UM--15

1.5K 43 3
                                    

Haiiiiii!
Happy weekend, and
Happy Reading!!!

****

Di dalam kehidupan, berbicara dan mendengar merupakan satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Di dalam kehidupan, berbicara dan mendengar merupakan satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan. Keduanya sangat berkaitan baik dalam hal apapun.

Terkadang, seseorang cenderung menyimpulkan sesuatu secara cepat melalui beberapa kata tanpa mendengar dengan jelas apa yang sebenarnya sedang dibicarakan.

Hal demikian menyebabkan kesalahpahaman antara satu dengan yang lainnya. Sehingga dapat membuat kerusakan keharmonisan suatu hubungan, baik hubungan ini keluarga maupun pertemanan.

Sekitar pukul 9, setelah selesai menyampaikan materinya. Putri berniat untuk kembali kediamannya, berhubung mata pelajarannya hari ini cuma 2 jam pertemuan.

Sesampainya di sana, Ia melihat beberapa orang yang berada didalam asramanya. "Sepertinya itu Ustadz Bilal." monolognya.

Putri tidak langsung memasuki asramanya. Ia berdiri tak jauh dari sana dan mendengar beberapa percakapan mereka.

"Maaf kalau boleh saya bertanya, apakah Ustadz dan Ustadzah ini suami istri?" tanya Ranimah.

Apa-apaan ini, apakah ada tindakan mereka yang terlihat seperti suami istri? Tidak tau saja ibu itu, akulah calon istri Ustadz Bilal, batin Putri. Putri menghela nafas kasar, rasanya ia ingin sekali ikut ke dalam pembicaraan mereka.

"Bukan Buk, saya masih membujang." ucap Bilal.

"O walah, tapi Ustadz Bilal dan Ustadzah Novia ini cocok loh. Semoga saja berjodoh, saya akan menjadi orang pertama yang ikut bahagia jika itu beneran terjadi." ucap Ranimah tersenyum.

Wah, ibu-ibu ini semakin menjadi saja pernyataannya. Apa tidak bisa cepat selesai saja urusan mereka? Lagi, Putri hanya bisa membatin.

Putri pov....

Aku benar-benar kesal pada perempuan paruh baya itu. Tidak bisakah ia membedakan hubungan mereka yang hanya sekedar pemilik pesantren dan pekerja?

Aku melihat Novia yang tertunduk, seperti tidak terjadi apa-apa. Bukankah seharusnya ia membela diri jika ia memang belum menikah. Atau jangan-jangan ia sengaja terdiam, supaya kedua orang tua santri itu membenarkan apa yang mereka pikirkan?

Tak lama dari pembicaraan tersebut, para tamu sudah mulai meninggalkan asrama kami. Aku bersiap untuk segera masuk ke dalam. Novia ini memang tidak bisa dibiarkan, apa dia tidak bisa terima kenyataan jika aku dan Ustadz Bilal akan segera menikah?

Ustadz Muda √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang