04

4.3K 301 1
                                    

Hai Seandra balik lagi setelah beberapa hari gak update. Maaf kalo part ini gaje dan tidak nyambung.

Jika ada kesamaan sama cerita kalian mohon di maafkan karena ini murni dari imajinasi ku sendiri.

Happy Reading...

Suara deruh langkah kaki memasuki rumah dengan perlahan dan senyum di bibirnya. Ia melihat di sekitar tidak ada orang dan isi rumahnya tidak ada yang berubah.

Padahal 6 bulan terakhir ini ia pergi dari rumah, ia kira isi rumahnya akan berubah tapi tidak.

"Bunda" Ucap girang Deandra.

Mendengar suara yang ia rindukan selama ini, dengan cepat berbalik dan merentangkan kedua tangannya, melihat itu Deandra lari untuk memeluk Bunda.

"Bunda kangen sama kamu bang" Ucap Bundanya.

"Deandra juga kangen Bunda"

Selang beberapa menit mereka berpelukan, bundanya tidak bilang anak bungsunya berpikir pikir apakah anak bungsunya di dalam ruangan itu lagi, pikirnya.

"Bang, adikmu dimana?" Tanya bunda.

"Di kamar Bun, seharian ini di kamar terus" Ucap Deandra yang sedikit khawatir.

Tak mau berlama-lama Hana Ibunda dari si kembar Deandra Putra Wijaya dan Seandra putra Wijaya. Hana adalah nama ibu mereka.

Hana baru saja pulang dari rumah orang tuanya tak lain rumah opa Deandra dan Seandra. Setelah kejadian beberapa bulan yang lalu.

Flashback

Baru saja Seandra pulang dari sekolahnya, ia baru setengah membuka pintu masuk Seandra sudah mendengar suara Ayahnya yang membentak bundanya hanya karena dirinya.

"Yah, lupakan kejadian beberapa tahun yang lalu" Ucap Hana.

"Bagaimana bisa aku melupakan kejadian itu di depan mata hah!" Sedikit meninggikan suara.

Wijaya Narendra, tak lain ayah dari Deandra dan Seandra plus suami dari Hana Putri Wijaya.

"Ini bukan kesalahan Seandra yah" Ucap Hana.

"Bukan kesalahan gimana sih bun, semuanya sudah jelas"

"Yah saat itu ayah yang menyuruh Seandra mengambil bola ke jalanan ayah yang katanya akan menjaga Rendra saat itu ayah kemana, bunda tanya ayah kemana!"

"Bunda lihat ayah menerima telpon, bukannya memperhatikan Rendra menyusul Seandra ayah malah ketawa ketiwi di telpon itu" Isak Hana.

"Oh jadi, bunda nyalahin ayah gitu?!"

"Terus bunda kenapa gak diam aja saat melihat Rendra menyusul Seandra?'' Tanya Wijaya.

"Ayah tidak lihat bunda lagi sama Deandra, lagi bantuin Deandra"

Hening, secara tak langsung Wijaya dan Hana diam tak tau mau menjelaskan satu sama lain. Tanpa mereka sadari anak mereka mendengar bertengkaran mereka.

"Ayah jangan salahin Seandra lagi, bunda tau yah saat ayah kesal dengan karyawan ayah atau punya masalah dengan kerjaan ayah, ayah malah melampiaskan ke Seandra dengan kata kata tak bermutu ayah. Percuma yah, itu tidak membantu menyelesaikan masalah justru itu menambah masalah" Jelas Hana yang berusaha menjelaskan ke Wijaya sang suami.

Tapi ya mau gimana keras kepala akan tetap keras kepala.

"Ayah jangan sampai ayah menyesal di kemudian hari" Setelah itu Hana pergi dari hadapan Wijaya yang sedang termenung.

Setelah itu Wijaya melihat Hana membawa koper di tangannya.

"Bunda mau kemana?" Tanya Wijaya.

"Bun dengarin ayah dulu".

Setelah itu Hana menghentikan langkahnya, "Bunda akan pergi dari rumah buat sementara, bunda mau ayah berubah dan melupakan kejadian itu dan merubah sikap ayah ke Seandra" Setelah mengatakan itu Hana pergi dari hadapan Wijaya.

"Aaarrrgghh" Teriak Wijaya.

Flashback end

Sebelum masuk ke dalam kamar Hana mengetok pintu kamar Seandra terlebih dahulu dan setelah itu Hana pun masuk dan menutup kembali pintu kamarnya. Hana melihat anak bungsunya terkapar di lantai kamarnya pun panik dan menghampiri anaknya segera.

Tak mau anaknya kenapa kenapa Hana dengan cepat memanggil anak sulungnya dengan cara berteriak.

Muncul lah Deandra dengan nafas memburu dan kaget melihat sang adik. Dengan segera Deandra dan Hana membawa Seandra ke rumah sakit.

Belum sampai pada pintu luarnya sang ayah datang dan menghentikan jalan mereka.

"Kalian mau kemana?" Tanya ayah.

"Rumah sakit yah" ucap bunda.

"Gak usah bawa pembunuh itu ke rumah sakit" Tolak ayahnya.

"Seandra lagi sakit ayah" kali ini bukan bundanya yang bicara tapi Deandra dengan wajah khawatirnya.

"Bawa masuk ke dalam kamarnya dan tunggu sebentar lagi pembunuh itu bangun"

"Dan jika kalian keluar dari rumah ini pembunuh itu tak segan segan saya menghukumnya" Peringatan ayah setelah itu pergi dari hadapan Deandra dan Hana.

"Dasar tua bangka tak punya hati" gumam Deandra. Setelah apa yang ia ucapkan ia pun menoleh ke arah bundanya 'apakah bunda mendengarnya' Ucap batinnya.

"Kak, kita bawa Seandra ke dalam lagi" Ucap bunda.

"Tapi-"

"Kakak mau adiknya di pukul lagi sama ayah?" Tanya Hana.

Deandra menggeleng kepalanya dengan cepat.

"Yaudah kalo gitu kita turuti kemauan ayah ya" ucap bunda dengan pelan.

Deandra pasrah, sebelumnya membawa adiknya kembali ke dalam ia menghela nafas dengan berat.

Jangan lupa vote ya...

TBC

S E A N D R ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang