hukuman lagi ayahnya. Dengan pasrah ia menguatkan dirinya setelah itu ia pun pergi tanpa sarapan.

"Habis ngapain lu semalam?" Tanya Revan.

"Itu muka juga napa pucat gitu eum?" Sambungnya lagi.

Sejenak Seandra terdiam, begitupun dengan dua curut itu.

"Ah semalem gw nonton, iya nonton" Ucap Seandra.

"Gak di masuk akal dugong" Rio menjitak kepala Seandra membuat sang empuk meringis.

"Yaudah sih kalo gak percaya" Ucapnya setelah itu pergi ke kelasnya.

"Cih, gitu doang ngambek huh" Ikutnya dari belakang di susul Revan.

Setelah sampainya di kelas Seandra merasakan kepalanya terasa sakit untung saja dengan cepat seseorang di samping memegangnya dan membantunya ke kelas.

"Kalo sakit bilang" Jitakan di kepala Seandra.

"Akh bangsat" Keluhnya saat merasakan kepalanya di jitak.

"Makanya jangan bandel jadi orang "

"Dih gaje lu sat"

Revan menatap Seandra dengan tajam.

"Hehehe canda bang" Cengengesan Seandra.

"Udah udah bentar lagi masuk oy" Ucap salah satu siswa XI.IPS1 yang daritadi melihat tingkah laku Seandra dan Revan. Rio? Dia mah duduk dengan headset yang terpasang di telinganya.

Bel istirahat berbunyi saatnya mereka ke kantin begitu juga dengan Seandra, Revan dan Rio tak lupa dengan sang kakak Seandra, Deandra bersama pasukannya.

"Di bilangin jangan banyak banyak masukin cabainya, ngeyel banget sih jadi orang kan gini jadinya" Ngomel Deandra.

"Bang gak ada rasanya kalo gak pake cabai" Ucap Seandra.

"Alasannya aja tuh bang" Ujar Rio.

"Udah nih minum obatnya" Ucapnya sambil memberi obat kepada Seandra.

"Nih makan aja punya gw, punya lu gw aja yang makan" Sambungnya dan menukar makanan mereka.

"Bang..." Ucap Seandra menatap sayu Deandra.

Tak peduli dengan wajah Seandra, Deandra tetap memakan punya Seandra. Dengan pasrah Seandra memakan punya sang kakak. Yang lainnya melihat  Adik dan Kakak itu cuman tersenyum tipis dan menggeleng kepalanya.

'ada-ada aja' Batinnya.

Seandra sangat bersyukur kepada Tuhan, saat ini sang Ayah tidak pulang karena ada sedikit masalah di kantornya dan harus mengerjakannya. 'huft, setidaknya untuk saat ini gw bebas dari pukulan itu' Gumamnya setelah itu merebahkan tubuhnya.

"Huft cape banget dah" Ucapnya lirih.

"Aakkhh... Njir nih juga kepala napa sakit sih" Gerutu Seandra.

"Biarin aja dah bentar juga sembuh" Memejamkan matanya sejenak.

"Haish taik malah sakit" Mau gak mau ia bangun dari tidurnya dan menuju meja dekat kasurnya dan membuka laci dan mencari obat sakit kepala.

Setelah meminum obat, Seandra kembali merebahkan tubuhnya dan memejamkan matanya.

"Semoga kali ini gw tidur dengan nyenyak" Ucapnya sebelum ke bawa alam baka. Xixixi canda ya.

Jangan lupa vote ya...

...TBC...

S E A N D R ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang