Jika ada kesamaan sama cerita kalian mohon di maafkan karena ini murni dari imajinasi ku sendiri.
Happy Reading
Apa masih ada yang nungguin notif Seandra? Atau masih ada yang nyimpan di perpustakaan?
Okay selamat membaca(≧▽≦)
Pria paruh baya yang tengah bersandar pada kepala kasur sambil memijit pelipisnya. Pria itu benar benar kacau, setelah mendapat kabar bahwa anaknya Deandra kecelakaan pria itu langsung menuju di mana Deandra sekarang.
Pria itu tak lain Wijaya tergesa-gesa menuju ruangan Deandra, Wijaya bahkan menambrak orang lalu lalang dan tanpa menoleh ataupun sekedar minta maaf.
Saat ini fokusnya hanya pada Deandra, apakah anaknya akan baik baik saja? Pikirnya Wijaya.
Wijaya sangat kalut sampai pada depan ruangan Deandra ia langsung mengintip di depan kaca pintu, setelah itu Wijaya kembali bersandar pada dinding rumah sakit.
Setelah menunggu selama 1 jam yang semakin membuatnya khawatir, pintu operasi terbuka dan keluarlah dokter dengan ikuti salah satu suster.
"Dok bagaimana dengan keadaan anak saya?" Tanya cepat Wijaya dengan ekspresi khawatir.
Sebelum berbicara dokter itu menghela nafas, "kondisi pasien sudah membaik hanya saja kami harus produktif dengan keadaan pasien, bisa saja kondisi pasien —
"Dokter pasien henti jantung."
Bagaikan pisau menusuk hati Wijaya terjatuh lemah dengan syok. "Ti--tidak i---ini tidak mungkin" ucapnya yang berusaha menyakinkan dirinya.
Dokter? Dokter itu langsung menangani Deandra sampai tidak berkata satupun kepada Wijaya.
"Tidak boleh, Deandra nggak boleh ninggalin ayahkan? Kalian gak akan ambil Deandra tanpa seizin dari ayah" meremas rambutnya melontarkan ribuan kata-kata.
Sedangkan di dalam ruangan operasi para dokter dan suster berusaha mengembalikan detak jantung Deandra dengan menggunakan alat defribrilator.
Hehehe gak tau apa namanya tapi itu yang gue dapat di google
...
"Enggak! anak saya masih hidup. Dean ayah nggak biarin kamu ikut mereka, mereka nggak boleh ngambil kamu dari ayah. Ayah gak izinin hiks! Ayo nak bangun" ucap Wijaya.
Semua orang dalam ruangan itu menunduk, tak kuat melihat tangisan serta racauan Wijaya yang penuh penyesalan.
Menyesal. Wijaya menyesal, sangat menyesal. Setelah apa yang ia perbuat kepada Deandra kemarin.
Andai saja kemarin tidak membentak dan menampar anaknya, mungkin kejadian sekarang ini tidak akan terjadi. Dan mungkin saja Deandra masih ada di rumahnya walaupun anak itu akan berdiam diri di dalam kamarnya.
Wijaya menundukkan kepala, "Ternyata benar, penyesalan itu akan selalu datang di akhir" ucap Wijaya yang tersenyum miris.
"Maaf pak. Kami akan melepas alat medis pasien dan segera membersihkan tubuhnya untuk di makamkan" ucap suster yang tiba masuk dan sedikit memelankan suaranya.
"TIDAK!!! ANAK SAYA MASIH HIDUP, DIA—ANAK SAYA HANYA TIDUR. Deandra hanya sedang tidur" ucap lirih Wijaya di akhir.
Beberapa suster hanya tetap di ruang Deandra hanya bisa menundukkan kepala, mereka tau kehilangan seseorang yang sudah tidak ada itu sakit melebihi apapun.
Walaupun begitu sudah seharusnya tubuh Deandra harus melepaskan alat medis itu. Tanpa memperdulikan Wijaya beberapa suster itu berusaha melepas alat medis walau mereka kewelahan karena Wijaya memberontak.
Pasrah. Wijaya pasrah, dengan terjatuh berlutut melihat alat medis yang menempel di tubuh Deandra perlahan dibuka satu persatu.
...
Keadaan Wijaya jauh dari kata baik sekarang. Setelah pemakaman Deandra, Wijaya mengurung diri. Sudah banyak anggota keluarga yang mengetuk pintu kamar nya tapi hasilnya nihil.
Sedangkan Wijaya di dalam sana mulai menghalusinasi raga dan tubuh Deandra, tak satu dua kali Wijaya bicara sendiri. Wijaya berpikir bahwa Deandra masih hidup dan yang ada di depannya itu adalah Deandra yang asli.
Jika dilihat kondisinya Wijaya sungguh berantakan dan kacau balau, mulai dari diri sendiri sampai kamarnya sendiri. Baju yang awalnya tertata rapi kini berhamburan di lantai, tidak hanya itu kasur dan bantal pun ikut berhamburan.
Sepengaruh itukah Deandra dalam hidup, Wijaya?
Mungkin, iya.
Jika lebih berat kehilangan seorang istri maka Wijaya lebih berat kehilangan sosok Deandra. Terdengar aneh memang tapi itulah Wijaya.
"Deandra, nak? Kenapa hanya di sana?" Panggil Wijaya.
"Kamu nggak, capek berdiri di sana terus? Sini duduk di samping ayah" pinta Wijaya sambil mengibaskan tangan.
"Ayah minta maaf hiks..... jangan tinggalin ayah seorang diri, ayah nggak kuat hikss...."
"Kamu minta apa sama ayah, hm? Ayahakan ikutin kemauan kamu. Kamu minta ayah maafin saudara kembar kamu ayah akan maafin Seandra tapi kamu maafin ayah hikssss"
"Ayah Dean kita cari Seandra kita akan minta maaf. Ayah juga bersalah dengan kembar kamu itu, ayah udah siksa dia tapi ayah sangat sayang sama kalian berdua hanya saja ego ayah terlalu tinggi sampai menutup mata kalau ayah sayang Seandra."
"Setelah ayah minta maaf kamu harus tetap tinggal sama ayah dan kita ajak kembar kamu juga. Kita akan memulai hidup yang baru dan melupakan semua masa lalu yang menyakitkan itu,"
"Hahaha kamu kan nggak ngerti ninggalin ayah, buktinya kamu ada di depan ayah. Mana berdiri sambil liatin ayah lagi."
Wijaya benar-benar hilang akal. "Kalau kamu gak mau samperin ayah, biar ayah yang samperin kamu" saat Wijaya sudah di depan Deandra Wijaya dengan langsung memegang wajah Deandra, tapi tangan itu tidak menyentuh apa-apa.
Wijaya tersenyum kecut, tidak ini tidak mungkin, "Bercandaan kamu lucu banget loh Dean....— sini nak, ayo ikut ayah."
Lagi lagi Wijaya tidak menyentuh tangan Deandra.
Saat ini juga Wijaya hilang kesadaran nya, atau bahkan bisa di nyatakan sakit jiwa. Wijaya hanya berhalusinasi bahwa Deandra anaknya masih hidup dan selalu ada di dekat nya.
Keluarga nya mau tak mau harus menyerahkan Wijaya kepada pihak yang berwajib rumah sakit jiwa agar kesadaran Wijaya kembali semula dan bisa mengontrol emosi nya yang kapan saja akan mengeluap begitu saja.
Gimana? Udah puas gak?
Hehehe happy anniversary 1 tahun Seandra 🥳🥳 terimakasih buat readers dan votenya hehe tanpa kalian mungkin cerita Seandra gak serame ini ya walaupun serame punya author lain tapi Dhi udah bersyukur.
Bulan Oktober aman gak?
You okey?
Ada pesan buat
Wijaya?
KAMU SEDANG MEMBACA
S E A N D R A
Teen FictionLelah. Hanya satu kata itu yang sering terlontarkan di mulut seorang remaja yang masih berusia 15 tahun. --------------------- TIDAK UNTUK DI PLAGIAT!!!!!!!!! 1 in sick (23 Desember 2021) 3 in Deandra (23 Desember 2021) 2 in really (05 Januari 2022)...