10

18.3K 2.8K 140
                                    

Tadinya gue mau up sore, tapi gajadi.

Gue gak nyangka, anak gue si Natha bisa narik 1k readers dalam waktu 3 hari. Tysm gaiss, tanpa kalian story gue bukan apa-apa. Btw kalo ada typo/sebagainya tolong tandain ya. Gue dah bilang di part sebelumnya kalo gue cuma baca ulang sekali, jadi typo dsb gak terlalu keliatan:v

Oh iya, mungkin kalian ada yg nyadar, kalo gue kadang ngetik 'gadis/perempuan' buat deskripsiin salah satu tokoh. Kesannya kek aneh gitu ga sii? Gue masih belajar, dan gue pastiin semuanya dibenerin pas revisi ntar. Oke, itu aja yg mau gue sampein. See you!

........................................

Natha menatap canggung dua orang lelaki berbeda usia itu. Ia menggaruk pipinya lalu berkata.
"Ng... Berhubung om sama Bara udah dateng, saya pamit dulu ya. Takut dicariin orang rumah."
Natha buru-buru berdiri lalu berjalan menuju pintu, namun kegiatannya terhenti saat sebuah suara terdengar.

"Tunggu." Ucap wanita paruh baya yang berusaha bangkit dari tidurnya.

"Kamu mau kemana? Putri bunda, jangan tinggalin bunda nak."

Natha dan dua pria berbeda usia itu mengerutkan keningnya. Natha merasa tidak ada kemiripan apapun antara dirinya dan wanita itu. Sedangkan Bara juga kebingungan, mengapa bunda nya memanggil teman sekelasnya itu dengan sebutan putri. Ayah bara tak kalah heran. Putri bungsunya sudah meninggal saat berusia lima tahun, lalu mengapa istrinya memanggil gadis asing itu dengan sebutan putri. Apakah istrinya berselingkuh?

Natha menatap canggung semuanya. Natha ingin sekali cepat-cepat keluar dari ruangan ini.
"Maaf tante, tapi saya bukan anak tante. Mungkin karena muka saya pasaran, jadi tante salah sangka."
Ucap Natha merendah. (untuk dikubur)

Bara menahan bibirnya untuk tidak tersenyum. Teman sekelasnya ini berusaha merendah untuk meroket. Mukanya pasaran? Sial, tidak ada wajah pasaran yang secantik dan seimut Natha.

"Bunda, ini Natha, temen sekelas Bara. Dia bukan adik bara bund. Adik Bara namanya Leora, bukan Natha." Bara berusaha memberi penjelasan pada bundanya.

Lean yang sedari tadi diam kini mendekat kearah sang istri. Ia memeluk istrinya. Hatinya berdenyut nyeri melihat istrinya kembali bersedih mengingat kematian putri bungsunya. Lean mengusap punggung Vina, kemudian membisikkan kata penenang agar sang istri tidak kembali drop seperti sepuluh tahun yang lalu.

Vina menangis dipelukan Lean, ia kira gadis disebelah Leora adalah putrinya. Ingatannya kembali berputar pada saat ia menemati putrinya di rumah sakit. Putrinya yang hanya mampu bertahan diusia anak-anak, tepatnya saat usia lima tahun. Leora namanya, anak itu sangat ceria, aktif dan juga ramah pada semua orang. Vina, Lean Bara dan juga anak pertamanya sangat menyayangi Leora. Sayangnya, anak itu harus pulang ke pangkuan Tuhan karena tenggelam di kolam renang.

Vina merasakan aura Leora saat ditabrak oleh Natha tadi. Maka dari itu Vina langsung menganggap Natha sebagai putrinya.

"Bara, gue harus balik." Bisik Natha pada Bara. Ia tidak tega melihat wanita yang sedang menangis itu.

Bara mengaggukkan kepalanya, lalu membawa Natha keluar dari ruangan bundanya. Ia tidak meminta izin, karena Bara tahu, jika bundanya sedang bersedih, pikiran bundanya hanya terpaku pada almarhum sang adik.

Bara mengantarkan Natha sampai ke parkiran. Tidak ada percakapan yang terjadi selama perjalanan. Natha yang tidak tahan dengan keheningan pun membuka percakapan.
"Thanks ya, udah nganter gue sampe sini. Gue minta maaf kalo dah bikin nyokap lo sedih." Ucap Natha menunduk sambil memaikan jari-jari tangannya. Natha baru tau sisi lain dari tokoh utama yang tidak dijelaskan di novel.

Bara menggeleng pelan lalu menaruh kedua tangannya dipundak Natha.
"Lo gak perlu minta maaf atau ngerasa bersalah. Jujur, sejak awal gue ketemu sama lo, gue juga ngerasa kalo lo mirip sama adek gue. Gue harap lo gak risih sama perlakuan bunda tadi. Sampe sekarang bunda masih gak bisa ikhlas sama kepergian adik gue."

"Gue gak ngerasa risih kok, gue seneng kalo bisa bikin bunda lo seneng." Ucap Natha sambil tersenyum. Bara yang melihat senyum Natha pun ikut tersenyum. Bara merasa jika aura kebahagian yang ada pada gadis didepannya cepat menular.

"Yaudah, kalo gitu gue balik dulu ya. Bye." Pamit Natha lalu membuka pintu mobil kemudian meninggalkan area rumah sakit.

Gaya banget alesan gue dicariin ortu, padahal gue nak yatim piatu. Tapi gapapa deh, itu alasan jitu biar gue diizinin pulang. Batin Natha.

'Natha.'

"Oi, apa tem?'

'Sepertinya Nathan dan Albara menyukai Natha.'

"Oh ya? Berapa persen tingkat suka mereka ke gue?" Tanya Natha antusias.

'Natha senang disukai oleh mereka?' Bukannya menjawab, sistem malah balik bertanya. Sedangkan Natha hanya tersenyum. Melihat tuannya yang sepertinya tidak ingin menjawab, sistem segera memberi tahu persentase tingkat suka para tokoh utama.

'Untuk Nathan, sekitar 20% sedangkan Albara hanya 15% rasa suka. Tapi Natha, Albara memiliki 30% rasa sayang.

"Emang rasa suka sama sayang beda?"

'Tentu berbeda Natha. Untuk rasa suka, seiring bertambahnya tingkat persentase, rasa suka akan berubah menjadi rasa cinta setelah menembus angka 50% jika angkanya sudah 50% lebih, orang itu berarti sangat mencintai Natha. Sedangkan untuk rasa sayang, singkatnya itu seperti rasa kekeluargaan. Meskipun orang itu memiliki persentase rasa suka, jika rasa sayangnya lebih besar. Orang itu akan menyayangi Natha seperti menyayangi keluarganya.' Jelas sistem.

"Si Bara anggep gue kek adiknya, gitu?"

'Benar Natha.'

Natha menganggukkan kepalanya.

Mayan lah, kalo gue punya kakak kek Bara, udah kaya, most wanted pula. Tar gue bisa numpanh tenar. Hahahaha Batin Natha.

Natha membawa mobilnya menuju rumah makan trdekat, perutnya sudah keroncongan sejak menunggu Nathan sadar. Belum lagi ia juga harus menungu bunda Bara sadar.

Natha memasuki rumah makan padang yang agak dekat dengan apartemennya. Saat ia sedang duduk, bangku didepan Natha juga terisi oleh seseorang yang Natha kenal. Orang itu Reyyan. Psikopat berkedok ketua Osis dan wakil ketua kelas itu tersenyum pada Natha saat gadis itu mendongakkan kepalanya.

"Dunia terlalu sempit ya, kita ketemu lagi sekarang, disini." Ucap Reyyan.

"Plis deh, gue mau makan. Lo jangan rusak selera makan gue. Kalo lo mau makan disini, bayar sendiri sama jangan banyak bacot. Ngerti?" Natha itu tipe orang yang marah-marah saat lapar dan tidak boleh diganggu saat makan.

Reyyang mengganggukkan kepalanya bak anjing penurut. Entah mengapa, kali ini ia mau diperintah orang lain.

"Anjing pinter." Ucap Natha sambil tersenyum dan berhasil membuat Reyyan melotot.

Natha tidak peduli dengan ekspresi Reyyan, yang ia pedulikan sekarang adalah perutnya. Ia tidak sadar bahwa Reyyan sedari tadi bahkan belum memesan makanan. Reyyan hanya memperhatikan Natha serta diam-diam memfotonya. Melihat gadisnya makan dengan lahap, Reyyan tersenyum kecil.

................................................................

NGAKU LO, YANG NGIRA BARA KAKAKNYA NATHA?

Finally part selanjutnya meluncur👏🏼
Tandain yang typo ya gaiss, ntar di revisi.
Janlup vote n comment
Thank u💙

EXTRA CHARACTER [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang