16

2.8K 221 7
                                    

Jika ada kesamaan sama cerita kalian mohon di maafkan karena ini murni dari imajinasi ku sendiri.

Happy Reading

Kehilangan...
Apa yang kalian tau tentang kehilangan
Apa kehilangan itu kabar buruk atau justru sebaliknya kabar baik...
Tidak terpikir jika saja secara tiba-tiba kehilangan.

Apa jadinya jika kalian kehilangan sosok yang sangat penting di dalam kehidupan kalian?

Tidak, tidak bisa lagi di jelaskan bagaimana rasanya, sangat sangat sakit.

Saat ini Seandra tengah duduk di bawah gundukan tanah dengan bunga mawar di atasnya. Air bening yang ia tahan dari tadi tidak bisa lagi terbendungi, tanpa ijin darinya air bening itu mengalir sendirinya.

Berucap kata maaf, hanya itu yang Seandra ucapkan. Mengusap papan nisan dengan hati yang hancur, mencium sesekali seolah mencium kening yang ada di dalam sana.

Sendiri? Awalnya Seandra sendirian sebelum kedua sahabatnya datang dengan payung yang ada ditangannya. Revan dan Rio melihat Seandra yang rapuh saat ini hanya bisa melihatnya tanpa mau menenangkannya. Bukan tidak mau hanya saja mereka berdua ingin membiarkan Seandra mengeluarkan semua yang ia pendam.

Tapi mereka tidak bisa lama-lama membiarkan Seandra, hujan semakin deras. "Bangun.." ucap Revan seraya membantu Seandra.

"Hiks.. gw– gw..." Seandra tak kuat lagi berbicara.

Revan memberikan payung yang ada di tangannya ke Rio. Maksudnya payungin dirinya dan Seandra. Revan pun membawa Seandra ke dalam pelukannya.

"Lu boleh nangis kapan pun itu, tapi gak disini ya, hujan terus baju lu juga udah basah kuyup ntar lu sakit, lu mau liat nyokap sedih hm?" Tanpa Seandra tau, Revan diam-diam menangis di balik pelukannya itu. Tak hanya Revan Rio pun sama menangis dalam diam.

"Sakit... dada gw sesak, gw gak ikhlas" racau Seandra.

"Gw– gw gak tau lagi... hiks" pecah sudah tangisan itu.

Lebay? Tidak Seandra hanya seorang anak yang sedang kehilangan, Seandra memang laki-laki tapi Seandra punya hati, punya perasaan sudah wajar bukan Seandra menangis.

"Bun-- bun- da gw udah gak ada Van hiks... bunda gw..."

"Semua gara-gara gw, ayah benar gw anak pembawa sial harusnya gw yang di dalam bukan bunda gw"

Menjatuhkan tubuhnya kembali di atas gundukan tanah tersebut. Revan menggelengkan kepalanya, semua itu tidak benar. "Sean dengerin gw, nggak ada anak pembawa sial nggak ada, sudah takdir mereka untuk pulang kepangkuan tuhan" Revan mencoba menjelaskannya kepada Seandra.

Sedangkan Rio, anak satu ini hanya diam dan membiarkan Revan menenangkan Seandra. Bukan dirinya tidak mau Rio takut dirinya menangis kembali melihat kondisi sang sahabat.

"Pulang yok, Abang lu pasti lagi nungguin lu" sahut Rio tiba-tiba.

Seandra menggeleng, "Bunda gw pasti kesepian, gw mau temenin."

"Sean, nyokap lu udah gak ada nyokap lu udah tenang lu harus ikhlas lu harus ingat itu!" Tanpa sadar kata-kata yang keluar dari mulut Rio membuat Seandra emosi.

Tapi sebelum adu jotos, Revan melerai pertikaian keduanya. Revan mengisyaratkan Rio agar pergi duluan, Rio pun pergi dari sana dan membiarkan Seandra dan Revan.

"Gw tau perasaan lu saat ini, tapi Sean lu harus ikhlasin nyokap lu bener apa yang di bilang Rio, lu mau nyokap lu sedih gegara lu?"

"Biarin nyokap lu tenang, suatu saat nanti lu pasti ketemu lagi tapi bukan sekarang"

S E A N D R ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang