14

2.7K 201 4
                                    

Jika ada kesamaan sama cerita kalian mohon di maafkan karena ini murni dari imajinasi ku sendiri.

Happy Reading

Menatap tubuhnya yang penuh dengan memar kebiruan serta lebam di sekitar area punggung dan wajahnya. Sangat indah karya ayahnya satu ini. Seandra sangat menyukai ini. Dengan menarik senyumnya miris, itu semakin membuatnya sesak.

Sesak bersamaan pergi sang bunda ke rumah opanya. Setelah mengantar bunda ke bandara ayahnya langsung menyeretnya ke gudang dengan ikat pinggang di tangannya. Tak lupa juga rotan yang selalu stay di gudang tersebut.

Menyentuh dengan hati-hati, hatinya sakit saat ini juga.

"Kenapa gw gak di bunuh aja sih, heran dah dari pada buang buang waktu aja nyiksa gw kek gini."

"Ah gw ngerti" Mengangguk-angguk seolah mengerti.

"Kau hanya bisa membawa kesialan, dimana pun kau berada kau hanya membawa kesialan" Mengikuti ucapan sang ayah dengan lirih.

"Kau hanyalah orang asing yang tinggal di rumah saya, anak saya Seandra sudah lama mati bersamaan dengan anak bungsu saya, jadi saya leluasa memukul tubuhmu bukan?" Masih sama sambil meniru senyum seringai ayahnya.

Bagai Boomerang buat Seandra saat mendengarkan perkataan sang ayah, jadi dirinya sudah mati di mata Wijaya.

Jadi dirinya hanyalah orang asing bagi ayahnya. Tidak Seandra tidak akan membiarkan itu terjadi, ia kan kembali ayahnya dan mendapatkan kasih sayangnya lagi bagaimana pun caranya ia harus.

"Anak tidak berguna, hanya bisa membuat kesialan saja"

"Hahaha anjay keren juga ayah gw" Menertawakan dirinya sendiri.

Mengoles salep yang ia dapat tadi, dengan hati-hati. Skali-kali ia meringis sakit kalah tak sengaja menekan.

"Njir ini gimana obatinnya bangsat!" Omelnya.

"Akhh.. setan tiati cok, nih juga ngapa jauh-jauh amat dekatan dikit napa"

"Ah selesai juga, perih anjing"

Mengambil buku di lipatin agar bisa mengipas lukanya yang di baluti salep.

Mengerutkan keningnya, samar-samar ia mendengar suara Deandra di depan pintunya, ingin membuka tapi ia dengar suara ayahntya juga.

"Mau bawa kemana itu?"

"Kamar Seandra Yah" Jawab Deandra.

"Bawa pergi" Usirnya dengan tegas.

"Tapi–

"Ayah bilang bawa pergi ya bawa pergi" Tanpa sadar Wijaya membentak Deandra.

Deandra terkejut. "Jadi gini rasanya" Batinnya.

"Yah–"

"Biarkan anak tidak berguna itu kelaparan, itu hukuman buat pembunuh"

"Jika ayah tau kamu membawakan makanan anak sialan itu, ayah akan menambahkan cambukan di tubuhnya" Mengambil nampan berisi makanan di tangan Deandra lalu pergi meninggalkan Deandra yang masih terdiam.

JLEBB

Dua hati yang sesak bersamaan, Deandra tidak tau kenapa hatinya sakit saat mendengarkan kalimat yang keluar dari mulut sang ayah. Berbeda dengan Deandra, Seandra seperti di tusuk pisau oleh kalimat ayahnya.

Seandra mengurungkan niatnya membuka pintu kamar, kembali ke ranjangnya dengan tatapan kosong.

...

Dengan wajah pucat, Seandra memasuki kawasan sekolah. Sakit di area kepala dan perutnya bersamaan, padahal ia sudah meminum obat sebelum berangkat sekolah. 'Kenapa obat ini tidak berpengaruh' Itulah yang ada di otaknya.

Memasuki toilet cowo, dan menghambil obat yang di pegang sedari tadi memasukkan ke dalam mulutnya. Belum sarapan sudah minum obat saja.

Hanya obat sakitnya saja yang ia bawa, selebihnya ia taruh di rumah dengan baik.

Menetralkan nafasnya sebelum keluar dari toilet, mencuci muka dan tangan terlebih dulu baru keluar dari toilet tersebut.

"Anjing!" Kaget Seandra.

"Ngapa berdiri di depan pintu dodol"

"Gw lihat lu tadi masuk kesini makanya gw ikutin"

"Terus kenapa harus di depan pintu, gw kaget asw!"

"Santai atuh mas, Jan galak-galak neng takut"

Dengan kesal Seandra memukul bahu tersebut Rio dengan keras membuat sang empu meringis.

"Jijik anjir"

"Hahaha komuk lu anjir lucu bet sat"

"Anak babi"

Meninggalkan Rio yang masih betah tertawa.

"Woy, tunggu gw anying" Teriak Rio mengejar Seandra.

"Si bangsat main ninggalin aja buset" gerutu Rio menjajarkan langkahnya dengan Seandra.

"Gw kira lu ketawa bareng ama kunti makanya gw tinggal"

"Lu kira gw siapa!"

"Lu kan temannya masa sama temen sendiri lupa sih" Sahut Revan yang tiba-tiba muncul entah dari arah mana.

"Setan!"

Seandra dan Rio terkejut. Revan seperti jalangkung datang tak di undang pergi juga tak di antar.

"Asshh.."

Karena telah membuatnya terkejut, Rio lantas memukul bahu Revan dengan cukup kuat dan membuat sang empu meringis kesakitan.

"Ngapa mukul gw bege!"

"Dih anjing! Masih pake nanya sih dugong" sarkas Seandra.

"Lu kek jalangkung Van" lanjut Rio.

"Kalo gw jalangkung berarti lu juga dong. Kan gak langsung kita temanan"

"Kita? Lu aja kali"

"Ah mas Rio ama aa' Sean jahat sama neng"

Mendengar suara Revan yang di imut-imutin membuat kedua sahabat itu merinding.

"Rio urus lu teman lu, dah telat masuk entar bu tompel ngoceh-ngoceh lagi males gw dengarnya"

...

"Ndra tuh muka ngapa pucat banget" Ucap Rio.

"Cape gw njing, makanya nih muka pucat kek gak tau aja lu" jelas Seandra.

"Makanya istirahat dodol!"

"Gak usah pake jitak bisa?" Istirahat? Bagaimana bisa gw istirahat, lanjut Seandra dalam hati.

"Makan! Gw tonjok lu kalo lu tambahin sambalnya"

"Gak ada rasa kalo gak pedes menyet" Kesal Seandra.

"Seandra" ucap Rio dan Revan yang menekan nama Seandra.

"Eh eh eh becanda kali serius amat idup lu" dengan pasrah Seandra memakan bakso tanpa sambal dan kecap. Perlu kalian tau Seandra tidak menyukai kecap kenapa? Karena pikirnya kecap itu dari taik kambing!  ada-ada saja kelakuan anak satu ini.








Jangan lupa vote and comment follow aku juga hehehe...

TBC...

S E A N D R ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang