UM--12

1.5K 43 10
                                    

Hiiii!!
Happy Reading!

****

Perihal kesabaran memang perlu dibahas berulang-ulang kali

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Perihal kesabaran memang perlu dibahas berulang-ulang kali. Walaupun, rasa bosan untuk menahannya selalu menghantui. Sabar memang kata yang sederhana, namun mengaplikasikannya sangat berharga.

Lihatlah di chapter sebelumnya, Ustadz Bilal sudah menjelaskan panjang lebar mengenai kesabaran. Ustadz Bilal juga mengatakan, bahwa didalam Al-Qur'an perihal kesabaran dibahas berkali-kali walaupun dengan surah yang berbeda.

Bilal pov...

Setiap manusia mendapatkan masalah yang berbeda. Tergantung dari batas kemampuan mereka. Aku tau, masalah yang Allah berikan ini pasti bisa aku tangani. Hanya saja, tinggal waktu yang menjawabnya.

Semenjak kejadian hari itu, aku sudah tak pernah mendapat secarik kertas itu lagi. Rindu? Tentu saja. Kata-kata dari secarik kertas itu sangat menenangkan. Walaupun, aku tidak tau siapa gerangan yang mengirimnya.

Aku tebak, sang pengirim itu mempunyai kelembutan hati. Aku percaya, setiap kata yang ia kirim, selalu ditulis dengan hati.

Memang ada seseorang yang aku curigai, akan tetapi aku takut salah orang. Aku tidak mau membuat masalah lagi. Sudah cukup masalah yang saat ini belum selesai.

"Pagi Bil," sapa Rara saat memasuki ruanganku. Sepupuku satu ini memang tidak bisa di bilangkan. Berulang kali aku mengatakan, kalau masuk ke ruangan ucap salam terlebih dahulu.

"Hm." Aku tak kuasa menjawab sapaan Rara. Biar dia tau kalau aku sudah tak mau memberitahunya lagi mengenai salam.

"Ih, nggak sesuai ekspektasi banget sih Bil. Bukannya jawab pagi Ra, malah hm doang." kesalnya yang kini sudah duduk di depan mejaku. Aku masih tak mau membahasnya, supaya tidak panjang lebar.

"Ok deh, to the point aja. Aku mau menyampaikan salam Om Eja sama tante Ina, kamu disuruh pulang makan malam, mereka rindu." ucapnya.

"Hm." Aku hanya berdehem menjawab pernyataan Rara. Ayah sama Bunda memang udah nggak bisa nelpon lagi. Padahal, inikan zamannya gadget.

"Ya Allah, ini anak kenapa sih. Mood kamu lagi hancur ya Bil, dari tadi hm hm terus." Rara adalah salah satu orang pengganti Bunda, yang suka marah-marah nggak jelas. Kayaknya semua wanita sama saja, suka marah-marah.

"Kamu juga ikut Ra?" tanyaku.

"Ngapain? Aku kan udah punya keluarga sendiri Bil, lagian malam ini Doni ngajakin aku nonton bioskop." ucap Rara. Ah, Rara selalu membuat aku iri dalam hal ini.

Ustadz Muda √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang