30- Tamu Tak Diundang

5.5K 512 30
                                    

Sasuke menatap keadaan rumahnya dengan pandangan hampa. Perasaan menyesal memenuhi hatinya, ia kembali membenturkan kepala ke atas meja yang mungkin akan meninggalkan lebam di sana.

Suara ketukan pintu tak membuat ia bergeming, Sasuke masih diam ditempat. Mengabaikan seseorang yang langkahnya terdengar semakin dekat.

"Sasuke? Ada apa denganmu?" tanya Mikoto tak percaya melihat kondisi putra bungsunya yang jauh dari kata baik, wanita paruh baya itu berjalan mendekat dan mengangkat kepala Sasuke. "Kau baik-baik saja? Dan dimana Sakura?"

"Dia pergi."

Mikoto mengernyit heran, tangannya meletakkan bingkisan di atas meja. Dia mengelus rambut putra bungsunya dengan pelan.

"Maksudnya apa? Kenapa Sakura bisa pergi?"

"Dia tak mencintaiku lagi dan meminta cerai, dia pergi meninggalkanku." Sasuke kembali menangis dan membuang muka.

Mikoto menghela napas panjang, dia tak tahu kalau semuanya akan menjadi rumit begini. "Bangunlah dan jangan habiskan waktumu begini."

"Apa peduli Ibu?"

Wanita paruh baya tersebut kembali menghela napas. Dia mendudukkan diri di samping Sasuke kemudian mengelus punggung itu lembut, "Karena kau adalah anakku."

"Sekarang baru Ibu katakan kalau aku adalah anakmu? Selama ini kalian begitu sibuk membandingkan diriku dengan kakak." Sasuke menegakkan tubuhnya. Pria itu menatap Mikoto dengan sendu.

"Tapi karena Sakura aku tahu apa itu kasih sayang. Karena dia aku bisa merasakan bagaimana rasanya dipedulikan, diperhatikan dan juga dicintai. Namun, aku tidak bisa membuatnya bahagia. Kenapa aku bodoh sekali?"

Mikoto menatap wajah Sasuke sedih, apa yang dikatakan putranya itu benar adanya. Mereka sebagai orang tua selalu menuntut kesempurnaan dalam hidup Sasuke tanpa memikirkan apapun, mungkin sekarang saatnya ia merubah pola pikirnya.

"Ibu minta maaf Sasuke-kun."

Sasuke memandang ibunya dengan pandangan bertanya.

"Ibu dan Ayah minta maaf karena kami selalu membandingkan dirimu dengan Itachi. Ibu salah dan seharusnya menyadari ini lebih cepat, karena itu sekarang aku menyuruhmu untuk tidak membuang waktu lagi, bangun dan temui Sakura. Katakan padanya kalau kau benar-benar membutuhkan dia!" ungkap Mikoto seraya memeluk tubuh tegap itu. Dia melepaskan pelukannya dan mengusap pipi Sasuke lembut.

"Berjuanglah! Bawa Sakura kembali Sasuke-kun. Ibu tahu kau sudah jatuh cinta padanya, lagipula tidak mungkin Sakura langsung bisa melupakan mu begitu saja. Berjanji padaku bawa Sakura kembali dan kami tidak akan menuntut apapun lagi."

Sasuke menatap mata Ibunya tak percaya. Tiba-tiba ia menjadi lebih bersemangat sekarang, menganggukkan kepala pelan kemudian mengeluarkan ponsel miliknya.

"Kakashi, bisa bantu aku mencari keberadaan Sakura sekarang?"

*****

Sakura baru saja selesai membersihkan diri, dia keluar dari kamar mandi dengan hati-hati kemudian tersenyum saat melihat bayi mungil yang sudah bangun dari tidurnya, ia berjalan mendekat.

"Seichi sudah bangun?" tanya wanita itu seraya menatap wajah mungil sang anak. Mencium pipi tembem Seichi yang terasa sangat harum, Sakura mendudukkan bokongnya dikasur.

Seseorang tampak berdiri di pintu membuat fokusnya teralihkan. Sakura memandang penuh tanya pada gadis berambut lavender yang asik memakan cemilannya.

"Jangan banyak bergerak Sakura, kondisi tubuhmu belum stabil." Konan menegakkan tubuhnya dan menatap wanita musim semi itu penuh perhatian.

"Aku sudah minum obat yang diberikan dokter. Jangan cemas, Konan."

"Tapi jangan terlalu banyak bergerak. Ingat itu," ujar gadis berambut lavender tersebut dengan tenang. Dia melangkah masuk lebih dalam, mendudukkan diri di samping Sakura yang sedang menyusui anaknya.

Masih terasa jelas di ingatan wanita musim semi itu kejadian beberapa hari lalu, setelah merasa jauh dari jangkauan Sasuke. Dia berhenti berjalan dan menumpang berteduh disebuah supermarket agar tak terkena hujan.

Sakura bertemu dengan Sasori yang muncul dari arah dalam, tubuh mereka bertabrakan akan tetapi untung saja dengan cepat pemuda itu menahannya.

Sasori bertanya kenapa dia disini, dan dengan singkat Sakura mengatakan kalau dirinya bercerai, mendengar ucapannya membuat pemuda berambut merah tersebut geram. Dia sangat ingin memberikan pelajaran pada Sasuke, namun Sakura melarangnya.

Konan nama gadis itu. Dia merasa prihatin saat melihat bayi dalam dekapan Sakura yang terlihat menggigil, dia dengan senang hati memperbolehkan Sakura tinggal bersamanya untuk beberapa waktu, apalagi kalau Konan juga tinggal sendirian di Apartemen.

Suara bel menghentikan kegiatan mereka. Sakura menoleh ke arah Konan yang juga tampak bingung. Tanpa pikir panjang gadis berambut lavender tersebut berjalan keluar menuju pintu depan.

"Siapa?" tanya Sakura saat mendengar suara Konan yang meninggi, di susul suara debuman pintu. Dahinya kembali mengernyit ketika Konan lagi-lagi berteriak.

Karena rasa penasaran yang tinggi. Sakura berniat menyusul Konan, akan tetapi langkahnya terhenti tatkala seseorang lebih dulu membuka pintu kamarnya. Tiba-tiba tubuh Sakura terpaku menatap siapa yang berdiri di pintu dengan wajah penuh keringat.

"Kau tidak sopan sekali! Aku bilang kau tidak boleh masuk!" Konan berteriak sambil menarik lengan pria itu.

"Biarkan aku bertemu dengan Sakura! Kau jangan menghalangi ku."

"Apa begini caramu bertamu di rumah orang? Sungguh, kau tak punya sopan santun!"

Sakura menggelengkan kepala melihat perdebatan mereka. Dia menidurkan Seichi di ranjang kemudian berjalan dengan tertatih.

"Berhenti. Konan, bisa jaga Seichi untukku? Biar aku yang berbicara dengan tamu tak diundang ini," ucapnya sambil menatap manik hitam di depannya datar.

Awalnya Konan tampak menolak, akan tetapi saat melihat wajah Sakura yang penuh permohonan membuat ia mengangguk paham. Gadis berambut lavender itu menutup pintu kamar dengan pelan, membiarkan Sakura berbicara dengan pria tersebut.

"Apalagi?"

"Kau harus pulang bersamaku."

Sakura berdecak dan membuang muka, rasanya ia ingin tertawa keras didepan wajah Sasuke.

"Kau harus tahu kalau kita belum bercerai Sakura. Jadi, kau ini masih istriku."

"Percaya diri sekali. Jangan habiskan waktumu untuk hal tidak berguna ini, pergilah dan jangan kembali lagi, Sasuke." Wanita musim semi itu menunjuk ke arah pintu apartemen yang terbuka lebar. "Pergi sebelum aku benar-benar mengusirmu."

Pria berambut raven itu tak bergeming, ia menatap manik emerald Sakura yang tampak biasa saja. Tangannya terangkat bermaksud menarik wanita tersebut akan tetapi terhenti ketika mendengar suara dering telpon yang ada di sakunya.

Dengan tergesa Sasuke mengangkat panggilan dari Itachi, dia berbicara sebentar kemudian mematikan panggilan dengan sepihak.

"Aku tidak akan menyerah sebelum kau pulang bersamaku, Sakura." Bungsu Uchiha tersebut berujar mantap, dia menarik tubuh Sakura mendekat kemudian mencuri ciuman di dahi lebar itu.

Sakura yang mendapat serangan tiba-tiba dari Sasuke membuat ia geram, dia melayangkan tatapan tajam akan tetapi hal tersebut tak membuat pria itu takut. Tanpa pikir panjang lagi ia menampar pipi pria itu keras.

Plak!

"Jangan kurang ajar, Sasuke!" pekiknya tertahan.

Bungsu Uchiha itu memegangi pipi yang memerah akibat tamparan Sakura, dia menatap istrinya dengan lembut kemudian tersenyum. "Aku anggap itu sebagai salam perpisahan. Aku juga mencintaimu, Sakura."

Wanita musim semi tersebut menggelengkan kepala.

"Aku berjanji. Akan membawamu dan Seichi pulang bersamaku, jadi jangan harap kalian bisa kabur Sakura!"










*****

Bersambung.
Sebenernya mau update, tapi jaringan di sini susah banget.
Oke, selamat membaca.

For Now And Forever [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang