TRANSMIGRASI STORY #1
TYPO BERTEBARAN
REVISI PAS ADA MOOD😌
TETEP VOTE KALOPUN NI STORY DAH END
Story ini lumayan cringe+ dibuat pas gue gabut. Jadi kalo ada yg ga masuk akal atau ga nyambung, ya maap:(
Jangan ngarep banyak sama ni story. Isinya amb...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Awali pagimu dengan nyeblak dan ngegalau😌
Happy 43k+ viewers🥳✨😍 Gimana rasanya digantung di part selebelumnya? Jarang-jarang gue gantung:v
Apa mungkin Aluna mendapat mimpi yang sama seperti Rayana?
Mimpi yang memperlihatkan akhir dari novel Love Story.
Jika iya, bukankah Aluna seharusnya merasa senang? Karena tidak memiliki penghalang dalam mendekati Bara. Natha menggigit pelan ibu jarinya. Sungguh, jika dugaan Natha benar, Aluna mendapat mimpi yang memperlihatkan masa depannya kelak bukan berarti ada yang salah disini? Tapi siapa? Dan apa penyebabnya?
Saat seperti ini, Natha membutuhkasn sistem yang maha tau.
Natha sudah tidak mempedulikan kekecewaan dari pendukung sekolahnya. Natha sedang berpikir keras sekarang. Ketiga pemeran utama pria yang menghampiri dirinya dan Rayana pun tidak dihiraukan oleh Natha. Gadis itu tidak tahu, bahwa ketiga pemeran utama itu membutuhkan dirinya.
"Gue balik duluan, ada urusan." Natha berlalu meningglkan keempat pemeran utama itu. Ia harus segera mencari tahu apa yang terjadi pada Aluna.
Natha mengemudikan mobilnya pelan, ia melihat kekanan dan kekiri berharap bisa menemui Aluna. Ia akan membuntuti Aluna agar mengetahui apa yang Aluna rencanakan.
Saat ini, Natha melewati jalanan yang sepi namun tidak terlalu jauh dari sekolahnya. Mata Natha menangkap seorang perempuan tergeletak dengan luka dikepala. Natha menghentikan mobilnya, ia bimbang, jika Natha menghampiri orang itu, ia akaj dituduh mencelakainya. Jika tidak menghampirinya pun sama saja, orang lain akan beranggapan bahwa ia menabrak lari seseorang lalu kabur begitu saja.
Sial
Ini semua karena Aluna, jika saja ia tidak sibuk memikirkan keberadaan Aluna, mungkin ia tidak akan bimbang seperti ini.
Natha mengehela napas gusar. Mau tidak mau ia menghampiri perempuan yang tergeletak itu. Matanya seketika membola saat dirinya semakin dekat dengan perempuan itu.
Dia Aluna.
Orang yang ia cari, lalu kenapa Aluna bisa seperti ini? Siapa yang mencelakainya?
Natha segera membawa Aluna masuk kedalam mobil, meskipun dengan susah payah.
Natha melajukan mobilnya menuju rumah sakit terdekat. Bisa bahaya ia, jika Aluna tidak selamat.
Dalam perjalanan, kedua mata Aluna perlahan terbuka, ia meringis sesaat.
"Lo! Lo ngapain gue hah!?" Aluna berteriak pada Natha.
"Gue mau bawa lo ke RS, kepala lo luka." Ucap Natha tenang.
"BOHONG! INI SEMUA PASTI ULAH LO KAN!?" Aluna berteriak.
Natha mendelik kesal pada Aluna.
"Apasih, gaje banget bangsat. Gue tuh berbuat baik. Harusnya lo berterima kasih sama gue." Jelas Natha panjang lebar.
Tanpa Natha ketahui, gadis disebelahnya membuka ponsel kemudian menekan tombol rekam.
"Gue gak tau, siapa yang ngasih tau lo kalo gue suka sama Bara." Ucap Aluna
Natha mengerenyitkan keningnya, mengapa ucapan gadis di sebelahnya itu tidak nyambung dengan ucapan Natha.
"Gue gak peduli lo suka atau nggak sama Bara. Bukan urusan gue" Natha mengahadapi Aluna dengan tenang. Disaat sepeprti ini, otaknya refleks berfungsi dengan baik.
"Gue minta maaf kalo gue suka sama Bara." Ucap Aluna.
"Gue mohon jangan bully gue, lepasin gue sekarang. Gue mau pulang." Lanjut Aluna diiringi isak tangis yang membuat Natha emosi.
"Gue gabakal bully lo setan!" Natha geram dengan gadis ini. Ia menyesal membawanya masuk ke mobil.
"Maaf, maafin gue. Hiks." Aluna membuat suaranya terdengar lemah.
"Gue bakal bunuh lo sekarang juga." Ucap Natha penuh penekanan.
Aluna terbelakak mendengar suara Natha, ia sedikit takut namun tak lama ia tersenyum lebar pads Natha. Bukannya terlihat manis, Aluna terlihat seperti setan.
"Ampun Nath, ja-jangan hiks bu-bu-bunuh gue hiks." Lain dengan ekspresinya yang terlihat bahagia, Aluna kembali berbicara seperti orang yang teraniaya.
"Turun." Natha menghentikan mobilnya.
"Turun dari mobil gue sekarang!" Lanjut Natha. Sedangkan Aluna masih setia duduk disamping Natha.
"Apapun rencana lo kedepannya, kalo itu ngerugiin gue, bakal gue bales." Natha segera mendorong Aluna yang masih tersenyum keluar dari mobilnya. Aluna seperti orang gila. Aluna tidak tahu saja bahwa Natha juga diam-diam tersenyum sinis pada Aluna yang berada jauh dibelakangnya.
Gue bakal ikutin permainan lo bitch.
Seperti yang Natha duga, Aluna yang berwajah lembut itu tidak jauh berbeda dengan setan yang sedang menyamar.
Natha harus berhati-hati. Selamat tinggal hidup tenang.
"Kenapa semuanya jadi beda?" Gumam seorang gadis yang sedang bercermin dikamarnya.
"Dulu dia nempel banget kan sama Bara, kok sekarang malah kesannya ngejauh gitu. Terus dia malah deket sama murid baru." Lanjut gadis itu lalu memoleskan lipstik pada bibirnya.
"Tapi kayanya Bara tetep suka deh sama gue." Gadis itu Aluna, ia sedang berdandan di kamarnya sambil berceloteh ria.
"Kalo Bara berubah, yang bisa gue salahin cuma satu. Natha, si murid baru." Seringai kecil muncul dibibir mungil milik gadis itu.
"Gue harus pastiin dia tau apa aja soal gue. Karena waktu dulu, gaada dia."
Aluna mendapatkan ide cerdas diotaknya, dengan cepat ia mengganti riasannya. Aluna membuat wajahnya seakan pucat seperti kehabisan darah, Aluna juga membuat luka dikepala, tak lupa, aluna memberikan sedikit cairan pada lip tint merwarna maroon miliknya kemudian memasukkannya kedalam plastik.
Aluna keluar dari rumahnya, Aluna menunggu mobil Natha lewat. Ia bahkan hafal dengan nomor plat mobil Natha. Sejak Natha bersama Rayana, diam-diam ia selalu memperhatikannya. Tingkah laku Natha yang bisa menggaet empat orang penting dihidupnya dulu membuatnya harus waspada.
Aluna belum mencari tahu lebih lanjut mengenai Natha, namun Aluna yakin bahwa Natha tidak sepintar dirinya. Aluna sudah menyusun matang rencananya kali ini.
Sebuah senyuman lebar tersungging dibibir Aluna, dari jauh, Aluna melihat mobil Natha, dengan cepat ia mengeluarkan cairan lip tint tadi lalu membuat kepalanya seolah-olah terluka. Aluna juga membaringkan dirinya dipinggir jalan, ia memejamkan matanya. Ia yakin, Natha pasti akan menghampirinya.
Rencananya harus berhasil. Ia harus merebut kembali apa yang sudah ia dapatkan dulu. Ia tidak akan melakukan kesalahan seperti dulu. ........................................................