Honeymoon
Satu minggu setelah pernikahan, Novia dan Bilal berencana untuk pergi liburan sekalian bulan madu.
Pada pernikahannya kemarin, mereka mendapatkan kado luar biasa dari sepupunya, Rara. Sebuah impian setiap ummat islam, tiket umrah untuk dua orang.
Betapa terharunya Novia yang selama ini mengidam-idamkan untuk berkunjung ke tanah suci Makkah. Akhirnya, impiannya tercapai walaupun tidak sepenuhnya. Ia bermimpi bisa membawa kedua orang tuanya dan juga Dewi, adiknya. Suatu saat kami akan pergi bersama.
Pada hari keberangkatan, mereka di antar oleh keluarga Bilal hingga ke bandara Supadio. Raut wajah bahagia tidak luntur dari wajah Novia dan Bilal.
"Iya-iya yang mau honeymoon senyumnya sampai ke telinga. Do'a kan kita di sana ya supaya sehat dan rezeki lancar, nanti bisa berangkat bersama-sama." ucap Rara yang turut berbahagia.
"Ibadahnya yang khusyuk, jangan bermesraan terus." timpal Iki yang membuat semua orang menggelengkan kepala.
"Lah, ini namanya nasihat. Kita sebagai orang tua harus terus mengingatkan." jelas Iki.
"Bilal mah udah pasti ibadah Om. Kalau Om Iki yang pergi tuh harus di nasehatin banyak-banyak. Udah tua juga masih gandengan, takut nyasar tantenya?" ledek Rara yang tak bisa akur dengan Omnya itu.
"Lah, kita mah selalu romantis. Emang kamu, jarang ditemenin suami?!"
Di tengah perdebatan, pesawat yang ditumpangi Bilal dan Novia hampir lepas landas. Keduanya dengan cepat menaiki pesawat dan meninggalkan keluarganya.
Sejak memasuki pesawat, Bilal sama sekali tidak berniat melepas genggaman tangannya.
"Ustadz?" panggil Novia sembari memberikan kode dari matanya.
"Saya mau begini dulu," ucap Bilal sembari menyandarkan punggungnya.
"Iri sama Om Iki?" ledek Novia yang membuat Bilal menganggukkan kepalanya.
"Mereka selalu seperti pengantin baru." ucap Bilal.
"Mungkin karena Om Iki humoris, dan Tante Nabila juga penyabar." ucap Novia.
Bilal mengubah kepalanya menatap Novia, "maaf kalau saya nggak humoris," lirihnya.
Novia terkekeh, "yang penting Ustadz bukan jenis suami yang pemarah. Saya juga nggak se-penyabar Tante Nabila." ucapnya sembari menyandarkan kepala di bahu Bilal.
Keduanya menikmati perjalanan sembari bertukar pikiran untuk saling mengenal lebih dalam. Indahnya pacaran setelah menikah.
Setelah melewati perjalan panjang, dan singgah di beberapa tempat, Bilal dan Novia tiba di tanah suci dengan keadaan sehat wal'afiat.
Bilal terus menggandeng tangan Novia hingga mereka tiba di hotel. "Lepas dulu tangannya ya, saya mau kemasin barang dan membersihkan diri." ucap Novia sembari memegang genggaman tangan Bilal.
Bilal tersenyum kikuk, ia melepaskan tangan Novia yang akhirnya meninggalkannya memasuki kamar mandi.
Bilal duduk di kasur sembari menatap keluar jendela. Kamar hotelnya tepat dihadapan Ka'bah yang selalu ia rindukan. Alhamdulillah, kesini lagi sama pendamping hidup.
Seusai membersihkan diri, Novia keluar dari kamar mandi dengan abaya hitam kado pernikahannya dari Dewi.
Novia melihat Bilal sedang fokus memainkan ponselnya tanpa menyadari kehadiran dirinya. "Ustadz?!" panggil Novia sesopan mungkin.
Bilal menoleh menatap Novia penuh ragu. "Iya istriku, sudah selesai? Giliran suamimu lagi ya, atau mau nemenin?" Bilal menampilkan senyum dengan paksa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ustadz Muda √
General FictionSEQUEL : CINTA SETELAH AKAD SUDAH LENGKAP CERITA INI MENGANDUNG 100% UNSUR KEBAPERAN DAN SELF-IMPROVEMENT, HATI-HATI DALAM MEMBACA!!! Muhammad Bilal Brawijaya Suryaputra, pewaris harta Reza Suryaputra ini memutuskan untuk membangun karirnya dari nol...