07

3.6K 233 5
                                    

Jika ada kesamaan sama cerita kalian mohon di maafkan karena ini murni dari imajinasi ku sendiri.

Happy Reading...

"Tuhan kapan aku bisa merasakan pelukan dari ayah lagi?"

Seandra Putra Wijaya


Malam yang begitu indah, bulan dan bintang yang bersinar menyinari seluruh dunia dan sebagian bintang berkedap-kedip, angin yang begitu dingin tak membuat Seandra untuk enggan buat pergi dari balkonnya. Ia justru menikmati ciptaan Tuhan yang begitu indah. Dengan menutup mata, merentangkan kedua tangannya sambil menghirup udara malam hari.

Seakan-akan waktunya di dunia ini tidak lama lagi.

Membuka matanya dengan perlahan-lahan dan mengambil benda pipih yang ada di sakunya. Membuka galeri yang isinya cuma fotonya, kedua sahabatnya dan tak lupa foto bersama keluarga.

Melihatnya dengan seksama membuat dirinya tersenyum dengan mata berkaca-kaca.

"Adek pengen kayak dulu lagi" Lirih Seandra menatap foto keluarganya yang masih lengkap tentu saja masih ada sang adik. Terlihat keluarga mereka tersenyum saat mengambil gambar tersebut. Dengan sang adik Rendra yang ada di gendongan sang bunda Hana, dirinya dan sang kakak Deandra di gendongan sang ayah Wijaya.

Seandra masih mengingatnya waktu mengambil foto keluarganya tersebut.

FLASHBACK ON

Dikediaman Wijaya, 3 anak tersebut sibuk dengan pakaian yang apa mereka harus pakai. Deandra dan Seandra sibuk memperebutkan baju tersebut. Ya mereka memang seperti itu, sudah di belikan yang sama pula tetap saja merebutkan barang satu sama lain.

Sedangkan Rendra yang sibuk memperhatikan kedua kakaknya yang sedang merebutkan sebuah baju.

"Abang Dean cali baju yang lain aja baju itu buat bang Sean" Ucap cadel Rendra yang udah jengah melihat kedua kakaknya ini.

"Nggak Lendla baju ini punya Abang" Ujar Deandra yang masih belum bisa menyebut R dengan benar.

"Nggak Abang baju ini punya Seandla" Sama seperti Deandra, Seandra pun belum bisa mengucapkan huruf R dengan benar.

Tak tau saja mereka bertiga di lihat sama kedua orang tuanya.

"Lihat Bun, kedua anakmu sikembar" Ucap pelan Wijaya.

"Jangan lupa sikembar anak ayah juga"

Kedua orang tersebut terkekeh dan tersenyum.

"Gih Bun, kasih bajunya nanti kita telat lagi" Setelah mengucapkan kalimat tersebut Wijaya pun turun kebawa dan akan menunggunya.

"Dean, Sean kok anak bunda belum siap siap hum?" Tanya Hana. Padahal Hana sudah tau apa masalah mereka berdua.

"Ini maca bunda bang Dean cama bang Sean libut baju" Bukan sikembar yang jawab melainkan anak bungsunya dengan gaya berdecak tak lupa dengan suara cadelnya.

S E A N D R ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang