18

2.9K 215 2
                                    

Jika ada kesamaan sama cerita kalian mohon di maafkan karena ini murni dari imajinasi ku sendiri.

Happy Reading

Banyak orang bilang rumah adalah tempat ternyaman untuk pulang, berteduh, dimana tempat itu melindungi kita dari bahaya. Tapi tidak bagi Seandra, lantas kemana kaki Seandra ini melangkah untuk pulang?.

Rumah tempat itu bagai neraka, tidak ada kebahagiaan di dalam rumah itu. Ada penghuni tapi rasanya sudah mati.

Menatap nanar rumah di depan matanya yang terlihat lelah, kesekian kalinya Seandra menghembuskan nafas pelan lalu memasuki rumah dengan menunduk.

Ceklek

"Ah saya kira kamu sudah mati" ucap santai Wijaya dengan segelas kopi di tangannya.

Jleb

Kaget plus sesak bersamaan ia rasakan. Seandra semakin menundukkan kepala dan melanjutkan jalannya.

"Siapa suruh kamu masuk?!" Dengan sedikit meninggikan nada suara.

Seandra menggeleng kepala, "T–tidak ada a–yah" lirih dengan suara gemetar.

"KELUAR!!"

"Tapi..."

"NGEBANTAH KAMU, HAH!!?"

Tubuh itu gemetar hebat dengar suara bentakan ayahnya, dirinya takut dengan suara ayahnya yang begitu kasar nan lantang. Perlahan demi perlahan langkah itu memundur kembali keluar.

Tanpa dasar tangannya mengepal kuat guna menguatkan dirinya. Nafasnya mulai tak teratur.

Deandra hanya bisa melihat sang adik yang di usir oleh sang ayah, hatinya sakit melihat sang adik di perlakukan tidak adil olehsang ayah. Tapi kenapa ia tak menghentikan? Apakah dirinya masih tidak terima kalau sang ibunda meninggal dunia semua gara-gara Seandra.

Seperti bukan dirinya saja, melihat ke arah Seandra sekali lagi yang juga sedang menatapnya dengan sayu berkaca-kaca aish Deandra tidak tahan melihat tatapan itu, sungguh membuatnya lemah saja. Deandra pun mengalihkan pandangannya ke arah lain, dirinya tak sanggup melihat adiknya.

Setelah Seandra benar-benar keluar dari rumah saat itu juga air bening turun di pipi mulus Deandra, ah sangat sakit hatinya ini.

Cem habis di putusin wkwkwk

"Masuk Dean" suara bariton dengan nada sedikit tinggi.

Deandra terkejut bukan main, mengelus dada sebelum ingin membantah Wijaya. "Tapi yah..."

"AYAH BILANG MASUK YA MASUK, KAMU TIDAK MENGERTI DENGAN APA AYAH BILANG. BIARIN ANAK SIALAN ITU MATI KEDINGINAN"

Melempar vas bunga yang ada di meja sana guna membuat Deandra tak membantah nya lagi. Dan benar saja, anak itu bergeming.

Dengan berat hati Deandra meninggalkan ruang tamu dan kembali ke kamarnya.

...

"Dok, bagaimana dengan kondisi istri saya?" Tanya pria dengan keadaan kacau.

"Maaf sebelumnya istri bapak tidak bisa kami selamatkan, istri bapak telah meninggal dunia saat di bawa ke rumah sakit" jelas dokter itu.

"Tidak, tidak mungkin..."

"Dokter bohong kan, istri saya pasti baik-baik saja tolong periksa ulang, dok"

"Tapi pak–"

"Aaarrrggghh... Hiks tolong dok.."

"Bapak yang tegar, dan ini ponsel istri anda. Ponsel istri bapak kami tidak sengaja temukan di saku bajunya, saya permisi" pamit dokter itu meninggalkan Wijaya menangis histeris dengan menggenggam ponsel Hana.

S E A N D R ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang