27

4.2K 218 12
                                    

Jika ada kesamaan sama cerita kalian mohon di maafkan karena ini murni dari imajinasi ku sendiri.

Happy Reading

Seminggu sudah berlalu alhasil sudah seminggu juga Seandra meninggalkan nya. Rasa tidak rela yang setiap hari ia rasakan, tidak, sangat tidak rela adiknya di kuburkan.

Walaupun di samping makam Seandra ada makam ibunya tapi tetap saja, ia masih belum ikhlas akan kehilangan adik satu-satunya. Juga Deandra belum meminta maaf kepada Seandra tapi Tuhan sudah mengambil Seandra.

"Sean gue--gue kangen" ucap lirih Deandra yang tengah memegang bingkai foto yang terdapat foto Seandra di sana.

"Sean lu tau gue, Revan dan Rio juga selalu datang ke rumah lu, bawain bunga, cerita di rumah lu walaupun lu nggak merespon tapi seenggaknya lu gak sendirian. Kita nggak bakal biarin lu sendiri di sana."

"Eemm— Sean lu pasti senang di atas sana udah ketemu bunda sama Rendra, huft— Dean juga mau ikut sama kalian tapi nanti nggak ada yang ngejagain ayah."

" Eh ngomongin soal ayah dia belum pernah datang ke rumah lu ya? Hehehe Sean maafin ayah ya mungkin ayah sibuk makanya belum ke rumah lu tapi pasti kalau bukan sekarang mungkin besok atau besok lusa."

"Pasti ayah sedih juga karena kehilangan lu dan mungkin aja itu alasan ayah belum bisa ke rumah lu," tak henti-henti Deandra cerita seolah sosok Seandra ada di depannya.

Sesekali Deandra mengecup foto bahkan mengusap rambut Seandra, sudah sangat jelas bahwa sosok Seandra ada di depan nya yang lagi tersenyum lebar di hadapannya.

Mungkin jika orang lain melihat dirinya akan bisa dikatakan gila karena tersenyum sendiri, cerita sendiri, mengusap rambut dan mencium kening dengan kosong dihadapan nya.

Brakkk

Dengan kasar orang itu membuka pintu kamar dengan kasar membuat tuan kamar tersentak sampai bingkai foto yang terdiri foto Seandra jatuh dan pecah.

Deandra menengok kearah dimana orang itu berada, disana, sosok pria paruh baya dengan kedua tangan nya di depan dada berjalan ke arahnya.

Sampainya, "Ayah kenapa? Kenapa begitu marah?"

Bukannya langsung menjawab Wijaya menunduk dan mengambil foto Seandra yang lagi tersenyum. Sontak saja membuat Deandra berdiri dan siap-siap mengambil foto adiknya kembali, tapi Tuhan berkehendak lain Wijaya dengan cepat merobet foto Seandra di depannya.

Tidak terima foto kembarnya sekaligus adiknya Deandra mendorong Wijaya dengan kasar sampai membuat Wijaya mundur beberapa langkah.

"Anjing maksudnya apa hah!?" Deandra teriak dengan memegang kera baju Wijaya.

Wijaya tersenyum sinis memegang tangan Deandra kemudian menyentak Deandra.

"Kenapa? Sedih? Bukannya kamu mau anak sialan itu mati? Sekarang, anak sialan itu udah mati dan hidup kita akan damai" ucap santai Wijaya.

Deandra tidak percaya ini menggelengkan kepalanya kemudian menatap tajam Wijaya. "Ayah senang?"

"Ayah tidak perlu menjawabnya Dean, karena kamu sudah tau jawaban ayah" Wijaya melangkah dan duduk di king size milik Deandra.

Deandra tersenyum miris, " ternyata aku salah Sean, aku pikir ayah kehilangan kamu makanya ayah menyibukkan diri. Maaf–––"

"Ayah tidak mau mendengar nama dia lagi di rumah ini apalagi kamu membahas anak sialan itu. Ck! Bahkan di saat di sudah mati dia masih menyusahkan kita!"

"Stop yah!! Aku rasa ayah sudah keterlaluan, kenapa– kenapa harus adik aku, yah?"

"Ayah harus mengikhlaskan Rendra dan ini bukan kesalahan Seandra! Rendra meninggal karena udah takdirnya" seketika Wijaya naik pitam, apa katanya tadi takdir?

S E A N D R ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang