12

2.9K 219 6
                                    

Jika ada kesamaan sama cerita kalian mohon di maafkan karena ini murni dari imajinasi ku sendiri.

Happy reading...

"Bagaimana Dok, hasil tesnya?" Tanya Seandra pada Dokter Ryan.

Dokter Ryan menghela nafas dan menatap pemuda itu di depannya.

Mengambil amplop yang terletak di meja dan menatap sejenak kertas putih sebelum dokter Ryan mengasih ke Seandra.

"Silahkan di baca" Ucap dokter Ryan.

Mengambil amplop tersebut, perlahan-lahan membuka isi kertas putih.

DEGG

Bagai di sambar petir siang bolong. Hanya beberapa kata yang tertulis di kertas putih itu sudah membuat dada Seandra sesak. Menatap tak percaya kertas yang ada di tangannya.

"I—ini bohong kan Dok?"

"Ini palsu kan?"

"Ini b— bukan punya Seandra kan!?"

"Dokter Ryan lagi prank Seandra ya"

Dokter Ryan diam. Membiarkan Seandra meracau berbagai kata.

"Benar, ini bukan punya Seandra ini punya orang lain. Disini, nama ini seharusnya nama orang lain bukan Seandra. Dokter Ryan yang benar dong masa ngasih surat orang lain ke Seandra, ini juga kenapa nama Seandra ada di sini. Ini Seandra kembalikan ini bukan Seandra, tolong dokter ambil punya Seandra dan tolong kembalikan punya ini ke orangnya" Ucap lirih Seandra meneteskan air mata.

Seandra yakin itu bukan miliknya, itu milik orang lain.

Diam. Dokter Ryan tetap diam. Menatap sayu Seandra, dokter Ryan juga merasakan kesedihan Seandra walau tidak memiliki hubungan. Tapi ia dokter, bisa merasakan kesedihan siapapun.

Seandra mencoba menahan air matanya agar tidak keluar, tapi ia tidak bisa air mata itu keluar sendirinya. Menggenggam erat surat itu, membuka kembali mencoba membaca isi surat itu bila ia hanya salah lihat, tapi tidak surat serta isinya tetap sama seperti pertama kali.

Mencoba tegar tapi ia tidak bisa.

Dimana surat itu menyatakan bahwa pasien:

Nama: Seandra Putra Wijaya
Tempat tanggal lahir: Bandung, 09 Desember 2005
Jenis kelamin: Laki-laki

Diagnosa kanker radang usus stadium awal dan tumor otak stadium dua.

Pada hari Senin, tanggal 12 Oktober 2021 telah melakukan pemeriksaan dan kami telah memasukkan hasil tes pemeriksaan di ruangan laboratorium.

Sekiranya begitu lah isi surat tersebut.

...

"Sedangkan di sini lain, sepasang suami istri ini sedang bertengkar dengan suara lantang. Sang suami sudah lupa jika di depannya ini ada sang istri tercintanya. Ntah kenapa emosinya tidak bisa terkontrol sampai sampai ia harus membentak istrinya.

"Hanya karena anak sialan itu kamu teriak di depan suami kamu!"

"Yah sampai kapan ayah nyalahin Seandra?"

"Sampai anak itu mati!!"

"AYAHHH"

"Lihat, kamu bentak suami kamu sendiri"

"Itu karena ayah sendiri"

"Bahkan kamu nyalahin suami kamu, dimana otak kamu Hana di mana!?"

"Seharusnya aku yang bilang gitu yah, dimana otak kamu? Kamu terus nyalahin Seandra yang bahkan itu bukan salah Seandra"

"Bukan kamu bilang, BUKAN!!? kamu gak ingat waktu kecelakaan Deandra? Kamu gak ingat!! Anak sialan kamu itu hampir membunuh Deandra" Bentak Wijaya kesekian kalinya.

Hana ingat, waktu itu Seandra dan Deandra pergi keluar bersama, di taman mereka menghabiskan waktu berdua bersama, dan di saat Seandra ingin membeli es krim Deandra menahan lengan Seandra dan menyuruh anak itu duduk sini dan dirinya yang akan pergi membeli. Saat ingin kembali, sebuah mobil dari arah lain berlaju kecepatan tinggi mengarah ke arah Deandra, Deandra tidak bisa menghindari mobil tersebut hal hasil Deandra tertabrak. Sembak patah tulang di bagian salah satu tangannya dan luka-luka kecil di wajah tampannya.

Hana diam, Hana tidak bisa mengelak kejadian tersebut.

Tapi mau gimana lagi, Hana harus membuat Wijaya memanfaatkan Seandra dan menyayanginya kembali. Hana tidak mau keluarganya hancur. Hana tidak mau kehilangan lagi.

"Ingat? Kamu sudah ingat? Masih ingin membela pembunuh itu!!?"

"Bagaimanapun Seandra anak aku ayah, darah daging aku hiks... darah daging kamu" Air mata yang daritadi ia coba tahan akhirnya jatuh sendirinya.

"Ibu mana yang tega lihat anaknya di siksa oleh ayahnya kandungnya sendiri"

"Ego kamu terlalu tinggi, sampai kamu lupa kalau Seandra adalah anak kamu"

Wijaya merasakan sesak di dadanya kala mendengar ucapan Hana sang istri.

Tidak. Wijaya menggeleng jangan sampai ia luluh dengan ucapan istrinya, anaknya Seandra telah mati bertepatan kematian anak bungsunya. Kini yang ada di rumahnya bukan Seandra anaknya itu orang lain jadi ia leluasa memukul anak itu.

...

Pulang dari rumah sakit, Seandra tidak langsung pulang ke rumah tapi ia ketempat danau yang akhir-akhir ini ia jumpai. Tempat ini nyaman, damai, tenang. Seandra menyukainya.

Menatap kosong amplop yang di tangannya, dan membiarkan air asing ini mengalir. Ia tak bisa lagi menahan untuk tegar. Sosok itu rapuh. Sosok itu hanya berpura-pura bahagia, agar bisa menutup lukanya. Kali ini sosok itu tidak bisa menahannya lagi, ia butuh seseorang. Tapi ia sadar, sosok itu tidak ingin menambah beban.

"Tuhan, Seandra harus bagaimana?" Ucapnya lirih.

"Di tubuh ini ada sosok menyeramkan tumbuh di tubuh Seandra, ada yang menemani kala sakit itu tiba, Seandra gak tau Seandra harus bahagia apa sedih?"

Anak itu kacau, saat mencoba menyembuhkan penyakit yang di tubuhnya dokter Ryan mengatakan ia harus melakukan kemoterapi, tapi ia tidak punya uang sebanyak itu. Jika meminta ke ayah atau bunda mereka akan tau dan akan sedih. Seandra tidak ingin membuat orang tuanya sedih.

Menangis tersedu-sedu, bahu yang awalnya tegar kini gemetar hebat. Saat itu juga hujan telah menguyur tubuh Seandra. Hujan semakin deras, tak membuat Seandra bergeming.

"Aaarrrggghh..." Teriak Seandra di bawah hujan tersebut.

Tidak ada yang bisa mendengar teriakkan itu, hanya dirinya seorang diri.

"Lo jahat semesta, jahat!!!!!"

"Kenapa harus gw? Kenapa ANJING? Gw udah cape kenapa harus di tambah lagi" di akhiri suara lirih anak itu.

"Permainan yang lu bikin ini gak lucu bangsat!! Di saat gw mencoba tegar dan ikhlas kenapa--"

Tak sanggup lagi melanjutkan perkataannya, kini Seandra hanya bisa menangis di bawah hujan yang menemaninya.







Tidak ingin berkata-kata kecuali berterima kasih pada kalian semua, jangan lupa vote and comment, follow aku juga hehehe...

TBC...

S E A N D R ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang