09

17.8K 2.6K 119
                                    

"ANJIM, LO NGAGETIN GUE BANGSAT!" Teriak Natha sambil melepaskan tangannya yang dicekal.

Nathan, lelaki yang terbaring diatas bankar itu, sebenarnya sudah sadar sejak dokter yang memeriksanya keluar. Ia hanya memejamkan matanya berusaha untuk tidur namun tidak bisa. Nathan mendengar suara pintu terbuka dan langkah kaki yang mendekat.

Nathan merasakan ada tangan yangendekat ke arah wajahnya. Dengan cepat ia membuka mata juga mencekal lengan orang yang mendekati wajahnya. Ia mendapati seorang perempuan yang terkejut. Ekspresinya membuat Nathan tersenyum tipis.

"Lo ngapain deketin tangan lo ke muka gue? Mau macem-macem hah?" Nathan menjawab teriakan itu dengan pertanyaan.

Natha mendengus mendengar pertanyaan Nathan.
"Gua gak macem-macem, tapi satu macem. Mau nabok muka lo!" Ketus Natha.

Nathan melebarkan matanya. "Ngapain lo nabok muka ganteng gue?"
Ia tidak habis pikir dengan perempuan disampingnya itu. Wajahnya yang diidolakan banyak siswi di sekolah, akan di tabok oleh seorang perempuan yang tidak ia kenal.

"Idih, kepedean lo. Muka bonyok gitu dibilang ganteng." Natha berusaha mengelak.

"Halah, padahal lo terpesona kan, sama gue?" Ucap Nathan sambil tersenyum dan menaik-naikkan alisnya.

"Gaada ya, gaada. Gue gak mau suka sama orang kaya lo. Iyuhh." Natha bergidik ngeri seakan jijik pada Nathan.

Hening

Nathan tidak membalas lagi perkataan Natha, saat ini ia masih merasa lemas dan tidak bertenaga. Ia berusaha untuk tidur.

"Gue udah bantuin lo, bawa lo ke RS. Body mungil gue sampe kerasa remuk karena harus masukin lo ke mobil. Bantuan yang gue kasih, itu gak gratis. Lo harus bayar. Gue gak mau tau." Ucapan itu keluar begitu saja dari bibir Natha.

Nathan membuka matanya lalu menoleh ke arah Natha.

"Nama lo siapa?"

Natha mengangkat alisnya tanda bingung, mengapa Nathan menanyakan namanya? Dan utuk apa?

"Buat apa lo tau nama gue?"

"Masa gue gak tau nama penolong gue. Ayo kasih tau."

"Anathaya, panggilannya Natha. Lo sendiri?" Natha berpura-pura tidak tahu nama pria di hadapannya.

Nathan tersenyumpada Natha. "Gue Nathaniel, biasa dipanggil Nathan. Berhubung nama kita mirip, kayanya kita jodoh."

"Pede banget bangsat. Dah lah, gue cabut. Bye." Ucap Natha lalu ia pergi meninggalkan ruangan.

Nathan tidak bisa menahan tawanya melihat prilaku Natha, gadis itu terlihat menggemaskan saat menampilkan ekspresi kesalnya. Nathan tidak akan melepaskan Natha.

Natha masih berada di rumah sakit, ia berjalan sambil mencak-mencak dan membuat orang yang melihatnya merasa gemas. Saat Natha berbelok, ia tidak sengaja menabrak seorang wanita paruh baya yang masih terlihat cantik.

Bruk

Tabrakan itu membuat keduanya mengaduh kesakitan. Natha bangkit lebih dulu, kemudian membatu wanita itu.

"Aduh, maaf ya bu. Saya gak sengaja. Ibu gak apa-apa kan? Cerocos Natha, ia membantu wanita itu untuk berdiri.

Wanita itu tidak menjawab perkataan Natha, ia malah memperhatikan wajah Natha.

Nih orang kenapa sih?

"Leora." Wanita itu berucap lirih, sedetik kemudian wanita itu pingsan.

"Eh, eh. Duh, DOKTER TOLONG!" Teriak Natha.

Natha melihat sebuah tas yang tergelatk di lantai. Natha yakin tas itu milik wanita tadi. Natha mengambilnya lalu merogoh tas itu dan mengeluarkan ponsel yang ada didalamnya. Beruntung ponsel itu tidak terkunci, Natha menghubungi kontak yang bertuliskan 'Suami' di ponsel itu. Lima detik setelah berdering, terdengar suara pria yang Natha kira seumuran dengan wanita paruh baya tadi.

"Ada apa sayang?" Ucap suara di sebrang.
Natha menggigit bibirnya, suara itu seperti suara sugar daddy yang ia lihat di film. Natha menggelengkan kepalanya, ia harus fokus.

"Maaf om, ibu yang punya hp ini pingsan di RS. Sekarang lagi ditangani dokter. Om kesini ya." Panggilan itu segera diputus oleh Natha, ia takut jadi bibit pelakor. Cogan di dunia novel ini saja sudah menggoda, apalagi para sugar daddynya.

Di tempat lain.

"Bara, kamu ikut ayah, bunda kamu pingsan di RS." Ucap pria paruh baya pada anak keduanya.

Bara yang sedari tadi tengah asyik bersantai kini terlihat panik mendengar bundanya berada di rumah sakit. Ia segera bangkit lalu mengikuti ayahnya memasuki mobil.

"Kok bunda bisa di RS yah?" Bara memulai percakapan.

"Tadi bunda bilang mau jenguk temennya yang sakit, terus ayah dapet telpon katanya bunda kamu pingsan." Bara menghela napas mendengar penjelasan ayahnya. Jarang sekali bundanya itu sakit, kecuali saat banyak pikiran. Itu pun tidak sampai tidak sadarkan diri.

Kecuali saat memikirkan adiknya.

Kembali ke Natha.

Natha sedang duduk di kursi samping bankar wanita itu. Hal ini seperti yang dilakukan Natha saat menunggu Nathan.
Natha mendesah pelan karena merasa bosan.

"Sistem, lo bisa bawain ponsel gue gak?"

'Bisa Natha.'

Natha melotot mendengar jawaban sistem.  Andai saja ia ingat ia punya sistem yang maha tau dan maha bisa.

"Kenapa gak bilang sih tem?" Tanya Natha sambil mendengus.

'Natha tidak bertanya.'

Jika saja sistem ini seperti manusia, ingin sekali Natha membenturkan kepala sistem. Saking kesalnya.

"Bawain hp gue dong tem."

'Baik Natha.'

Sedetik kemudian sebuah ponsel berlogo apel yang digigit muncul di tangan Natha. Natha hampir saja berteriak karena merasa senang. Kali ini ia tidak akan kebosanan menunggu sadarnya wanita paruh baya ini.

Sudah bosan bermain ponsel, Natha memperhatikan tangan wanita di hadapannya ini. Tidak lama kemudian, jari-jari wanita itu bergerak pelan, diikuti dengan terbukanya kedua mata wanita itu.

Geovina, wanita itu mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan, lalu terhenti pada seorang gadis yang juga sedang menatapnya. Vina mengulurkan tangannya, lalu menyentuh pipi si gadis.

"Putriku." Ucapnya, lalu perlahan tapi pasti. Cairan bening dimatanya keluar.
Vina menangis sambil mengusap lembut pipi Natha.

Natha yang diperlakukan seperti itu merasakan hatinya menghangat. Baik didunia sebelumnya maupun disini, ia belum pernah mengecap kasih sayang dari orang tua. Ingatan Natha dari Leora, pemilik tubuh sebelumnya juga hanyalah ingatan yang menyedihkan, berupa siksaan dan perkataan kasar dari banyak orang.

Brak

Suara pintu terbuka membuat Natha tersadar dari lamunannya. Ia menolehkan kepalanya dan mendapat Bara serta seorang pria paruh baya yang menatapnya khawatir. Ralat, menatap wanita paruh baya di belakangnya.

................................................................

Finally part selanjutnya meluncur👏🏼
Tandain yang typo ya gaiss, ntar di revisi.
Janlup vote n comment
Thank u💙

EXTRA CHARACTER [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang