Sakura mendongak menatap wajah Sasuke yang masih terdiam bak patung. Keputusannya sudah bulat sekarang, berdehem singkat untuk menarik perhatian Sasuke kemudian berucap, "Ayo akhiri semuanya."
Lelaki berambut raven tersebut menatap Sakura dengan pandangan tak terbaca. Dia menundukkan kepala kemudian kembali menengok pada bayi mungil disampingnya.
"Sekarang apa?" tanya Sakura lirih seraya mengikuti arah pandang sang suami.
"Sejujurnya aku tak menyesal menghabiskan waktu untuk mengandung. Lihatlah anakku sangat mirip denganmu. Dia seakan mengatakan pada dunia kalau kau Ayahnya, seseorang yang aku cintai dengan sepenuh hati."
Sasuke hanya bisa diam sambil mendengarkan semua ucapan wanita berambut merah muda tersebut.
"Rasanya sangat sesak melihatmu yang baik-baik saja setelah menyakitiku Sasuke. Itu sangat tidak adil, aku mohon segera urus surat perceraian kita. Aku tak ingin lagi hidup bersamamu Sasuke ... A-aku menyerah mencintaimu."
Sasuke terpaku mendengar kalimat itu. Seakan ada ratusan anak panah yang menembus hingga jantungnya, tapi tak ada pilihan lain. Bungsu Uchiha tersebut memejamkan mata, dia menghela napas kasar kemudian menatap wajah Sakura. "Hn, baiklah."
*****
Setelah menandatangani surat perceraian yang diberikan Sasuke tadi malam, maka hari ini Sakura sudah membulatkan tekad untuk pergi dari hidup Sasuke. Cukup seminggu dia menghabiskan waktu di rumah sakit untuk memulihkan tenaga, walaupun bagian tubuhnya masih terasa sakit. Namun, hal itu tak membuat ia menyerah.
Sakura menyampirkan tas berisi pakaian yang dibawakan oleh bawahan Sasuke Pagi ini, mereka bilang kalau pria itu sudah memberikan perintah untuk mengantarkan pakaiannya.
Wanita musim semi tersebut berjalan tertatih menuju meja administrasi bermaksud untuk membayar biaya rumah sakit, akan tetapi perawat tersebut mengatakan kalau sudah ada orang yang melunasi semuanya.
"Kita akan segera pergi," lirih Sakura sambil menatap gedung besar di hadapannya. "Tapi sebelum itu kita harus melunasi pembayaran ini terlebih dahulu."
Dia memantapkan hati kemudian masuk ke dalam dengan langkah pelan. Sakura mendekati meja resepsionis dan bertanya, "Selamat siang. Apakah tuan Uchiha ada?"
"Siang Nona. Tuan Uchiha sedang meeting. Mungkin sebentar lagi akan selesai, ada yang bisa ku bantu?"
"Begitu ya. Apa aku boleh menitipkan sesuatu untuknya."
"Menitipkan apa? Dan anda siapa?" tanya wanita itu sopan.
Sakura tersenyum tipis sembari memberikan sebuah amplop putih berisi uang. "Saya teman kuliahnya dulu. Tolong berikan amplop ini padanya, aku harus segera pergi sekarang."
"Baik. Saya akan memberikannya nanti."
"Terimakasih." Sakura mengangguk kemudian pamit dari sana. Menarik kopernya menjauh dari area perusahaan.
Panasnya cuaca siang hari ini tak membuat wanita itu menyerah. Dia melindungi wajah sang bayi dari jangkauan sinar matahari, menghela napas singkat kemudian berujar dengan mantap, "Kita pergi ucapkan selamat tinggal pada Papamu, Seichi."
Menciumi pipi lembut putranya kemudian memperbaiki letak tasnya, ia berniat menyebrangi jalan menuju halte di depan sana. Namun langkahnya terhenti saat seseorang yang ia kenal memanggil namanya lantang.
*****
Sasuke memijit keningnya yang berdenyut, ia melangkahkan kaki keluar kantor berniat mencari udara segar sekaligus mengisi perutnya yang terasa lapar. Langkahnya terhenti tatkala melihat sosok Sakura yang keluar dari kantor, bergegas ia berlari untuk mengejar akan tetapi suara seseorang yang memanggil membuat ia berhenti.
KAMU SEDANG MEMBACA
For Now And Forever [✓]
Short StoryNamanya Haruno Sakura. Gadis berusia 19 tahun yang tinggal di sebuah apartemen kecil, disana dia hanya sendirian karena orang tuanya telah meninggal saat Sakura berusia 15 tahun. Kehidupan Sakura berubah drastis ketika memasuki bangku kuliah, dia k...